Sabtu, 29 Oktober 2016

APAKAH ARTI MENIKAH ITU...???

Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain juga dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia yang diucapkan oleh kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesusai peraturan yang diwajibkan oleh Islam. Akan tetapi, selain untuk melestarikan keturunan. Menikah juga adalah sebagai proses berpindahnya tanggung jawab dari seorang ayah kepada seorang adam yg telah menikah. Sebab seorang adam yang telah menikahi sang hawa. maka berarti ia telah siap mengambil alih tugas dari wali sang hawa. Mendidik, Menghidupi, Menjaga, dan Melindungi sang hawa dari intaian mata syaiton yang hendak menjerumuskan hawa. Untuk Mendidiknya, Menghidupinya, Menjaganya, serta Melindungi sang hawa. Maka sang hawa harus siap menemani adam dimana pun ia berada. Di rumah pribadi kah... di kontrakan kah....dimana pun tempat yg hendak dijadikan sebagai tempat berteduh, berlindung maupun peristirahatan adam dalam membina keluarga. Maka sang hawa mesti mengikuti adam dimana pun ia berada. Selama itu tidak melanggar Hukum Syara'. Sebab hawa telah menjadi bagian dari hidup adam yang lemah lagi kurang. Dan keberadaan hawa untuk melengkapi lemah lagi kurangnya adam. Namun apa jadinya jika adam terpisah dari hawa dengan alasan kerja...??? Adam bekerja di luar kota, hawa pun sama sebagaimana adam bekerja. Adam sebagai pedagang di luar kota, hawa sebagai pegawai negeri di kota yang berbeda. Dengan alasan emansipasi wanita, bahwa wanita tak lagi zamannya hidup dibawah nafkah suami yang sah. Dan si wanita lebih memperturut pekerjaannya yang mungkin lebih menjanjikan harta daripada memperturut suami dan melayaninya sambil mencari nafkah. Jika telah demikian adanya, Maka Pendidikan, Penghidupan, Penjagaan, dan Perlindungan yang telah diamanah kan oleh Allah melalui penyerahan amanah dari wali sang hawa. Tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. jika telah begitu adanya, Lalu untuk apa MENIKAH...???!  
SEDIKIT ILMU UNTUK MU WAHAI SAUDARAKU YANG TELAH BERKELUARGA. DAN PELAJARAN BAGI KITA WAHAI JOMBLOWAN-JOMBLOWATI YANG ISTIQOMAH.

By: Salam el-Fath

RENUNGAN SUMPAH PEMUDA, Dwi Condri Triono, Phd : DOA SIAPA YANG AKAN DIKABULKAN ALLAH?

1. Assalaamu’alaikum saudaraku. Pagi ini saya akan menulis RENUNGAN PAGI tentang: DOA SIAPA YANG AKAN DIKABULKAN?
2. Ketika saya membaca beberapa berita tentang peringatan SUMPAH PEMUDA di beberapa situs berita di internet
3. Ternyata ada sekelompok pemuda yang menolak SUMPAH PEMUDA dan ingin menggantinya dengan sumpah yang berideologi ISLAM
4. Jika aksi pemuda tersebut dimuat dalam situs berita, yang menarik untuk dibaca tentu saja adalah komentar2 dari para pembacanya
5. Kebanyakan komentar yang masuk bernada sinis, menolak, bahkan menghujat tindakan sekelompok pemuda tersebut
6. Ada yang mengatakan itu pemuda tolol, tidak berpendidikan, tidak kenal sejarah, tidak layak hidup di Indonesia dsb.
7. Ada juga yang menyatakan bahwa Indonesia akan hancur jika mencampurkan antara AGAMA dengan NEGARA
8. Saya mempunyai dugaan bahwa pemberi komentar itu kebanyakan adalah orang yang beragama Islam juga
9. Karena, saya juga menjumpai beberapa situs dari Ormas Islam yang menolak mentah2 upaya penerapan Syari’ah Islam di Indonesia
10. Dalihnya tentu saja adalah bahwa NKRI ini sudah HARGA MATI. Mereka tentu tidak rela jika ada yang ingin merubahnya
11. HARGA MATI itu tentu dapat dimaknai siap MATI untuk mempertahankannya dan akan MELAWAN siapapun yang ingin merubahnya
12. Dalam RENUNGAN PAGI ini saya tidak ingin berpolemik tentang dua kelompok yang berbeda perjuangan tersebut
13. Tetapi, saya hanya ingin MERENUNG dan membayangkan jika dua kelompok ini sama2 bangun malam, sholat tahajjud dan berdoa
14. Kira-kira kelompok mana yang DOA-nya akan DIKABULKAN oleh ALLAH SWT?
15. Doa kelompok 1: “Ya Allah, tolonglah kami yang ingin MEMPERJUANGKAN Syari’at Islam agar dapat DITERAPKAN di Indonesia”
16. Doa kelompok 2: “Ya Allah, tolonglah kami yang ingin berjuang agar Syari’at Islam JANGAN SAMPAI DITERAPKAN di Indonesia”
17. Kira-kira mana doa kelompok mana yang akan dikabulkan ALLAH SWT? Silakan direnungkan kembali
18. Jika redaksi doanya masih seperti yang tersebut di atas, mungkin itu masih mending. Bagaimana jika redaksi doanya lebih kenceng lagi?
19. Doa kelompok 1: “Ya Allah, tolonglah kami yang MEMPERJUANGKAN Syari’at Islam dan HANCURKANLAH mereka yang MENGHALANGINYA”
20. Doa kelompok 2: “Ya Allah, tolonglah kami yang MENOLAK Syari’at Islam dan HANCURKANLAH mereka yang MEMPERJUANGKANNYA”
21. Sekali lagi, mana doa yang akan DIKABULKAN Allah SWT? Dan juga, mana kelompok yang akan DIHANCURKAN oleh Allah SWT?
22. Silakan dijadikan renungan untuk “sarapan” pagi ini. Wassalaam.

MENJAWAB PERTANYAAN "KHALID ABOU EL FADL"



"Tidak akan beruntung suatu kaum jika dipimpin oleh seorang wanita"
 Mengapa Nabi bersabda demikian ?” (Khalid Abou El Fadl)

Jawab:
Pertama, Muhammad saw. adalah Rasul Allah. Tidak ada sesuatu apa pun yang ia lakukan semenjak beliau menjadi Rasul, ia berbuat berdasarkan keinginan pribadinya. Tapi semua itu karena tuntunan wahyu yang diberikan kepadanya untuk memberikan contoh kepada umat manusia terkait perbuatan yang harus diikuti dan dijadikan pedoman oleh mereka. Dan tuntunan yang dicontohkan, dikatakan, dan ditetapkan oleh Rasul tersebut adalah system aturan yang diwahyukan kepadanya.
Lihat al-an’am: 3-4. Dan al-Ahzab:21.
Rasul telah mengatakan, bahwa:
“Tidak akan beruntung suatu kaum jika dipimpin oleh seorang wanita.”
Khalid Abu Fadhel kemudian bertanya, “Mengapa Nabi bersabda demikian ?” Mari kita fokus pada pertanyaan ini terlebih dahulu.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, menurut saya, perlu kiranya kita mengetahui asbabul wurud (penyebab turun)nya hadist tersebut. Kurang lebih seperti ini asbabul wurudnya.
Telah sampai kepada Nabi saw. bahwa kerajaan Persia telah menobatkan putri Kisra sebagai raja, yang kemudian beliau saw. bersabda:
Tidak akan beruntung kaum yang menyerahkan urusan kekuasaan mereka kepada wanita. (HR al-Bukhari, at-Tirmidzi, an-Nasai dan Ahmad).
Ibn Qutaibah di dalam Al-Maghazi menyebutkan, putri Kisra itu adalah Buran binti Sirawaih bin Kisra bin Birwiz. Ketika Sirawaih mati, ia tidak meninggalkan anak laki-laki dan saudara laki-laki, maka putrinya pun diangkat jadi raja.
Itulah kurang lebih asbabul wurud hadis di atas.
Dari penyebab turunnya hadis tersebut, maka kita sudah bisa memperoleh jawaban bahwa karena adanya berita yang telah sampai kepada Rasul itulah kemudian Rasul menyampaikan hadist itu.
Nach, di sini perlu difahami, bahwa Rasul dalam menghukumi suatu perbuatan tidaklah asal menyampaikan atau karena berdasarkan akal-akalan beliau semata. Akan tetapi beliau dalam menentukan segala sesuatu yang beliau hukumi sebagai “salah” atau “haram”, maka tiada lain hal itu adalah karena berdasarkan wahyu yang diturunkan kepadanya.
Sebagaimana beliau dalam melihat sebuah kondisi social masyarakat yang suka mengubur hidup-hidup anak kandung wanita mereka. Hal itu kemudian beliau haramkan dan melarang masyarakat agar berhenti melakukannya. Dan mereka tidak harus malu untuk memiliki seorang anak yang berjenis kelamin wanita. akan tetapi mereka harus berbangga dan bersyukur memiliki anak berjenis kelamin wanita. Rasul pun kemudian menyampaikan wahyu yang telah diturunkan kepadanya tentang kemuliaan sebuah keluarga yang memiliki anak yang berjenis kelamin wanita dan hadist-hadist yang terkait dengan kemuliaan seorang wanita.
Sebelum wahyu itu diturunkan kepadanya, Rasul tidak pernah sekalipun menghukumi atau menyampaikan terkait dengan ketidakbolehan atau larangan terhadap masyarakat yang membunuh hidup-hidup anak kandung mereka yang bergender wanita. dan itu memberi qorinah (indikasi) bahwa Rasul memang tidak pernah menghukumi suatu perbuatan kecuali karena wahyu yang telah diwahyukan kepadanya.
Kedua, ini yang menurut saya juga penting untuk diketahui dan diingat, bahwa Allah SWT. dalam menurunkan wahyu yang Dia berikan kepada Nabi Muhammad saw. adalah sama sekali tidak mempertimbangkan kondisi geografis, suku, kebangsaan, dan etnis suatu kelompok masyarakat. Akan tetapi wahyu yang diturunkan tersebut adalah terkait dengan permasalahan social yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dalam kapisitas mereka sebagai manusia. Sebab jika Allah SWT. membuat aturan atau menurunkan wahyu terkait suatu hukum kepada sebuah kelompok masyarakat karena mempertimbangkan kondisi etnis, suku, kebangsaan, dan kondisi geografis mereka. Maka bisa dikatakan bahwa al-Qur’an dan ribuan Hadist yang selama ini kita pelajari tidak perlu diterapkan oleh masyarakat di Negeri ini. Kita tidak perlu shalat, kita tidak perlu puasa, kita tidak perlu haji, zakat, menikah, dan sebagainya. Karena ayat-ayat terkait dengan perbuatan-perbuatan tersebut diturunkan hanya untuk suku, etnis, kondisi geografis dan bangsa Quraisy di masa lalu. Atau hanya berlaku untuk orang Arab dalam hal ini orang-orang Mekkah dan Madinah. Shalat, puasa, Zakat, dan Haji adalah budaya Arab, maka tidak perlu kita melaksanakan semua itu. Karena bangsa ini, suku-suku di negeri ini, etnis, dan letak geografis negeri ini, sama sekali tidak mengenal budaya-budaya tersebut. Budaya itu adalah mutlak budaya Arab karena ia berasal dari Arab.
Kembali kepada hadist tentang keharaman wanita dalam menjadi seorang penguasa. Hadis tersebut sama sekali tidak ada yang mengindikasikan bahwa Rasul menyampaikannya karena ada tendensi apa pun, baik itu berupa tendensi suku, etnis, bangsa, maupun karena letak geografis. Atau karena tendensi ketidakmampuan, ketidakcakapan, kredibilatas, dan sebagainya. Sebab tidak ada satu pun riwayat yang mengatakan bahwa Rasul menyampaikan hadist di atas, karena ia melihat bahwa wanita yang diangkat oleh Persia sebagai Pemimpin tersebut tidak memiliki kecakapan, kemampuan, atau kredibilitas dalam memimpin. Akan tetapi, hanya memberi pemahaman bahwa Rasul menyampaikan hadist tersebut karena wahyu yang diturunkan kepadanya, dalam hal ini wanita dilarang oleh Allah SWT. Untuk menjadi penguasa. Dan hal ini juga bisa dibuktikan bahwa Rasul tidak pernah sama sekali mengetahui seluk beluk wanita yang diangkat oleh Persia tersebut sebagai pemimpin. Apakah wanita itu kredibel dan mampu atau tidak, hal itu sama sekali tidak diketahui oleh Rasulullah saw. Mengapa ? karena memang beliau tidak pernah bertemu secara langsung apalagi mengetahui tentang kecakapan seorang wanita tersebut.
Dan hal ini sekali lagi saya ingin mengatakan bahwa Rasul hanya menyampaikan dan menghukumi bahwa “Tidak akan beruntung suatu kaum apabila dipimpin oleh seorang wanita.” perintah shalat, puasa, zakat, haji, menikah, dan sebagainya. Semua itu diperintahkan dan diwajibkan oleh Rasul sama sekali tidak ada tendensi etnis, suku, kebangsaan, dan kondisi geografis tertentu. Akan tetapi semuu itu adalah murni karena wahyu yang diturunkan kepadanya.
Oleh karena itu, sekalipun suatu kelompok masyarakat berbeda dalam skala etnis, suku, kebangsaan, dan kondisi geografisnya dengan masyarakat di masa Rasul. Maka  selama mereka masih disebut manusia dan memiliki permasalahan yang sama, maka hukum-hukum atau aturan yang telah diwajibkan dan diberlakukan oleh Rasul di masa Quraisy Arab, tetap relevan dan wajib diterapkan kepada masyarakat kontemporer saat ini.
Karena sesungguhnya apa yang dilarang dan diperintahkan oleh Rasul tersebut, juga berlaku untuk manusia zaman ini.
“Sesungguhnya, telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu..” (Al-Ahzab: 21)
Ikutilah Muhammad saw. Karena,
Allah berfirman:
Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. (An-Najm: 3)
Ibnu Katsir, dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azim, ia mengatakan, yakni apa yang diucapkannya itu bukanlah keluar dari hawa nafsunya dan bukan pula karena dilatarbelakangi tujuan. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (An-Najm: 4), Yaitu sesungguhnya yang diucapkannya itu hanyalah semata-mata berdasarkan wahyu yang diperintahkan kepadanya untuk ia sampaikan kepada manusia dengan sempurna dan apa adanya tanpa penambahan atau pengurangan.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, dari Ubaidillah ibnul Akhnas, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Abdullah, dari Yusuf ibnu Mahik, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa ia mencatat semua yang pernah ia dengar dari Rasulullah Saw. dengan maksud untuk menghafalkannya. Kemudian orang-orang Quraisy melarangku berbuat demikian. Mereka mengatakan, "Sesungguhnya kamu mencatat semua yang kamu dengar dari Rasulullah Saw., padahal Rasulullah Saw. adalah seorang manusia yang juga berbicara di saat emosinya." Maka aku menahan diri dari menulis, kemudian aku ceritakan hal itu kepada Rasulullah Saw. Beliau Saw. bersabda: Teruskanlah tulisanmu, maka demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, tiadalah yang keluar dari lisanku melainkan hanya hak (benar) belaka.
Imam Abu Daud meriwayatkan hadis ini melalui Musaddad dan Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, keduanya dari Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan dengan sanad yang sama.
Wallahu a’lam….

Batu, 30 Oktober 2016, Pkl 00:10 Wib
Salam el-Fath 

Selasa, 25 Oktober 2016

MENEMPUH JALAN TAAT TIDAK BISA SENDIRIAN, BUTUH SAHABAT AGAR ISTIQOMAH DALAM KETAATAN

Menjadi taat dan Istiqomah itu ga bisa sendirian. Kita butuh kawan untuk saling mengingatkan dan memberi nasehat.

Kita bukan malaikat yang tercipta tanpa nafsu yang harus ia kendalikan. Tapi kita adalah makhluk yang memang secara fitrah tak bisa hidup sendirian.

Adam telah direncanakan oleh Allah untuk mengelola Bumi. Tapi Allah menciptakan Adam dengan kelebihan dan juga meletakkan kekurangan padanya.

Dari kekurangan tersebut Allah ciptakan darinya seorang teman. Dan Allah menciptakan teman Adam dengan meletakkan kelebihan yang tidak dimiliki oleh Adam.

Ya...dialah Siti Hawa, yang Allah telah cipta untuk mengisi kekurangan Adam. Sedangkan kelebihan yang dimiliki oleh Adam dapat mengisi kekurangan pada Hawa.

Dari dua sejoli itu Allah ingin memberitahukan pada kita, bahwa kita butuh orang lain untuk menguatkan perjalanan kita menuju taqwa.

Sebab jika sendiri, kita terkadang terbangun tapi juga akan terjatuh hingga tak bisa bangkit lagi.

Bahkan bisa tenggelam dalam lautan luka dalam. Tapi biar bagaimana pun juga, kita harus mendengarkan permintaan hati yang teraniaya sunyi.

Untuk memberikannya arti dalam hidup bahwa kita tidak sendiri. Tapi kita miliki sahabat yang bisa saling mengerti dan menasehati untuk perbaikan diri.

Allah mengutus Rasul Muhammad SAW dengan wahyu yang sempurna. Tapi Rasul juga seringkali terjatuh bahkan sampai menggigil karena takut.

Tapi tahukah engkau wahai sahabat Blog-ku, Beliau selalu mudah untuk bangkit dan hilangnya rasa takut karena ada seorang Bidadari manis yang selalu sedia menemani dan menguatkan beliau.

Yang menemani beliau tersebut faham terhadap apa yang sedang menimpa Rasul. Dan ia memperlakukan Rasul dengan kelebihan yang ia miliki sebagai seorang wanita.

Dialah Ibunda seluruh orang mu'min, Siti Khadijah, Usianya yang terlampau jauh dengan Rasul tak membuatnya semena-mena dalam memperlakukan Rasul.

Tapi ia berlakukan sebagaimana seorang istri kepada Suami. Memuliakannya, mengokohkan kedudukannya, dan menaatinya layaknya malaikat kepada titah Tuhannya.

Usianya yang terlampau jauh dengan Rasul, membuatnya dalam memperlakukan Rasul bagaikan seorang ibu yang mencintai anak-anaknya hingga mereka merasa nyaman dan terlindung dari pelukannya.

Muhammad adalah seorang Rasul, tapi Allah menguatkannya dengan seorang wanita yang menjadi Ibunda para bidadari di Surga Firdaus. Ummul mu'minin Khadijah Radhiyallah 'anha.
Kita butuh kawan, kita butuh teman, kita butuh sahabat untuk saling mengingatkan agar kita tetap kuat dan menghadapi segala ujian kehidupan.

Dia yang selalu memberi motivasi, dia yang selalu bersabar atas khilaf yang seringkali terjadi, dan dia yang tiada henti mengingatkan untuk kebaikan diri.

Carilah sahabat penguatmu di pengajian-pangajian Muslimah jika engkau seorang wanita. Dan bersamailah para Pria Sholih yang sedang mengikuti kajian Islam di Masjid-Masjid dan di Kampus-Kampus yang menurutmu dekat dari tempatmu berada.

Tapi ingatlah satu hal, sahabat taatmu bukanlah malaikat yang tak pernah bermaksiat. ia juga miliki dosa dan terkadang khilaf dalam bertingkah. Tapi se-indah-indahnya sahabat adalah dia yang selalu berusaha untuk memperbaiki diri dan tidak melupakan kita untuk saling menyapa dalam Istiqomah.

Carilah teman hidup yang bisa bersamaimu dalam taat, yang mengingatkanmu dari maksiat, dan yang tetap mimilih bersamamu walau engkau seringkali berbuat salah tapi ia tetap berusaha memperbaiki dengan sabar.

Taat tidak bisa ditempuh sendirian, ia butuh teman yang selalu menasehati dalam kebaikan, yang tidak mengenal rasa lelah dan rasa bosan untuk mengingatkanmu dalam kebaikan.
Dan jika kalian telah saling menyayangi dalam ketaatan, maka sampaikanlah padanya “inni uhibbuka/i fillah” (artinya Aku mencintaimu karena Allah). Karena yang saling cinta karena Allah, akan saling bersama menuju Surga-Nya.

By: Salam el Fath

Wanita dan Pria, Allah Ciptakan untuk Saling Melengkapi dalam Taat

Pria tidak lebih baik dari Wanita. Begitu pula dengan Wanita, ia tidak lebih baik dari Pria.
Keduanya sama di mata Allah. Dua individu yang berbeda dan masing-masing miliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan Wanita selalu tak dimiliki oleh Pria. Kelebihan Pria juga tidak dimiliki oleh Wanita. Keduanya miliki kekurangan yang juga berbeda.
Dari kekurangan dan kelebihan yang berbeda itu, keduanya saling mengisi dan melengkapi.
Tidak boleh ada di antara salah satunya menghegemoni yang lain. Tidak ada saling sindir dan menyakiti.
Karena keduanya adalah satu kesatuan yang saling memperkokoh dan mengisi.
Pria dan Wanita saling menghargai, saling menjaga hati, dan saling menasehati ketika salah satunya lupa diri.
Saling apresiasi terhadap kebaikan yang dilakukan, dan saling memotivasi agar tetap berada di jalan ketaatan.
Pria dan Wanita adalah makhluk yang tercipta untuk saling memberi, mengisi, dan melengkapi, serta saling menjaga hati agar tetap pada jalan lurus nan suci.

MEMBIASAKAN ANAK MENJADI TAAT

Jika seorang anak dibiasakan menutup aurat sejak dini. Maka jangan salahkan dirinya jika esok hari ia merasa malu melepas Jilbab. :)
Apalagi jika dikatakan padanya bahwa dia adalah ciptaan Allah, sedangkan Allah menjadikan Jilbab untuk menjaga harga dirinya untuk kemuliaannya.
Seperti apa keinginan anda terhadap anak di masa depan, maka saat inilah pribadinya dibentuk dan diarahkan.
Pribadi anak di masa mendatang, terletak pada Ibu dan Ayah dalam memberikan teladan.
Jangan salahkan anak jika ia durhaka padamu di masa depan, sebab bisa jadi saat ini engkau telah mendidiknya ala artis atau anak-anak di Barat.
Jangan marahi dia jika esok hari menjadi anak yang sholih lagi taat, sebab bisa jadi karena saat ini engkau telah mendidiknya ala Nabi dan para Sahabat.
Tapi apakah ada orang tua yang akan membenci anaknya karena taat...?
Aku pikir ga ada, yang bersyukur tiada henti karena miliki anak sholih/ah mungkin iya.
Tapi kalau ada, benarkah di lingkaran sahabat-sahabatku ini miliki pengalaman terkait pertanyaan di atas....?
Share here....

Membentuk "LINGKARAN SURGA" di dalam Keluarga

Wanita memiliki struktur tubuh yang berbeda dengan Pria. Dan Pria juga memiliki struktur tubuh yang berbeda dengan wanita.

Ketika struktur tubuh mereka telah berbeda, maka potensi keduanya juga berbeda.

Menjadi aneh bin ajaib jika dipaksakan bahwa Wanita harus sama dengan Pria. Atau Pria harus sama dengan Wanita.

Kadang-kadang hal tersebut sering menjadi masalah di kalangan para akademisi.

Mentang-mentang wanita sudah punya sekolah tinggi, sudah tidak mau mendidik anak. Sudah tidak mau melahirkan banyak anak.

Apalah guna jika punya sekolah tinggi tapi tidak tahu kewajiban sebagai istri dan ibu.

Saya pribadi tidak mau menikahi wanita yang ga mau mendidik anak-anak saya.

Kalau dikira menikah itu hanya untuk hubungan biologis, lah ngapain nikah. Banyak wanita di luar sana yang murah meriah.

Tapi maaf, saya bukan penganut faham Eropa-Barat yang mau melakukan seperti hal di atas.

Saya orang yang memahami bahwa menikah itu adalah jalan untuk bersama menuju Surga.

Karena ia berbentuk keluarga, dan keluarga yang sempurna itu ada Suami, ada Istri, dan ada Anak.

Maka semuanya harus bisa saling mendorong agar tercipta lingkaran yang saling menguatkan dalam menempuh jalan lurus.

Suami mendidik Istri, Istri mendidik anak, dan anak memahami Islam lalu mengingatkan Bapak.

Saling menguatkan dan saling tolong menolong dalam ketaatan.

Anak yang cerdas dan sholih tidak mungkin lahir dari wanita Karir. Kalau ada anak wanita Karir yang cerdas, pasti bukan hasil didikan Istri, tapi Pesantren.

Dan anak tersebut pasti akan lebih kuat hubungan emosionalnya dengan Pesantren, bukan dengan Ibunya.

Anak menjadi cerdas dan Sholih, namun yang berpahala bukan Istri, tapi Pesantren. Dan saya tidak mencari wanita yang membuang Pahala demi mengejar Karir.

Jika pahala yang menjadi modal ke Surga saja dia sudah rela tinggalkan, apalagi saya yang belum tentu bisa memberi makan 3x sehari semalam.

Bagiku:
Suami yang pandai mendidik, Istri yang terdidik, Anak yang terdidik oleh Istri. Adalah cara terbaik untuk membentuk lingkaran yang saling mengokohkan menuju Surga yang dijanjikan.

Surah at-Tahrim ayat 6 sudah memberi petunjuk untuk membuat lingkaran tersebut.

Membentuk Lingkaran Surga.

By: Salam el Fath

Minggu, 23 Oktober 2016

Pura-Pura Menolak Orang KAFIR ?

Yang mendukung Jokowi agar kalahkan Prabowo adalah Anis Baswedan. Setelah Jokowi naik ke tampuk Presiden, Anis Baswedan pun diangkat jadi Mentri. Bahagialah Anis.

Setelah dirasa tak layak pakai lagi oleh Megawati dan Jokowi, Anis pun diberhentikan. Hilanglah jabatan Anis Baswedan. Sekarang Anis Baswedan diangkat oleh Prabowo yang nota benenya adalah lawan politiknya saat melawan Jokowi. Dulu jadi musuh bebuyutan, sekarang jadi kawan. Kemunafikan terus berjalan mendominasi zaman. 

Sekarang tersebar foto Pak Anis, Sandiaga, dkk sedang sholat berjamaah di kediaman Prabowo. Dan masyarakat yg melihat seakan sudah merasa bahwa inilah calon pemimpin yang amanah dan mantap.

Di dunia yang serba rusak ini orang tidak butuh lagi konsep dan cara berfikir Islam agar aturan Allab diterapkan di negeri ini. Prinsipnya yang penting sholat berjamaah dan terlihat amanah, maka itulah yg dipilih. Tidak perduli Miras itu merajalela dan memakan korban, tidak perduli maraknya perzinahan, judi tetap jalan, dan macam-macam.

Yang penting pemimpinnya Muslim, yang penting kalau malam lebaran bisa takbiran keliling, yang penting bisa pake Monas untuk zikir akbar, yang penting bisa sholat dan menjalankan puasa dengan tenang.

Pokoknya yang penting hal-hal di atas bisa jalan, walau ribuan orang tetap menjadi korban kemaksiatan. Alasannya yang penting pemimpinnya bukan orang kafir, walau dalam pandangan ku kafir atau muslim yg tidak faham Islam juga sama Haramnya untuk menjadi pemimpin.

Tapi apalah daya, otak masyarakat saat ini seakan telah berkarat. Sampai tak mampu lagi berfikir bahwa ada cara lain yang telah dituntunkan oleh Rasul agar dapat menerapkan Syariat Islam. Yang terjadi justru sebagian masyarakat memaksa umat yang benar-benar tulus memperjuangkan Islam agar ikut bermain di dalam lumpur hitam Demokrasi.

Dan saking berkaratnya otak, hati pun menjadi mati akibat tak lagi mau mengambil jalan kebenaran. Fikiran bekunya memaksa ingin cepat, padahal apa yang juga mereka lakukan selama ini tak pernah memperoleh angin segar. Yang ada justru semakin menjauhkan umat dari kebenaran.

Sehingga masyarakat tak lagi berharap pada aturan Islam, dengan alasan bahwa pemimpin-pemimpin yang berasal dari Partai Islam pun sama saja. Partai Islam tapi ternyata korupsi juga. Itulah hal yang familiar terdengar di tengah-tengah masyarakat. Sehingga mereka semakin merendahkan taraf berfikir mereka dengan prinsip "Siapa yg kasih duit, maka itulah yg dipilih" 

Sungguh telah memuncak kerusakan yang terjadi di masyarakat. Akan tetapi para Ustadz kondang ternyata lebih senang membicarakan sesuatu yg tidak ada kaitannya dalam menyelesaikan persoalan umat. Fikiran mereka ternyata lebih senang ngurusin KAFIR dari pada memperhatikan aturan Islam agar diterapkan sehingga dapat menutup pintu bagi kaum KAFIR.

Menurut saya adalah mereka tidak serius dan cenderung bercanda dalam menyikapi calon pemimpin KAFIR. Mereka menolak pemimpin KAFIR, tapi mendiamkan aturan yang memberi keleluasaan kepada orang Kafir untuk memimpin. Sikap seperti ini kan jelas bercanda. Menolak tapi Pura-Pura.

Ah...kadang-kadang aku merasa bahwa bukan karena Pemilik Modal, Mega Wati dan PDI-Pnya yang membolehkan seorang Kafir untuk diusung sebagai Calon Pemimpin di mayoritas Muslim. Tapi karena mereka sendiri yang mengusungnya tersebab diamnya mereka atas Sistem Demokrasi yg memberi keleluasaan agar si Ahok memimpin Jakarta. 

By: Salam el Fath