Jumat, 23 Desember 2016

MEMAHAMI TOLERANSI DALAM BERAGAMA

Babi itu HARAM, Anjing juga HARAM, dan Miras pun sama, HARAM juga. Begitu juga Kalung Salib itu HARAM, Topi Natal juga HARAM, dan Trompet pun sama, HARAM juga.

Mengkonsumsi atau menjual barang HARAM, maka hukumnya juga sama-sama HARAM.

Kalau Mengkonsumsinya HARAM, menjualnya juga HARAM. Maka menghadiri dan mengucapkan selamat kepada perayaan ibadah orang lain juga HARAM.

Mengkonsumsi, Menjual, Mengucapkan Selamat dan ikut merayakan ibadah orang lain adalah 1 Paket, namanya paketan HARAM.

Itu semua adalah perintah dari pemberi hidup, nikmat sehat, nikmat alam semesta, nikmat tumbuh-tumbuhan, nikmat makanan, dan berbagai macam limpahan rahmat yang telah Allah berikan.

Seberapa besar keuntunganmu menjual barang HARAM, maka tidak akan pernah mengalahkan 5 menit pemberian Allah berupa nikmat sehat.

Apalah artinya punya banyak uang, jika hal itu adalah dari hasil penjualan barang HARAM.
Percuma kawan, jika dimakan anak-istrimu, maka engkau sama saja telah meletakkan API NERAKA di dalam perut mereka.

Apalah artinya punya pekerjaan dengan gaji besar, jika hal itu membuatmu harus memakai atriubut natal, mengucapkan selamat, dan menghadiri perayaan ibadah agama orang lain yang jelas bertentangan dengan ISLAM.
Percuma saudara, jika engkau pada akhirnya tanpa sadar mengucapkan selamat atas kelahiran anak Allah. Padahal Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.

Percuma bro punya gaji tinggi dengan pekerjaan bergengsi jika kamu pada akhirnya ikut merayakan perayaan ibadah agama orang lain yang merayakan kelahiran anak Tuhan. Padahal Allah telah mengatakan bahwa "Telah Kafir orang yang mengatakan bahwa Allah adalah tiga dalam satu"

Punya teman orang kafir itu ga papa, jika bisa membawanya pada ISLAM, subhanallah. Tapi jika terkait dengan agama dia, maka sikap kita itu jelas "Lakum Dinukum wa Liyadin"

Punya bos orang kafir itu ga papa, karena itu tidak dilarang oleh agama. tapi kalau diajak untuk memakai atribut ibadahnya dan ikut berpartisisapi merayakan agamanya, maka katakanlah dengan santun, bahwa toleransi itu "tidak mengganggu perayaan ibadah agama lain, dan tidak mencampurkan agama yang satu dengan agama lain".

Bro, tidak perlu takut untuk menyampaikan kebenaran dan bersikap tegas dalam urusan agama, karena itu adalah pertaruhan atas dirimu sendiri suatu saat di hadapan Allah. Bagaimana mungkin bisa engkau berpaling dari perintah Allah, padahal selama ini Dialah yang telah memberikan hidup dan berbagai macam nikmat padamu secara cuma-cuma.

Gaji 10 tahun mu dalam bekerja, jika Allah menghendaki mu untuk sakit dalam 1 minggu saja, gaji 10 tahun mu bekerja itu bisa saja sirna. Tapi Allah begitu sangat mencintai kita, sehingga sampai kini kesehatan kita Alhamdulilah masih terjaga. GRATIS lagi...

Bro, kamu taat pada Allah atau tidak Dia tidak rugi apa-apa, tapi yang rugi itu kita, Allah hanya memberikan petunjuk yang menjadi wujud nyata bahwa Dia sangat menyayangi kita.

Bro, kita ini ibarat permainan bola. Ada pemaian, ada wasit, ada suporter, dan ada lawan.
Tapi dalam permainan yang kita jalani, pemainnya itu kita, dan wasitnya juga kita. dan kita juga punya pendukung, yaitu Allan dan para malaikatnya. sedangkan lawan kita adalah Iblis laknatullah. dan dalam setiap permainan, selalu ada pemenang.

Tapi yang kita mainkan hari ini adalah permainan dalam menghadapi perayaan ibadah agama lain. Kita sebagai pemain, lawan kita adalah Setan. Iblis menyuruh kita agar memakai dan menjual atribut natal, serta mengucapkan selamat natal dan menghadiri undangan perayaan natal.

Sebagai pemain, kita mau lawan ajakan Setan atau mengikutinya...?
Kalau kita ikuti, berarti kita dikalah oleh Setan, dan kalau kita lawan, berarti kitalah pemenangnya. dan sebagai wasit, kita lah yang menentukan pilihan itu. sementara suporter kita adalah Allah dan para malaikatnya.

Allah dan para malaikat menginginkan agar kita melawan Setan, dan kita terus didukung untuk hal itu. Maka kalau berhasil menang dari pertempuran ajakan Setan untuk berpartisipasi dalam perayaan ibadah agama lain, maka kita telah memenangkan diri kita dan menyenangkan para suporter kita.

Maka tinggalkanlah segala yang Allah dan Rasul-Nya larang atasmu. jangan biarkan dirimu dikalahkan oleh rayuan Setan yang terkutuk.

Tetaplah pada prinsip, "Lakum Dinukum Wa Liyadin" (Bagimu Agamamu, dan Bagiku Agamaku).
Kalau bukan Allah yang kita taati, lalu siapa lagi.
Kalau bukan mulai dari sekarang, lalu kapan lagi.
Ajal tidak menanti taubat mu, tetapi kita lah yang bersiap diri dijemput olehnya nanti.

Tetaplah pada prinsip, "Lakum Dinukum Wa Liyadin."
Saudaramu, Salam el-Fath.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar