Sabtu, 31 Desember 2016

SIFAT ORANG BERIMAN VS SIFAT ORANG MUNAFIK (KAFIR)

AHOK telah menjadi tersangka karena begitu jelas dia telah menghina ISLAM. Tapi sampai kini dia tidak dihukum, justru dibiarkan keluyuran dan membuat banyak orang kafir juga ikut-ikutan menghina ISLAM.

BUNI YANI yang menyebar video penghinaannya yang justru dihukum, padahal yang pertama menyebarkan video itu pihaknya AHOK (pihak pemerintah DKI Jakarta). Seharusnya bukan BUNI YANI yang ditangkap, tapi yang menghina dan yang menyebarkan pertama yang harusnya ditangkap.

Sekarang HABIB RIZIEQ dituduh menghina agama Kristen, padahal yang beliau lakukan adalah bercerama di hadapan umat Islam yang kemudian membacakan surah AL-IKHLAS bahwa Tuhan tidak mempunyai anak. Tapi pihak kepolisian malah memprosesnya seakan ia benar-benar telah menghina agama.

Yang melaporkan HABIB RIZIEQ adalah orang Kristen, padahal yang dicerami umat Islam. TOLOL sekali orang kafir itu, agama lain yang diceramahi, eh..mereka yang panas. Mirip sekali dengan SETAN. Dibacakan ayat AL-QUR'AN langsung kepanasan. Orang beriman malah adem-adem aja tuh. Yaa...begitulah pewaris SETAN.

Dan paling anehnya lagi adalah KEPOLISIAN justru memperlihatkan dukungannya kepada AHOK, tapi tidak mendukung HABIB RIZIEQ. Kapolri itu MUSLIM atau KAFIR...? Sepertinya KAFIR. Karena tidak mungkin MUSLIM akan mendukung orang KAFIR.

Coba baca ayat di bawah ini..
“Adapun orang-orang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain" Surah Al Anfal : 73.

Ayat ini sangat jelas memberi pemahaman kepada kita bahwa sifat orang kafir itu akan saling tolong menolong di antara mereka. Jadi, kalau ada orang yang mengaku Muslim tapi justru membela orang kafir, maka lidahnya boleh bilang muslim, tapi hakikatnya kafir.

Tapi kalau orang beriman, maka mereka tidak akan mendukung orang kafir, tapi akan saling mendukung sesama Muslim.

Coba baca ayat d bawah ini...
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." Surah At-Taubah : 71.

Di ayat itu, Allah menjelaskan dengan sejelas-jelasnya sifat orang-orang beriman. Mereka saling menolong, saling bahu-membahu, saling memberi dukungan, dan saling menasehati di dalan kebaikan. Itu sangat jelas dan gampang sekali dipahami.

Maka tidak perlu heran jika sikap yang dipertontonkan oleh kaum Munafik justru memperlihatkan perilaku kekafiran mereka. Karena orang munafik adalah orang yang sebenar-benarnya pendukung orang kafir. dan mereka itu akan terus membuat kerusakan di muka bumi hingga kiamat nanti.

Dan salah satu ciri-ciri orang Munafik yang sebenar-benarnya kafir tersebut adalah mereka yang rajin menghina Ulama padahal baca qur'an saja belum benar.

Orang Munafik yang sebenar-benarnya kafir itu adalah orang yang tidak pernah menamatkan satu kitab tafsir al-Qur'an tapi mulutnya terus mencela Ulama.

Orang Munafik yang sebenar-benarnya kafir itu adalah orang yang tidak pernah membaca kitab para ulama besar tapi sudah berani menghina Ulama.

Mereka itulah yang dijanjikan Allah dengan AZAB yang begitu menyiksa. Mereka akan menjadi santapan Api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.

ALLAH telah mengatakan:

"Kabarkanlah berita gembira kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih. (Yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-temanh penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah." Surah An-Nisaa’ : 128-139.

Maka sungguh penyesalan yang tiada tara di akhirat kelak bagi mereka yang sampai saat ini memiliki hati yang condong pada kekafira dan orang-orang kafir.

Semoga Bermanfaat
Saudaramu, Salam el-Fath

Jumat, 30 Desember 2016

SEJARAH TAHUN BARU MASEHI VS TAHUN BARU ISLAM

Saat ini umat manusia di seluruh dunia mengenal yang namanya tahun baru MASEHI, terutama manusia yang ada di negeri ini. Dan setiap pergantian tahunnya selalu menjadi momentum perayaan tahun baru di seluruh dunia. Entah sejak kapan perayaan tahun baru tersebut berlangsung di negeri ini. Itu yang cukup mengganggu alur berfikirku.

Jika aku telusuri sejak saya lahir, maka perayaan seperti ini yang ku tahu tidak pernah berlangsung meriah kecuali sejak awal abad 21 ini. Karena seingatku ketika pertelevisian Indonesia baru sebatas TVRI dan METRO TV, tidak ada itu yang bernama perayaan tahun baru masehi.
Namun bukan itu yang akan ku bahas dalam tulisan ini, tetapi yang ingin ku sampaikan adalah terkait dengan sejarah munculnya perayaan tahun baru MASEHI, yang kemudian juga ingin sedikit ku sampaikan sejarah Tahun baru HIJRIYAH nan ISLAMI.

Jika diperhatikan dari sejarah munculnya perayaan tahun baru masehi, maka awal tahun baru masehi ditetapkan oleh RAJA ROMAWI 46 sebelum masehi. Dimana saat itu penyembahan terhadap DEWA-DEWA dilakukan oleh bangsa ROMAWI. Dan pada hari itulah perayaan tahun baru dikenal oleh bangsa manusia di muka BUMI, khusus bangsa yang berada di bawah kekuasaan kekaisaran Romawi.

Perayaan ini disemarakkan dengan peniupan terompet dan pembunyian serinai, dimana benda-benda ini digunakan sebagai alat ritual bangsa NASRANI dan YAHUDI. Inilah sejarah singkat perayaan tahun baru masehi yang diperingati pada tanggal 1 Januari. Dan jika hal ini diikuti oleh umat Islam, maka secara sadar bahwa mereka menjadi orang-orang yang membebek atau ikut-ikutan terhadap perayaan ibadah kaum Yahudi dan Nasrani.

Sedangkan Tahun baru HIJRIYAH, jika kita melihat dari sejarah penanggalannya, maka kita akan peroleh pemahaman bahwa hal ini ditetapkan oleh KHALIFAH UMAR BIN KHATAB sang PEMIMPIN MUSLIM DUNIA setelah NABI MUHAMMAD SAW. dan ABU BAKAR as SIDDIQ. Penetapan awal tahun baru HIJRIYAH dilakukan berdasarkan pada awal mula hijrahnya sang NABI SAW dari Mekkah menuju Yatsrib (Madinah). 

Dan hijrahnya sang NABI SAW beserta sahabat-sahabatnya adalah dikarenakan bahwa pada hari itu adalah awal permulaan diberlakukannya SYARIAT ISLAM secara menyeluruh di permukaan Bumi, dan hal ini diawali oleh negeri Madinah (Yatsrib). Maka dari sanalah ISLAM tersebar keseluruh permukaan Bumi hingga negeri INDONESIA ini.

Oleh karena itu, satu hal yang wajib kita ketahui sebagai umat Islam ialah, bahwa 1 Muharram sebagai awal tahun baru HIJRIYAH adalah awal mula hijrahnya sang NABI untuk menegakkan DAULAH ISLAM (NEGARA ISLAM). Dan setelah terbentuknya sebuah negara di Madinah, maka agama ISLAM tersebar ke seluruh penjuru dunia. Sebab ketika itu, Rasulullah mulai mengirim surat kepada bangsa PERSIA dan ROMAWI, agar kedua peradaban ini dapat menjadikan ISLAM sebagai agama resmi peradabannya dan menyampainkan kepada rakyatnya agar mereka semua masuk ISLAM.

Kedua bangsa ini adalah bangsa yang menguasai peradaban dunia ketika it, tetapi setelah RASULULLAH sukses menegakkan NEGARA ISLAM di Madinah, maka kedua bangsa itu takluk di bawah kekuasaan ISLAM. Dan saat itulah umat manusia mulai terbebas dari peradaban jahiliyah yang menyembah kepada selain ALLAH SWT lalu kemudian mereka berbondong-bondong menyembah ALLAH SWT.

Perayaan tahun baru masehi selalu dilakukan dengan FOYA-FOYA. Karena memang demikianlah budaya KAFIR PENJAJAH la'natullah...
Sedangkan tahun baru hijriyah selalu dirayakan dengan pawai umat Islam khususnya di INDONESIA dalam rangka mengembalikan SYARIAT ISLAM agar kembali diterapkan dalam mengatur kehidupan bernegara. Hal ini juga dimotivasi oleh keinginan umat Islam untuk bersatunya umat Islam di seluruh dunia, sebab itu adalah perintah dari ALLAH SWT.

Maka sebagai makhluk yang berakal dan yang telah memeluk agama Islam, saatnya kita harus memilih, taat pada ALLAH SWT atau mengikuti ajaran Yahudi dan Nasrani..?!
Dan tidak ada perayaan yang paling baik kecuali yang tidak bertentangan dengan ajaran ISLAM yang telah diridhoi oleh ALLAH SWT pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan.

Semoga Bermanfaat
Saudaramu, Salam el-Fath.

Rabu, 28 Desember 2016

"PERBEDAAN KEHIDUPAN KELUARGA YANG TERBANGUN KARENA PACARAN VS YANG KARENA KETAATAN."

Bagi mereka yang sedang pacaran saat ini, ialah orang-orang yang telah memilih, dan pilihan yang telah mereka pilih baginya itulah yang terbaik.

Ada banyak kemungkinan yang terjadi dalam dunia pacarannya para pasangan muda-mudi masa kini, dan hal itu cenderung dianggap sebagai puncak kebahagiaan bagi mereka yang menjalani.

Mungkin sebelum pacaran, bagi ia yang lagi kasmaran, maka ia akan menganggap sang kekasih adalah sosok manusia yang harus dipuja dan dipuji

Bagi pria, ketika ia melihat sang wanita yang dipacarinya, maka ia melihat bagaikan bidadari yang jatuh dari kahyangan, (menghayal dikit ga papa kan..hehehe) dan yang wanita melihat sang pujaan hati bagai artis yang bernama aliando syarif. (upss...selera artis juga ini cewe'...)

Ya...mungkin seperti itulah yang mereka rasakan, yakni merasa telah memilih yang terbaik dari milyaran manusia yang ada di muka bumi. Akan tetapi, terkadang mereka tidak menyadari, bahwa apa yang telah mereka pilih adalah sebuah pilihan yang sebenarnya menjadi hal yang terburuk bagi diri mereka sendiri.

Mengapa...?
Karena orang yang pacaran itu biasanya, dan selalu begitu, yakni hal yang mereka sering perlihatkan saat pacaran adalah akitifitas yang indah-indah lagi manis, sedangkan cacat sang kekasih biasanya tersembunyi. (ma'lum takut ditinggal...)

Ketika aktifitas pacaran tersebut mereka jalani, saya boleh mengatakan bahwa memang iya mereka terlihat romantis, tetapi setelah putus, subhanallah...seakan dunia menjadi terbalik, lalu saling mencaci dan menghina pun terjadi, kecewa dan menangis, hati pun merasakan sakit bagai tertusuk belati beracun berhari-hari.

Jika ketika pacaran mereka saling memberi cendra mata tanda cinta (katanya). Maka seketika itu pula mereka ambil lalu dibanting berkali-kali, dilempar ke dinding, diambil dan dilempar lagi, jika berbentuk gambar foto berdua, maka diambillah foto tersebut kemudian disobek-sobek hingga sobekan yang paling kecil, atau menusuk-nusuk wajahnya dengan sebilah pulpen, dan mencoblos matanya hingga berkali-kali (kalah coblosan di pemilu yang hanya sekali..hihihi..)

Apapun dilakukan untuk mengekspresikan kekecewaan yang begitu mendalam, bahkan bila perlu berkurung di dalam kamar sambil memutar musik yang berjudul "HANCUR HATIKU". (itu loh, lagu yang pernah dinyanyikan oleh alm. Olga Saputra, hancur hancur hancur hatiku, hancur, hancur hatiku, pokoknya lagu itu liriknya cuman hancur hancur hatiku. hahaha..)

Dan yang paling memiriskan hati adalah jika sampai bunuh diri menjadi pilihan bagi mereka yang diputusin pacarnya. Sungguh kematian yang paling dibenci oleh Allah adalah aktivitas bunuh diri, dan pelakunya dijamin masuk Neraka dan abadi di sana. (hati-hati ya guys....)

Akan tetapi, pacaran tidak selamanya berakhir tragis, (katanya). Tidak sedikit orang yang setelah melakukan aktivitas pacaran mereka kemudian memilih untuk melanjutkannya ke jenjang pernikahan, (cieeee.....menikah nieeee...). Namun, bagi mereka yang kemudian melanjutkannya ke jenjang pernikahan, maka ada beberapa hal yang sering terjadi, dan hal ini sering kami temukan di lapangan bagi pasangan yang membentuk ikatan keluarga melalui aktivitas pacaran.

Ketika pacaran, mungkin menjadi hal romantis dan bahagia saat saling berbagi, dan bulan-bulan pertama mungkin masih saling cipika-cipiki sebelum suaminya berangkat cari duit, atau jalan-jalan bareng sambil menikmati suasana indahnya pagi dan menghirup udara dengan tamparan-tamparan romantis semilir angin di pagi hari. Tetapi setelah mulai berganti bulan, mulai terlihat adanya perasaan hambar menyusupi, romantisme dan keindahan yang selama ini terjalin tidak lagi menjadi sesuatu yang berarti. Bosan, malas, dan berbagai macam alasan terlisani untuk menjadi legitimasi bahwa hal itu tak perlu terjadi lagi. Dan parahnya lagi, sering kita mendengar seorang pria berkata kepada kawannya, "untuk apa lagi, kan sudah laku". (ihh...ngerinya mi..)

Ikatan pernikahan pun mulai terlihat tidak asik, mbosanin, jenuh, dan keindahannya memudar, cahayanya meredup, dan hari-hari mereka hanya berkutat dengan urusan masing-masing, yang pria mencari nafkah, dan yang wanita ngurusin rumah, atau kalau wanitanya adalah seorang pekerja (wanita karir), maka perlahana rumah tangga yang seharusnya menjadi bahtera untuk ke Surga tak lagi menjadi penting bagi mereka yang sudah melampiaskan romantismenya ketika pacaran.

Jika telah demikian yang terjadi, maka terkadang berlakulah ungkapan "kamu kamu, aku aku." wanita berjalan menendang batu, prianya malah bilang, "taruh di mana matamu" atau "kalau jalan pake mata", (idiiihhhh....kejam amat sih jadi cowok...)

Akan tetapi beda halnya yang terjadi dengan mereka yang dalam membangun rumah tangganya tidak melalui aktivitas pacaran, mereka miliki kebebasan dalam menentukan pilihan, yakni memilih siapa yang akan ia jadikan sebagai pendamping hidup, dan memilih siapa yang terbaik dari sekian banyak orang yang baik (sholih/ah).

Romantisme itu akan sering terjadi dan rasa hambar dalam hubungan keluarga yang terbangun melalui aktivitas ketaatan itu insya Allah akan terusir karena seiring dengan cinta yang dibangun berasas pada ketaatan terhadap Allah SWT yang maha kasih lagi maha pemberi keindahan hakiki.

Rumah tangga mereka dijalani begitu romantis dengan saling mengajarkan Al-Qur'an, Al-Islam, dan penuh perencanaan demi meraih butir-butir kebahagiaan yang hakiki lagi abadi. Mereka berusaha merealisasikan do'a-do'a yang selama ini mereka panjatkan kepada Allah Rabbul 'alamin, "Ya Tuhan Kami, Berikanlah kepada Kami Kebahagiaan di Dunia dan di Akhirat".

Ketika sang suami hendak bekerja, Istrinya tiada henti mendo'akan keselamatan atasnya, sembari berpesan dengan perkataan yang indah, "sayang, berikanlah kepadaku nafkah yang halal lagi baik, sungguh aku lebih rela makan nasi dan tempe daripada makan Burger dan Ayam KFC tapi berasal dari harta yang haram". (cieee....jangan BAPER...hehehe)

Sedangkan suaminya justru berbisik di telinga sang istri "Aku tidak menyesal memilihmu, dan aku bersyukur kepada Allah karena telah menitipkan bidadari yang tutur katanya menyejukkan hatiku, aku tidak akan memberimu nafkah melalui jalan yang haram, sebab aku ingin selalu bersamamu hingga ke Surga, Allah memang telah menyiapkan 70 bidadari dalam setiap kamar di Surga, tetapi tahukah engkau wahai badadariku, aku lebih memilih bersamamu di sana dan membiarkan ke-70 bidadari itu cemburu melihat kita saling bercanda dan bercumbu di Surga" (Haduuuuhhhh....romantisnyaa...)

Dan hal itu akan terus berjalan sebagaimana romantisme Nabi Muhammad SAW kepada Ummul Mu'minin Siti Khadijah, atau kepada 'Aisyah radhiyallahu 'anha dan kepada istri-istri lainnya.

Dan apabila kehidupan seperti itu yang telah mereka jalani, maka ungkapannya bukan lagi "kamu kamu, aku aku". Tetapi aku sayang kamu, kamu sayang aku. dan hati kita akan terus menyatu, karena cinta mu dan cinta ku terbangun pada ketaatan pada yang satu. Allahu Rabbul 'Alamin....

Maka berbahagialah yang berilmu sebelum menikah, dan yang memilih taat pada Allah, karena tidak ada kebahagiaan setelah pernikahan bagi mereka yang tidak mengilmuinya dan yang dengan jalan pacaran mereka membangun kehidupan keluarganya.

Semoga bermanfaat.
Saudaramu, Salam el-Fath. :)

Selasa, 27 Desember 2016

SATU KATA YANG PALING MENYIHIR

Entahlah, apa yang menyebabkan kedua bola mata ini bisa mendefinisikan berbagai bentuk rupa dan warna pada wajah, yang kemudian dengan gampangnya ia merangkai sebuah kata yang dapat mewakili semuanya.

CANTIK

Itulah satu kata yang hanya bermodalkan enam huruf abjad Indonesia, namun ia begitu menyihir semua umat manusia yang ada di seluruh dunia.

CANTIK

Kata yang konon katanya begitu indah saat diucapkan oleh seorang pria di hadapan kekasihnya, sehingga bisa melesat begitu cepat mengisi ruang kecil yang ada di dalam dada sang kekasih yang dipuji begitu rupa.

CANTIK

Sebuah kata yang begitu sakral (suci) untuk diungkap, dan begitu selektif untuk terucap. Ia adalah kata yang berasal dari kumpulan huruf-huruf yang berbeda, lalu terangkai indah dalam sebuah kata. Dan mungkin inilah yang menjadi salah satu filosofinya sehingga berbagai bentuk rupa dan warna tapi dengan mudahnya ia tersimpul dalam satu kata.

CANTIK

Ini adalah sebuah kata yang paling membuai jutaan wanita, sehingga dengan rela mereka melakukan berbagai macam cara untuk tampil dan disebut cantik di hadapan seluruh umat manusia. Baik itu mengubah bentuk kulit, postur tubuh, memakai bermacam-macam pakaian modis, hingga menggunakan berbagai macam jenis kosmetik yang tujuannya hanyalah agar ia disebut CANTIK.

CANTIK

ia adalah satu kata yang ingin terus dijaga oleh setiap wanita dengan berbagai macam alasan yang mengikutinya. Baik dari alasan karena takut suami tak lagi cinta, karena takut sang pujaan hati berpindah di lain wajah, atau karena takut tersindir oleh tajamnya sindiran teman sejawat dan tetangga.

CANTIK

Kata ini juga telah menjadi motivasi paling menyihir bagi sebagian para wanita untuk bertelanjang dada, bertelanjang paha, bertelanjang pusar pada sebagian perutnya, dan berpanampilan seksi pada umumnya. Hanya untuk satu kata, CANTIK.

CANTIK

Rangkain huruf yang telah memunculkan isu terbaru dalam dunia fashion para muda-mudi hingga ibu-ibu rempong di negeri ini, yakni berupa trend baru dalam dunia hijab yang kemudian bermuara pada istilah hijab style.Berbagai jenis kerudung dibuat, dari yang berbelah samping, berbelah tengah, berpunuk unta, hingga kerudung yang dapat mencekik leher pamakainya akibat lilitan yang begitu kencang dalam pemakaiannya. Dan yang terbaru adalah baju jubah yang terbelah, wow...modis dan terbaru banget, yang pada akhirnya akan mengarah pada satu kata yang sama, CANTIK.

Inilah berbagai macam pernak-pernik dan berbagai bentuk yang berbeda dalam merepresentasikan sebuah istilah yang kesemuanya mengatasnamakan satu objek suku kata yang berlainan huruf dalam abjad Indonesia serta paling menyihir dan membius umat manusia terutama yang bergender wanita, ya, dialah kata yang paling menyihir itu, CANTIK.

Akan tetapi, tidak ada satu pun perbuatan yang meraih kata CANTIK yang terpuji dan lebih abadi, kecuali berpenampilan cantik yang sesuai dengan perintah Allah dan tidak sampai menabrak larangannya. Dan saya fikir para pembaca tulisan ini bisa memahami apa yang saya maksudkan pada kalimat tersebut. Oke...

Bye CANTIK. :)

Senin, 26 Desember 2016

TERNYATA MAHASISWI MAGISTER BAHASA ARAB ITU PENYEBABNYA.

Beberapa hari terakhir ini saya selalu dicie-cieyi oleh teman-teman kampus saya. Mereka bilang bahwa saya menyukai salah seorang wanita yang berasal dari suku mereka.

Wiwik namanya, salah seorang mahasiswi magister pendidikan bahasa arab, yang berasal dari suku Sasak, Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Saya sendiri tidak tahu siapa itu Wiwik, kenal saja tidak, apalagi dibilang bahwa saya menyukai dia. KOK BISA...?

Memang sih ada beberapa orang wanita yang berasal dari suku yang sama dengan mereka, sering datang ke Masjid setiap waktu shalat. 5 waktu mereka selalu tepat, karena mereka sering shalatnya di Masjid walau shubuh yang dilakukan pukul 00:04 WIB.

Jujur, aku cukup salut dan kagum terhadap para wanita itu. Mereka benar-benar menjaga waktu shalat mereka, terutama di waktu subuh. Terlepas dari afdholiyahnya seorang wanita yang shalatnya lebih baik di rumah.

Tapi yang membuatku merasa aneh itu, jika nama saya dicatut untuk sesuatu yang tidak ku lakukan, yakni menjadi tertuduh bahwa aku menyukai salah satu di antara mereka.

Bagaimana tidak, kenal ngga' apalagi suka. Berintraksi apalagi, tidak sama sekali. Memang sih saya pernah ditanya oleh seorang wanita tentang sesuatu, dan setelah ku jawab, saya pun pergi. Ya...kurang lebih hanya 20 detik untuk menjawab pertanyaannya itu. Dan saya juga tidak tahu nama gadis itu.

Cie-cie itu membuatku sedikit tidak nyaman, hingga membuatku penasaran dan bertanya-tanya, sebenarnya siapa gadis itu..?! Kok saya disebut-sebut bahwa saya menyukainya. Apakah dia adalah sosok wanita luar biasa dalam pandangan mereka..?! ENTAHLAH.

Dan akhirnya teka-teki yang membingungkan itu terjawab sudah. Kemarin sore saat sedang asik membaca sebuah berita di salah satu situs, tiba-tiba aku dikagetkan oleh kedatangan seorang gadis yang pernah berpapasan denganku dan bertanya tentang sesuatu hal padaku.

Dia bertanya padaku,

Mas, sholawat yang mas sampaikan waktu itu ke saya, tidak saya temukan. Bagaimana ya mas...?
(Yang beliau tanyakan waktu itu adalah tentang sholawat yang sering ku baca menjelang sholat zuhur).

Sontak aku kaget mendengar suaranya, bagaimana tidak, dia tepat berada di belakangku dan tiba-tiba datang. Padahal belum ku beri undangan padanya untuk datang. hehehe...

Dan ketika ia berbicara itu, teman-teman tahu, aku dibuatnya tertawa terbahak-bahak, why..?! karena logat sasak/lomboknya begitu kental. dan aku benar-benar tidak bisa menahan tawaku.

Saya kemudian minta maaf padanya atas sikap saya tersebut, dan KU KATAKAN DENGAN INDAH, DENGAN TERBUKA, HATIKU HAMPA....(ya ngga' lah, itu potongan lirik lagunya Peterpan). hehehe....

Ku katakan padanya, maaf mba', saya benar-benar merasa lucu mendengar logat mba' dalam berbicara. Jadi, mohon maaf, sebab ada beberapa orang teman kelas saya yang juga berasal dari lombok, ketika mereka berbicara, saya juga tertawa akan hal itu. jadi, maaaafff banget.

Eh, dianya malah bilang, tertawa aja terus, tertawa aja. emang ada yang lucu.

Lah, saya jadi bingung, ini orang kok kaya udah akrab aja ya dalam hal cara ngomongnya dengan saya. Dan saya jadi ikut terbawa dengan suasana keakraban yang ia lakukan.

Saya kemudian katakan kepadanya, iya nanti saya coba carikan sholawatnya mba', lalu dengan cepatnya ia menyambar perkataanku.

Gini aja mas, tolong mas rekam suaranya mas dengan membaca sholawat itu, lalu kirim ke saya. kemudian dia meminta nomor HP saya.

Lalu ku katakan padanya, gini aja mba', nanti saya kirimkan teksnya, saya nanti kasih nomor WA saya aja.

Nah, itu lebih bagus, dan juga rekaman suaranya ya mas. jawabnya.
Berapa nomor HPnya mas...?

Kamudian saya berikan pdanya, 0853xxxxxx.
Beberapa saat kemudian, saya kirimkan teks sholawat yang dia minta. dan dia pun berkata:

Coba ada rekaman suaranya mas, biar Wik tahu cara bersholawatnya.

Saya lalu bertanya padanya, Wik itu apa mba'..?
Wik itu nama saya, Wiwik Kurniawan.
Ohh...jadi anda toh yang anak-anak itu itu sebut. Kirain siapa..(saya baru tahu).
Sebut gimana mas..? Hmm, penasaran Wik. Kalau kakak2 lombok Wik ngomong macem-macem jangan dipercaya mas.
Iya...mereka ngomongnya aneh-aneh. Masa saya suka sama mba', kenal aja ngga' udah ngomong suka. Nyambung ke mana tuh..(bingung).
Masa'? Hehehe..bisa jadi, soalnya Wik cerita ke mereka mas.
Haahh...cerita apa mba'...?

Percakapan berhenti, ohh....ternyata dia yang menyebabkan saya diledekin itu. Aneh juga gadis itu ya, belum kenal sama sekali udah main ceritain saya. Dan ternyata, diam-diam selama ini dia terus mendengar bacaan sholawat saya saat menjelang shalat di Masjid. Saya suruh untuk merekam suara orang yang juga selalu shalawatan di kampus dianya malah tidak mau, inginnya suara saya yang mau direkam oleh dia.

Hedeeeehhh.....CAPE DECH....

*Hukum Mengoreksi Penguasa Secara Terbuka dalam Islam*

oleh: Harry Rachmatulah2⃣

Beberapa waktu yang lalu, kaum Muslim di Indonesia melakukan aksi massa terbesar sepanjang sejarah perjalanan bangsa Indonesia, yakni Aksi Bela Quran Jilid II dan III, dimana kedua aksi ini dipicu kasus penistaan Al-Qur’an yang dilakukan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama alias Ahok. Aksi ini bertujuan mulia, membela al￾Qur’an yang disakralkan kaum Muslim, dan menuntut penegakkan keadilan bagi orang yang terbukti melakukan tindak penistaan agama.
Meskipun begitu, ada segelintir kaum Muslim yang tidak sepakat dan tidak mendukung aksi ini. Sekalipun bertujuan mulia, aksi ini dinilai sebagai aksi massa yang tidak boleh dilakukan, karena mengoreksi penguasa secara terang-terangan di muka publik, sementara mereka berasumsi
Islam melarang pemeluknya mengoreksi penguasa secara terang-terangan dan terbuka, wajib empat mata. Sehingga disimpulkan bahwa aksi ini dan yang semacamnya, merupakan aksi yang melanggar syari’at, apapun tujuannya.

Padahal perlu dipahami dua poin utama berikut ini:

*A. Pentingnya Mengoreksi Penguasa*3⃣
Mengoreksi penguasa yang lalai, salah dan keliru,termasuk perkara yang ma’lûm bagian dari agama ini. Salah satu hadits yang mendorong untuk mengoreksi penguasa, menasihati mereka,
adalah hadits dari Tamim al-Dari , bahwa Nabi Muhammad  bersabda:

“Agama itu adalah nasihat”
Para sahabat bertanya: “Untuk siapa?”
Nabi  bersabda: “Untuk Allah, kitab suci-Nya, Rasul-Nya, pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin pada umumnya.”
(HR. Muslim, Abu Dawud, Ahmad. Lafal Muslim)

Dalam tinjauan ilmu balaghah, hadits ini mengandung bentuk penambahan lafal yang memiliki faidah tertentu, dinamakan al-ithnâb4⃣. Yakni dengan adanya penyebutan kata “ ”
(untuk pemimpin-pemimpin kaum Muslim) di depan kata “ ” (kaum Muslim pada umumnya), dimana kata “kaum Muslim” adalah lafal yang cakupannya umum (lafzhah jâmi’ah),mencakup pemimpin dan manusia secara umum5⃣.
Sedangkan “pemimpin kaum Muslim” merupakan kata khusus yang termasuk bagian dari kaum Muslim pada umumnya, namun dalam hadits ini pemimpin disebutkan secara khusus sebelum kaum Muslim, ini yang dinamakan al-ithnâb dengan pola dzikr al-‘âm ba’da al-khâsh (penyebutan kata yang umum setelah kata yang khusus), dalam istilah lain yakni dzikr al-basth, sebagaimana penjelasan Ibn Abi al-Ishba’ al-Baghdadi (w. 654 H)6⃣ dan Ibn Hujjah al-Hamawi (w. 837 H)7⃣, dengan menjadikan hadits ini sebagai salah satu contohnya.
Faidah dari pola ini adalah untuk mencakup keumuman kata dan memberikan perhatian kepada kata yang khusus ( )8⃣ atau berfaidah melengkapi makna yang dimaksud setelah menyebutkan sesuatu yang harus disebutkan secara khusus (
)
9⃣.
Artinya hadits ini pun mengandung penekanan: pentingnya menasihati penguasa atau pemimpin kaum Muslim, namun bukan sembarang nasihat, melainkan nasihat dengan landasan Din ini, sebagaimana permulaan kalimat hadits ini, al-dîn al￾nashîhah.

Di sisi lain, Rasulullah  pun secara khusus telah memuji aktivitas mengoreksi penguasa
zhalim, untuk mengoreksi kesalahannya dan menyampaikan kebenaran kepadanya:

“Sebaik-baik jihad adalah perkataan yang haq pada pemimpin yang zhalim.”
(HR. Ahmad, Ibn Majah, Abu Dawud, al-Nasa’i, al-Hakim dan lainnya)

“Penghulu para syuhada’ adalah Hamzah bin ‘Abd alMuthallib dan orang yang mendatangi penguasa zhalim lalu memerintahkannya (kepada kebaikan) dan mencegahnya (dari keburukan), kemudian ia (penguasa zhalim itu) membunuhnya.”
(HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak, al￾Thabrani dalam al-Mu’jam al-Awsath)

Kalimat afdhal al-jihâd dalam hadits pertama merupakan bentuk tafdhîl (pengutamaan), yang menunjukkan secara jelas keutamaan mengoreksi penguasa, menyampaikan kebenaran kepada penguasa yang berbuat zhalim.

Sedangkan dalam hadits yang kedua, orang yang mengoreksi penguasa, lalu dibunuh, maka dinilai sebagai sayyid al-syuhadâ (penghulu mereka yang mati syahid). Kedua kalimat ini jelas merupakan indikasi pujian atas perbuatan mengoreksi penguasa, dalam bentuk ikhbâr (pemberitahuan). Maka, pemberitahuan tersebut bermakna jâzim
(tegas). Sebab, jika sesuatu yang dipuji tersebut tidak dilakukan akan mengakibatkan terjadinya
pelanggaran dan runtuhnya pelaksanaan hukum Islam, dan sebaliknya hukum Islam akan dapat terlaksana jika aktivitas tersebut dilaksanakan, maka aktivitas tersebut hukumnya wajib.

*B. Hukum Mengoreksi Penguasa Secara Terbuka*
Perlu kami tegaskan bahwa hukum asal amar makruf nahi mungkar harus dilakukan secara terang-terangan, dan tidak boleh disembunyikan. Ini adalah pendapat mu’tabar dan perilaku generasi salafunâ al-shâlih.
Namun, sebagian orang berpendapat bahwa menasihati seorang penguasa haruslah dengan cara sembunyi-sembunyi (empat mata). Menurut mereka, seorang Muslim dilarang menasihati penguasa secara terang-terangan di depan umum, mengungkap kesalahan mereka di muka publik, karena ada dalil yang mengkhususkan.
Pendapat semacam ini adalah pendapat *batil*, dan bertentangan dengan realitas muhâsabah li al-hukkâm yang dilakukan oleh Nabi , para sahabat dan generasi-generasi al-salaf al-shâlih sesudah mereka.
Pasalnya, pendapat tersebut (keharusan mengoreksi penguasa dengan sembunyi￾sembunyi/empat mata) bertentangan dengan point-point berikut ini:

*Pertama, Teladan Rasulullah  yang Mengoreksi Pejabatnya Terang-Terangan*

Perilaku Rasulullah  dalam mengoreksi pejabat yang diserahi tugas mengatur urusan rakyat (pemerintahan). Beliau SAW tidak segan-segan mengumumkan perbuatan buruk yang dilakukan oleh pejabatnya di depan kaum Muslim, dengan tujuan agar pelakunya bertaubat dan agar pejabat-pejabat lain tidak melakukan perbuatan serupa.

Imam Bukhari dan Muslim
menuturkan sebuah riwayat dari Abu Humaid Al-Sa’idi bahwasanya ia berkata:

“Rasulullah 
mengangkat seorang laki-laki menjadi amil untuk menarik zakat dari Bani Sulaim. Laki-laki itu dipanggil dengan nama Ibnu Luthbiyyah. Tatkala tugasnya telah usai, ia bergegas menghadap Nabi ; dan Nabi Muhammad  menanyakan tugas-tugas yang telah didelegasikan kepadanya.
Ibnu
Lutbiyah menjawab, ”Bagian ini kuserahkan kepada anda, sedangkan yang ini adalah hadiah yang telah diberikan orang-orang (Bani Sulaim) kepadaku.”
Rasulullah  berkata, ”Jika engkau memang jujur, mengapa tidak sebaiknya engkau duduk￾duduk di rumah ayah dan ibumu, hingga hadiah itu datang sendiri kepadamu”.
Beliau  pun berdiri, lalu berkhutbah di hadapan khalayak ramai. Setelah memuji dan menyanjung Allah swt, beliau bersabda, ”’Amma ba’du. Aku telah mengangkat seseorang di antara kalian untuk menjadi amil dalam berbagai urusan yang diserahkan kepadaku. Lalu, ia datang dan berkata, ”Bagian ini adalah untukmu, sedangkan bagian ini adalah milikku yang telah dihadiahkan kepadaku. Apakah tidak sebaiknya ia duduk di rumah ayah dan ibunya, sampai hadiahnya datang sendiri kepadanya, jika ia memang benar-benar jujur? Demi Allah, salah seorang di antara kalian tidak akan memperoleh sesuatu yang bukan haknya, kecuali ia akan menghadap kepada Allah swt dengan membawanya. Ketahuilah, aku benar-benar tahu ada seseorang yang datang menghadap Allah swt dengan membawa onta yang bersuara, atau sapi yang melenguh, atau kambing yang mengembik.
Lalu, Nabi  mengangkat kedua tangannya memohon kepada Allah swt, hingga aku (perawi) melihat putih ketiaknya”.
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hadits di atas adalah dalil sharih yang menunjukkan bahwa Rasulullah  pernah menasihati salah seorang pejabatnya dengan cara mengungkap keburukannya secara terang￾terangan di depan publik. Beliau tidak hanya menasihati Ibnu Luthbiyyah dengan sembunyi￾sembunyi, akan tetapi membeberkan kejahatannya di depan kaum Muslim. Lantas, bagaimana bisa dinyatakan bahwa menasihati penguasa haruslah dengan sembunyi-sembunyi (empat mata), sedangkan Nabi , manusia yang paling mulia akhlaknya, justru menasihati salah satu pejabatnya (penguasa Islam) dengan terangan-terangan, bahkan diungkap di depan khalayak ramai?

*Kedua, Perintah Nabi  Agar Menasihati Penguasa Zhalim Secara Mutlak*

Ada perintah dari Nabi  agar kaum Muslim memberi nasihat kepada para penguasa fajir dan dzalim secara mutlak.

Rasulullah  bersabda:
“Penghulu para syuhada’ adalah Hamzah bin ‘Abd alMuthallib dan orang yang mendatangi penguasa zhalim lalu memerintahkannya (kepada kebaikan) dan mencegahnya (dari keburukan), kemudian ia (penguasa zhalim itu) membunuhnya.”
(HR. alHakim dalam al-Mustadrak, al￾Thabrani dalam al-Mu’jam al-Awsath)

Hadits ini datang dalam bentuk *umum*. Hadits ini tidak menjelaskan secara rinci tatacara mengoreksi seorang penguasa; apakah harus dengan sembunyi-sembunyi atau harus dengan terang￾terangan. Atas dasar itu, seorang Muslim diperbolehkan menasihati penguasa dengan terang-terangan atau sembunyi-sembunyi (empat mata). Hadits ini tidak bisa di-takhshîsh dengan hadits￾hadits yang menuturkan tentang muhâsabah li al-hukkâm (mengoreksi penguasa) dengan empat mata. Pasalnya, *hadits-hadits yang menuturkan tentang menasihati penguasa dengan empat mata adalah hadits dha’if* (akan dijelaskan pada ulasan berikutnya).

*Ketiga, Perintah Nabi  Mengoreksi Penguasa yang Menegakkan Kekufuran dengan Pedang*

Ada perintah dari Rasulullah  untuk mengoreksi (muhasabah) penguasa hingga taraf memerangi penguasa yang melakukan kekufuran yang nyata. Nabi  memerintahkan para shahabat untuk mengoreksi penguasa dengan pedang, jika telah tampak kekufuran yang nyata.

Imam al-Bukhari meriwayatkan hadits dari ‘Ubadah bin Shamit ., ia berkata:
“Nabi –shallallâhu ’alayhi wa sallam- mengundang kami, lalu kami mengucapkan baiat kepada beliau, beliau –shallallâhu ’alayhi wa sallam- bersabda yakni dalam segala hal yang diwajibkan kepada kami bahwa kami berbaiat kepada beliau untuk selalu mendengarkan dan taat (kepada Allah dan Rasul-Nya), baik dalam kesenangan dan kebencian kami, kesulitan dan kemudahan kami dan beliau juga menandaskan kepada kami untuk tidak mencabut suatu urusan dari ahlinya kecuali jika kalian (kita) melihat kekufuran secara nyata (dan) memiliki bukti yang kuat dari Allah.”
(HR.Al-Bukhari dalam Shahîh-nya & Muslim dalam Shahih-nya. Lafal al-Bukhari)

Imam Muslim menuturkan sebuah riwayat, bahwasanya Rasulullah  bersabda:

“Akan datang para penguasa, lalu kalian akan mengetahui kemakrufan dan kemungkarannya, maka siapa saja yang membencinya akan bebas (dari dosa), dan siapa saja yang mengingkarinya dia akan selamat, tapi siapa saja yang rela dan mengikutinya (dia akan celaka)”.
Para shahabat bertanya, “Tidaklah kita perangi mereka?” Beliau bersabda, “Tidak, selama mereka masih menegakkan shalat” Jawab Rasul.”
(HR. Muslim)

Tatkala berkomentar terhadap hadits ini, al-Hafizh al-Nawawi, dalam Syarah Shahih Muslim menyatakan, “Di dalam hadits ini terkandung mukjizat nyata mengenai kejadian yang akan terjadi di masa depan, dan hal ini telah terjadi sebagaimana yang telah dikabarkan olh Rasulullah
. Sedangkan makna dari fragmen, “Tidaklah kita perangi mereka?” Beliau bersabda, “Tidak, selama mereka masih menegakkan sholat,” jawab Rasul; adalah ketidakbolehan memisahkan diri dari para Khalifah, jika mereka sekedar melakukan kedzaliman dan kefasikan, dan selama mereka  tidak mengubah satupun sendi-sendi dasar Islam.”🔟

Hadits di atas menunjukkan bahwa dalam kondisi-kondisi tertentu seorang Muslim wajib mengoreksi penguasa dengan terang-terangan, bahkan dengan pedang jika para penguasanya melakukan kekufuran yang nyata. Hadits-hadits di atas juga menjelaskan bahwa seorang Muslim
wajib memisahkan diri dari penguasa-penguasa yang melakukan kekufuran yang nyata. Selain itu, riwayat di atas juga menunjukkan bahwa menasihati penguasa boleh dilakukan dengan pedang, jika penguasa tersebut telah menampakkan kekufuran yang nyata. Lalu, bagaimana bisa dinyatakan bahwa menasihati penguasa harus dilakukan dengan sembunyi-sembunyi (empat mata) dan tidak boleh dilakukan dengan terang-terangan?


🔴 *Keempat, Realitas Muhâsabah yang Dilakukan Salafunâ al-Shâlih*

Realitas muhasabah yang dilakukan oleh para shahabat ra terhadap para penguasa. Apabila kita meneliti secara jernih dan mendalam realitas koreksi terhadap penguasa yang dilakukan oleh shahabat ra dan para ulama mu’tabar, dapat disimpulkan bahwa mereka melakukan muhasabah dengan berbagai macam cara, termasuk terang-terangan di muka publik. Riwayat-riwayat berikut
ini menjelaskan kepada kita bagaimana cara-cara muhasabah yang mereka lakukan.

✅ *Al-Husain bin ‘Ali* , pemimpin pemuda ahlul jannah, memisahkan diri (khuruj) dari penguasa fajir Khalifah Yazid bin Mu’awiyyah. Al-Husain  dibai’at oleh penduduk Kufah pada tahun 61H. Beliau pun mengutus anak pamannya, Muslim bin ‘Aqil  untuk mengambil bai’at penduduk Kufah untuk dirinya. Dan tidak kurang 18 ribu orang membai’at dirinya.
Dan di dalam sejarah, tak seorang pun menyatakan bahwa Al-Husain  dan penduduk Kufah pada saat itu termasuk
firqah (kelompok) yang sesat )”.1⃣1⃣
Ini merupakan cara yang dilakukan oleh Imam al-Husain bin ‘Ali  untuk mengoreksi (muhasabah) kepemimpinan Yazid bin Mu’awiyyah.

✅ Sebelum Al-Husain bin ‘Ali , kaum Muslim juga menyaksikan Ummul Mukminin *‘Aisyah ra* yang memimpin kaum Muslim untuk khuruj dari Khalifah Ali bin Abi Thalib .
Inilah cara Ummul Mukminin ‘Aisyah ra mengoreksi Khalifah Ali bin Abi Thalib . Hingga akhirnya, meletuslah peperangan yang sangat besar dan terkenal dalam sejarah, Perang Jamal.

✅ Ketika *Umar bin Khaththab*  berkhuthbah di hadapan kaum Muslim, setelah beliau diangkat menjadi Amirul Mukminin, beliau berkata, “Barangsiapa di antara kalian melihatku bengkok, maka hendaklah dia meluruskannya”. Seorang laki-laki Arab berdiri dan berkata, “Demi Allah wahai Umar, jika kami melihatmu bengkok, maka kami akan meluruskannya dengan tajamnya pedang kami”.

✅ Pada saat *Umar bin Khaththab*  mengenakan baju dari kain Yaman yang diperoleh dari harta ghanimah. Beliau kemudian berkhuthbah di hadapan para shahabat dengan baju itu, dan berkata,
“Wahai manusia dengarlah dan taatilah…”
Salman Al-Farisi , seorang shahabat mulia berdiri seraya berkata kepadanya, “Kami tidak akan mendengar dan mentaatimu”.
Umar berkata, “Mengapa demikian?”
Salman menjawab, “Dari mana kamu mendapat pakaian itu, sedangkan kamu hanya mendapat satu kain, sedangkan kamu bertubuh tinggi?
Beliau menjawab, “Jangan tergesa-gesa, lalu beliau memanggil, “Wahai ‘Abdullah”. Namun tidak seorang pun menjawab. Lalu beliau berkata lagi, “Wahai ‘Abdullah bin Umar..”.
‘Abdullah menjawab, “Saya wahai Amirul Mukminin”.
Beliau berkata, “Bersumpahlah demi Allah, apakah kain yang aku pakai ini kainmu?
Abdullah bin Umar  menjawab, “Demi Allah, ya”.
Salman berkata, “Sekarang perintahlah kami, maka kami akan mendengar dan taat”.1⃣2⃣

✅ Amirul Mukminin *Mu’awiyyah*  berdiri di atas mimbar setelah memotong jatah harta beberapa kaum Muslim, lalu ia berkata, “Dengarlah dan taatilah..”. Lalu, berdirilah Abu Muslim Al Khulani mengkritik tindakannya yang salah, “Kami tidak akan mendengar dan taat wahai Mu’awiyyah!”. Mu’awiyyah berkata, “Mengapa wahai Abu Muslim?”.
Abu Muslim menjawab, “Wahai Mu’awiyyah, mengapa engkau memotong jatah itu, padahal jatah itu bukan hasil jerih payahmu dan bukan pula jerih payah ibu bapakmu? Mu’awiyyah marah dan turun dari mimbar
seraya berkata kepada hadirin, “Tetaplah kalian di tempat”. Lalu, dia menghilang sebentar dari pandangan mereka, lalu keluar dan dia sudah mandi. Mu’awiyyah berkata, “Sesungguhnya Abu Muslim telah berkata kepadaku dengan perkataan yang membuatku marah. Saya mendengar Rasulullah  bersabda, “Kemarahan itu termasuk perbuatan setan, dan setan diciptakan dari api yang bisa dipadamkan dengan air. Maka jika salah seorang di antara kalian marah, hendaklah ia mandi”. Sebenarnya saya masuk untuk mandi.
Abu Muslim berkata benar bahwa harta itu bukan hasil jerih payahku dan bukan pula jerih payah ayahku, maka ambillah jatah kalian”.1⃣3⃣

✅ *Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani* berdiri di atas mimbar untuk mengkritik dan memberikan nasihat kepada Gubernur Yahya bin Sa’id yang terkenal dengan julukan Ibnu Mazâhim Al￾Dzâlim Al-Qadha.
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani berkata, “Semoga orang Islam tidak dipimpin oleh orang yang paling dzalim; maka apa jawabanmu kelak ketika menghadap Tuhan semesta
 alam yang paling pengasih?
Gubernur itu gemetar dan langsung meninggalkan apa yang dinasihatkan kepadanya”.1⃣4⃣
Dalam keterangan lainnya, beliau mengoreksi Khalifah al-Muqtafi
terang-terangan di atas mimbar masjid karena mengamanahkan jabatan hakim peradilan kepada orang yang berbuat kezhaliman-kezhaliman.1⃣5⃣

✅ Sulthan al-‘Ulama, *Imam Al-‘Izz bin Abdus Salam* telah mengkritik Sulthan Ismail yang telah bersekongkol dengan orang-orang Eropa Kristen untuk memerangi Najmuddin bin Ayyub.
Ulama besar ini tidak hanya membuat fatwa, tetapi juga mengkritik tindakan Ismail di atas mimbar Jum’at di hadapan penduduk Damaskus. Saat itu Ismail tidak ada di Damaskus. Akibat
fatwa dan khuthbahnya yang tegas dan lurus, Al-’Izz bin ‘Abdus Salam dipecat dari jabatannya
dan dipenjara di rumahnya.1⃣6⃣

Kisah-kisah di atas menunjukkan bagaimana cara para ulama shalih dan mukhlish menasihati penguasa-penguasanya. Kisah-kisah semacam ini sangat banyak disebut di dalam kitab￾kitab tarikh. Mereka tidak segan-segan untuk menasihati para penguasa menyimpang dan dzalim secara terang-terangan, mengkritik kebijakannya di mimbar-mimbar terbuka, maupun fatwa￾fatwanya. Lalu, *bagaimana bisa dinyatakan bahwa menasihati penguasa haruslah dengan empat mata saja, sementara ulama-ulama yang memiliki ilmu dan ketaqwaannya justru memilih melakukannya dengan terang-terangan dan terbuka?*

*Kelima, Kelemahan Dalil Hadits yang Dijadikan Sandaran Wajibnya Mengoreksi Penguasa Secara Empat Mata*

Kelemahan hadits riwayat Imam Ahmad. Sebagian ulama mengharamkan mengkritik pemimpin secara terbuka berdasar hadits Iyadh bin Ghanam, bahwa Nabi berkata,

"Barangsiapa hendak menasihati penguasa akan suatu perkara, janganlah dia menampakkan perkara itu secara terang-terangan, tapi peganglah tangan penguasa itu dan pergilah berduaan dengannya. Jika dia menerima nasihatnya, itu baik, kalau tidak, orang itu telah menunaikan kewajibannya pada penguasa itu."
(HR Ahmad).

Menurut sebagian ulama, hadits ini dha’if karena sanadnya terputus (inqitha’) dan ada periwayat hadits yang lemah, yaitu seorang perawi bernama Muhammad bin Ismail bin ‘Iyasy1⃣7⃣, tentang masalah ini bisa dirujuk lebih mendalam dalam kutayb berjudul Al-Jahr wa al-I’lân bi Dha’f Hadîts al-Kitmân fî Munâshahat al-Sulthân karya Abu Marwan al-Sudani. []

➖➖➖➖➖➖➖

1⃣ Diadaptasi dari tulisan Ust. Syamsuddin Ramadhan yang menjelaskan hukum mengoreksi penguasa
terbuka di dalam Islam, dengan tahqiq dan catatan tambahan dari LTS DPD II HTI Kab. Sukabumi.
2⃣ Disampaikan dalam Halqah Syahriyyah DPD II HTI Kab. Sukabumi, 18 Desember 2016.
3⃣ Catatan tambahan Irfan Abu Naveed, M.Pd.I.
4⃣ Mushthafa Amin dkk, Al-Balâghah al-Wâdhihah: al-Bayân wa al-Ma’ânî wa al-Badî’, Dâr al-Ma’ârif, 1999,
hlm. 206; Dr. Abdul Aziz bin Ali al-Harbi, Al-Balâghah al-Muyassarah, Beirut: Dâr Ibn Hazm, cet. II, 1432 H/2011,
hlm. 52.
5⃣ Abdul ‘Azhim Ibn Abi al-Ishba’ al-Baghdadi, Tahrîr al-Tahbîr fî Shinâ’at al-Syi’r wa al-Natsr wa Bayân I’jâz
al-Qur’ân, UEA: Al-Majlis al-A’lâ li al-Syu’ûn al-Islâmiyyah, hlm. 548.

6⃣ Ibid.
7⃣ Taqiyuddin Abu Bakr bin Ali Ibn Hujjah al-Hamawi, Khizânat al-Adab wa Ghâyat al-Arab, Beirut: Dâr wa
Maktabat al-Hilâl, 2004, juz II, hlm. 401.
8⃣ Tim Pakar, Al-Balâghah wa al-Naqd, Riyâdh: Universitas Muhammad bin Su’ud, cet. II, 1425 H, hlm. 94.
9⃣ Abdul ‘Azhim Ibn Abi al-Ishba’, Tahrîr al-Tahbîr fî Shinâ’at al-Syi’r wa al-Natsr wa Bayân I’jâz al-Qur’ân,
hlm. 548.
🔟 Abu Zakariya Muhyiddin Yahya bin Syarf al-Nawawi, Al-Minhâj Syarh Shahîh Muslim, Beirut: Dâr Ihyâ’ al￾Turâts al-‘Arabi, cet. II, 1392 H, juz XII, hlm. 242.
1⃣1⃣ Lihat: Al-Bidâyah wa Al-Nihâyah, juz 8, hlm. 217
1⃣2⃣ ‘Abdul ‘Aziz Al Badri, Al-Islâm bayna al-‘Ulamâ’ wa al-Hukkâm (Terjemah: Hitam Putih Wajah Ulama dan
Penguasa), hlm. 70-71.
1⃣3⃣ Hadits ini dituturkan oleh Abu Nu’aim dalam Kitab Al-Hilyah, dan diceritakan kembali oleh Imam Al
Ghazali dalam Kitab Al-Ihyâ’, juz 7, hlm. 70.
1⃣4⃣ Qalâ’id Al-Jawâhir, hlm. 8.
1⃣5⃣ Dr. Ali Muhammad al-Shallabi, Al-'Âlim al-Kabîr wa al-Murabbi al-Syahîr al-Syaikh ’Abd al-Qadir al￾Jaylani, Kairo: Mu’assasat Iqra’, cet. I, 1428 H, hlm. 85.
1⃣6⃣ Al-Subki, Al-Thabaqat, dan lain-lain.
1⃣7⃣ Silahkan lihat Kitab Muhâsabah al-Hukkâm, hlm. 41-43.

Minggu, 25 Desember 2016

PERKATAAN-MU SEMPURNA

KADANG PERKATAAN-NYA MEMBUAT KU TERSENYUM, TETAPI SERING JUGA MEMBUATKU TAKUT DAN MURUNG.
Saya setiap membaca surah Al-Waqi'ah, wajah saya selalu ceria dan tersenyum ketika membaca ayat-ayat yang berkenaan dengan kenikmatan yang akan diperoleh bagi mereka yang taat pada Allah.
Akan tetapi, hatiku memunculkan perasaan takut ketika membaca ayat-ayat yang berkenaan dengan azab yang akan diperoleh bagi mereka yang berpaling dari-Nya.
Aku tersenyum dan merasa gembira sembari berharap semoga aku termasuk dalam kategori orang yang memperoleh berbagai kenikmatan yang ada di Surga itu.
Dan wajahku menjadi murung ketika membaca ayat-ayat yang penuh ancaman itu, sambil berharap dapat dijauhkan dari semua itu.
ALLAH benar-benar menjanjikan kebahagian bagi manusia yang menaati-Nya. Dan benar-benar sangat keras azab yang akan menimpa para pengingkar-Nya.
Saudaraku, jika engkau masih merasa bahwa engkau pasti mati, maka belajar untuk menaati Rabb-mu. Sungguh Dia terus menantimu untuk kembali ke jalannya, sebelum Rasul menitikkan air mata untukmu sebab azab yang menimpamu.

"INDAHNYA SURAT CINTA"

Sebenarnya surat CINTA yang HAKIKI itu telah lama kita baca, namun kita masih sering terlupa untuk berusaha memahami maknanya.

Surat CINTA itu datang dari pencipta alam semesta, memahaminya menghidupkan hati yang sedang gundah, membaca terjemahannya hilangkan rasa galau di dada, serta mengamalkannya tinggikan jiwa pelaksananya, di sisi-Nya, dan di hadapan manusia.

Namun kita sering lupa, hingga membuat masalah yang menyelimuti seakan tak ada jalan keluarnya. Akhirnya stres, depresi hingga hilangkan nyawa, ketika diri sedang tenggelam dalam kubangan dosa.

Masalah memang takkan ada habisnya, tetapi walau demikian mesti kita tahu apa solusinya, sehingga tak ada lagi jiwa yang mati namun terlihat hidup dalam pandangan mata, akibat SURAT CINTA yang tidak terbaca.

Maka marilah saudaraku, perhatikan kitab sucimu, sesungguhnya ia dapat menjadi pijakan SOLUSI untuk segala PROBLEMA dalam kehidupanmu.

SOAL NATAL #2

Salah satu cara untuk membodohi umat adalah dengan mengatakan seperti ini:
"Duhai putra suci bunda Maryam as. Bukti kemuliaan dan keagungan dari dirimu adalah turut mengucapkan SELAMAT dari kitab terakhir (Al-QUR'AN) tentangmu. Semoga Kesejahtraan atas dirimu pada hari Engkau dilahirkan dan pada hari Engkau meninggal dan pada hari Engkau di bangkitkan hidup kembali,,SELAMAT HARI NATAL"

Kalimat di atas bagus sekali, sebab kelihatannya indah bin ajaib. Bisa menghipnotis juga loh...
Tapi sayangnya, orang yang mengucapkan ini tidak tahu apa itu makna HARI NATAL, jadi karena ketidaktahuannya itulah menyebabkan ia mengatakan kalimat di atas.

Dan luar biasanya adalah dia telah sukses membodohi orang-orang yang mengikutinya.
Mungkin dia perlu banyak membaca tentang sejarah PERAYAAN NATAL dan mengetahui apa makna NATAL. Kalau dia paham, pasti ia tidak akan membodohi umat dengan perkataan itu.

Dan saya sangat kasihan kepada anak-anak muda yang mengikutinya, mereka mempercayai perkataannya seakan-akan ia tidak pernah salah. Hebat banget, kalah-kalah Nabi Muhammad.
Jadi begini, kalau itu orang paham apa itu arti NATAL, maka dia tidak perlu mengatakan hal di atas. Atau boleh saja dia katakan, tapi tidak perlu LATAH dengan menjadikannya sebagai alasan untuk mengucapkan SELAMAT NATAL.

Menurut saya terlalu bodoh kalau ada seorang Muslim yang ikut-ikutan mengucapkan SELAMAT NATAL. Padahal seluruh dunia juga tahu, bahwa PERAYAAN NATAL adalah perayaan bagi umat Kristen yang merayakan KELAHIRAN ANAK TUHAN. Sedangkan ALLAH sudah begitu jelas mengatakan bahwa "Dia Tidak Beranak, dan juga Tidak Diperanakkan"

Atau karena memang dia jarang baca Al-Qur'an, sampai-sampai dia lupa bahwa ALLAH telah mengatakan hal demikian ?!

Atau karena dia tidak hafal surah AL-IKHLAS, sehingga ia tidak tahu bahwa ALLAH berucap demikian..?!

Atau dia sama sekali tidak faham apa makna dari surah AL-IKHLAS..?!

Kalau ada orang yang ditokohkan seperti itu, maka benar-benar telah terjadi kalimat hikmah seperti ini, bahwa salah satu yang menyebabkan kerusakan itu adalah seseorang yang berbicara tentang sesuatu padahal bukan ahlinya.

Saya tidak melarang jika ia ingin memuji Nabi ISA as. Tapi saya hanya kasihan jika ia menjadikan kalimat di atas itu sebagai alat agar ia bisa membodohi umat untuk ikut-ikutan mengucapkan SELAMAT NATAL.

Orang Kristen menganggap Nabi Isa As. sebagai anak Allah, dan mereka juga menganggap bahwa Nabi Isa As. adalah ALLAH itu sendiri, kemudian mereka katakan bahwa Tuhan itu 3 dalam 1.

Maksudnya, mereka meyakini bahwa Tuhan itu adalah ALLAH (Tuhan Bapa), tuhan anak (Isa As.), dan Roh Kudus (Jibril), adalah Tuhan dalam 1 kesatuan.

Padahal ALLAH telah mengatakan:

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (Al-Maidah: 72).

Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (Al-Maidah: 73).

Sudah jelas begitu tapi masih ngotot ingin mengatkaan SELAMAT NATAL. Tuhannya ALLAH atau Yesus..?

Kasihan sekali anda bos, pelajari dulu baik-baik tentang PERAYAAN NATAL tersebut. Biar tidak ngawur kalau ngomong.

Sadarlah, ALLAH melanjutkan perktaannya:
Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya?. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Maidah: 74)

Semoga bermanfaat.
Saudaramu, Salam el-Fath.

AL QUR'AN PEDOMAN KU, BUKAN PANCASILA.

Bodoh Ku mengikuti sesuatu yang tak berwujud. PANCASILA tuhannya siapa tidak jelas. Jika tuhannya saja tidak jelas, maka keadilan, kebijaksanaan, persatuan, dan sebagainya yang ada di PANCASILA itu juga hanya sebatas KHAYALAN.

Karena PANCASILA itu KHAYALAN. Maka INDONESIA sejak lahirnya tidak pernah memperoleh keadilan, kebijaksanaan, persatuan apalagi kesejahteraan. Yang ada hanyalah perpecahan dan kerusakan.

Kemiskinan dimana-mana,
Zina dimana-mana
Korupsi dimana-mana,
DPR berhamburan meja
Presiden menipu dimana-mana
Tanah di negeri sendiri tapi kontrak dimana-mana
Tambang dan kekayaan alam dijarah dimana-mana
Semuanya atas nama PANCASILA dan KEMANUSIAAN.

Oh LA BODOH.
Jelas-jelas AL QUR'AN lebih baik tapi malah ambil hasil khayalan manusia.
OH LA BODOH.
Kalau tersinggung BAKAR LAUT

MENGAPA HARUS DIKRITISI..?

Public Figur itu di sampaikan bentuk keburukannya agar umat tidak terus mengikutinya. begitu pula penguasa, di bongkar kezholiman yang mereka perbuat kepada umat agar di ketahui umat hingga umat tak lagi mendukung mereka dalam menjalankan roda pemerintahan. kalau seandainya semua itu kita diamkan dengan dalih dilarang menceritakan keburukan orang. maka umat manusia tidak akan pernah melakukan kebangkitan. karena kata ALLAH, suatu kaum itu tidak akan berubah sebelum mereka mau berubah. tapi persoalannya mereka tidak akan mau berubah jika tidak tahu apa yang harus di ubah.

Misalnya aku, saya akan terus mempercayai seseorang yang selama ini telah membohongiku, dan akan terus begitu jika kebongannya tidak ku tahu. lah secara gtukan, tidak ku tahu. tapi setelah ada seorang yang menyampaikan padaku bahwa dia telah membohongiku, dan ia sampaikan dengan bukti-bukti hingga membuat ku tak ragu. maka aku akan segera melepaskan kepercayaan ku padanya. jadi setelah ku lakukan hal itu,berarti aku telah bangkit. yakni BANGKIT dari kebodohan ku mempercayai orang yang seharusnya tak pantas ku percayai.
itu baru persoalan individu, bagaimana dengan orang yang mengurus hajat orang banyak...? ya seperti itu. membongkar kezholimannya agar semua orang tahu, hingga membuat semua orang menjauh darinya karena telah berperangai busuk.

Begitu pula yang dilakukan oleh seorang SAHABAT RASUL, SALMAN AL-FARISY namanya.
ketika ia merasa bahwa sang KHOLIFAH UMAR BIN KHATTAB telah melakukan kesalahan, ia langsung menegurnya di hadapan umum. dan hal itu tidak ada seorang sahabat pun yang mengatakan padanya bahwa "anda telah berbuat dosa karena mengumbar kesalahan sang KHOLIFAH dihadapan umum". jadi apa kesimpulannya..?

 Kulil Haqqo Walau Kaana Murra. "Katakanlah Kebenaran Itu walau terasa PAHIT."

MEREKA BERTANYA PADAKU TENTANG "NATAL", DAN MEREKA GELISAH AKAN HAL ITU.

Dua Hari ini saya memperoleh pertanyaan dari orang kantoran yang dimana mereka miliki partner kerja dan ada sebagian karyawan mereka yang non-muslim.

Selama ini mereka selalu ikut merayakan Natal karena alasan teman dan karyawan mereka di kantor.
Alhamdulillah hari ini mereka tidak lagi mengucapkan selamat dan ikut merayakan. Mereka baru menyadari bahwa ternyata selama ini apa yang mereka lakukan itu HARAM.

Saya hanya menjelaskan kepada mereka sebagaimana status2 mengenai Natal yang anda sekalian baca dari tulisan2 yang ku sebarkan.

Tapi yang cukup kasihan itu Muallaf yang bertanya pada ku. Salam, ternyata mengucapkan Selamat Natal itu tidak boleh ya...?, Saya baru baca tadi status mu. Saya ingin komen tapi tidak enak saya bertanya di Facebook. Makanya saya tanya langsung saja ini.
bagaimana mi kalau orang tua ku tanya "Kenapa tidak mengucapkan selamat natal kepada oma sama opa..??

Saya hanya katakan kepada Ibu Muallaf itu.
Begini bu', cukup ibu katakan saja bahwa keyakinan kita telah berbeda. insya Allah mereka akan mengerti. sebab dalam keyakinan kita adalah bahwa Allah itu tidak beranak dan juga tidak diperanakkan. sedangkan mengucapkan selamat natal adalah ucapan selamat kepada kelahiran anak tuhan.

Jadi jelas kita berbeda. menurut ku ibu cukup menghubungi mereka dan tanyakan saja kabar mereka. paling tidak ibu tetap menjaga ikatan silaturrahim kepada keduanya. sebab jika dalam mengurus keduanya pun, kita tetap wajib mengurus keduanya. cuman dalam hal keyakinan kita tidak bisa memaksa untuk sama.

Kira-kira sebatas demikianlah yang bisa ku katakan kepada mereka. Alhamdulillah mereka faham akan hal itu.

Salam el-Fath, 25/12/15.

SOAL NATAL #1

Saudara mu dalam kemanusiaan bukan berarti mengakui bahwa tuhan memiliki anak. Menurut ku anda bukan orang munafik yg akan mengucapkan selamat natal namun tidak mengakui. Jadi jangan main-main dalam urusan keimanan.

Tolong menolonglah dalam kebaikan. Tapi jangan gadaikan keyakinan. Natal itu perayaan kelahiran anak Tuhan. sedangkan Allah SWT tidak beranak dan tidak juga diperanakkan.

Jadi jangan kau gunakan rasa "Tidak Enak" mu untuk memperbodoh diri dengan mengucapkan "Selamat Lahir Anak Tuhan (natal)''. Itulah mengapa pentingnya mendalami Islam. Agar bisa memilah mana yang boleh dan mana yang tidak.

Jangan hanya baca Qur'an tanpa tahu tujuan Al Qur'an diturunkan. Al Qur'an itu diturunkan agar engkau dalam berfikir, berpola jiwa, dan bersikap itu sesuai Al Qur'an. Bukan cuman menjadi bacaan doang.

Sudah FAHAM, teman...??