Rabu, 28 Desember 2016

"PERBEDAAN KEHIDUPAN KELUARGA YANG TERBANGUN KARENA PACARAN VS YANG KARENA KETAATAN."

Bagi mereka yang sedang pacaran saat ini, ialah orang-orang yang telah memilih, dan pilihan yang telah mereka pilih baginya itulah yang terbaik.

Ada banyak kemungkinan yang terjadi dalam dunia pacarannya para pasangan muda-mudi masa kini, dan hal itu cenderung dianggap sebagai puncak kebahagiaan bagi mereka yang menjalani.

Mungkin sebelum pacaran, bagi ia yang lagi kasmaran, maka ia akan menganggap sang kekasih adalah sosok manusia yang harus dipuja dan dipuji

Bagi pria, ketika ia melihat sang wanita yang dipacarinya, maka ia melihat bagaikan bidadari yang jatuh dari kahyangan, (menghayal dikit ga papa kan..hehehe) dan yang wanita melihat sang pujaan hati bagai artis yang bernama aliando syarif. (upss...selera artis juga ini cewe'...)

Ya...mungkin seperti itulah yang mereka rasakan, yakni merasa telah memilih yang terbaik dari milyaran manusia yang ada di muka bumi. Akan tetapi, terkadang mereka tidak menyadari, bahwa apa yang telah mereka pilih adalah sebuah pilihan yang sebenarnya menjadi hal yang terburuk bagi diri mereka sendiri.

Mengapa...?
Karena orang yang pacaran itu biasanya, dan selalu begitu, yakni hal yang mereka sering perlihatkan saat pacaran adalah akitifitas yang indah-indah lagi manis, sedangkan cacat sang kekasih biasanya tersembunyi. (ma'lum takut ditinggal...)

Ketika aktifitas pacaran tersebut mereka jalani, saya boleh mengatakan bahwa memang iya mereka terlihat romantis, tetapi setelah putus, subhanallah...seakan dunia menjadi terbalik, lalu saling mencaci dan menghina pun terjadi, kecewa dan menangis, hati pun merasakan sakit bagai tertusuk belati beracun berhari-hari.

Jika ketika pacaran mereka saling memberi cendra mata tanda cinta (katanya). Maka seketika itu pula mereka ambil lalu dibanting berkali-kali, dilempar ke dinding, diambil dan dilempar lagi, jika berbentuk gambar foto berdua, maka diambillah foto tersebut kemudian disobek-sobek hingga sobekan yang paling kecil, atau menusuk-nusuk wajahnya dengan sebilah pulpen, dan mencoblos matanya hingga berkali-kali (kalah coblosan di pemilu yang hanya sekali..hihihi..)

Apapun dilakukan untuk mengekspresikan kekecewaan yang begitu mendalam, bahkan bila perlu berkurung di dalam kamar sambil memutar musik yang berjudul "HANCUR HATIKU". (itu loh, lagu yang pernah dinyanyikan oleh alm. Olga Saputra, hancur hancur hancur hatiku, hancur, hancur hatiku, pokoknya lagu itu liriknya cuman hancur hancur hatiku. hahaha..)

Dan yang paling memiriskan hati adalah jika sampai bunuh diri menjadi pilihan bagi mereka yang diputusin pacarnya. Sungguh kematian yang paling dibenci oleh Allah adalah aktivitas bunuh diri, dan pelakunya dijamin masuk Neraka dan abadi di sana. (hati-hati ya guys....)

Akan tetapi, pacaran tidak selamanya berakhir tragis, (katanya). Tidak sedikit orang yang setelah melakukan aktivitas pacaran mereka kemudian memilih untuk melanjutkannya ke jenjang pernikahan, (cieeee.....menikah nieeee...). Namun, bagi mereka yang kemudian melanjutkannya ke jenjang pernikahan, maka ada beberapa hal yang sering terjadi, dan hal ini sering kami temukan di lapangan bagi pasangan yang membentuk ikatan keluarga melalui aktivitas pacaran.

Ketika pacaran, mungkin menjadi hal romantis dan bahagia saat saling berbagi, dan bulan-bulan pertama mungkin masih saling cipika-cipiki sebelum suaminya berangkat cari duit, atau jalan-jalan bareng sambil menikmati suasana indahnya pagi dan menghirup udara dengan tamparan-tamparan romantis semilir angin di pagi hari. Tetapi setelah mulai berganti bulan, mulai terlihat adanya perasaan hambar menyusupi, romantisme dan keindahan yang selama ini terjalin tidak lagi menjadi sesuatu yang berarti. Bosan, malas, dan berbagai macam alasan terlisani untuk menjadi legitimasi bahwa hal itu tak perlu terjadi lagi. Dan parahnya lagi, sering kita mendengar seorang pria berkata kepada kawannya, "untuk apa lagi, kan sudah laku". (ihh...ngerinya mi..)

Ikatan pernikahan pun mulai terlihat tidak asik, mbosanin, jenuh, dan keindahannya memudar, cahayanya meredup, dan hari-hari mereka hanya berkutat dengan urusan masing-masing, yang pria mencari nafkah, dan yang wanita ngurusin rumah, atau kalau wanitanya adalah seorang pekerja (wanita karir), maka perlahana rumah tangga yang seharusnya menjadi bahtera untuk ke Surga tak lagi menjadi penting bagi mereka yang sudah melampiaskan romantismenya ketika pacaran.

Jika telah demikian yang terjadi, maka terkadang berlakulah ungkapan "kamu kamu, aku aku." wanita berjalan menendang batu, prianya malah bilang, "taruh di mana matamu" atau "kalau jalan pake mata", (idiiihhhh....kejam amat sih jadi cowok...)

Akan tetapi beda halnya yang terjadi dengan mereka yang dalam membangun rumah tangganya tidak melalui aktivitas pacaran, mereka miliki kebebasan dalam menentukan pilihan, yakni memilih siapa yang akan ia jadikan sebagai pendamping hidup, dan memilih siapa yang terbaik dari sekian banyak orang yang baik (sholih/ah).

Romantisme itu akan sering terjadi dan rasa hambar dalam hubungan keluarga yang terbangun melalui aktivitas ketaatan itu insya Allah akan terusir karena seiring dengan cinta yang dibangun berasas pada ketaatan terhadap Allah SWT yang maha kasih lagi maha pemberi keindahan hakiki.

Rumah tangga mereka dijalani begitu romantis dengan saling mengajarkan Al-Qur'an, Al-Islam, dan penuh perencanaan demi meraih butir-butir kebahagiaan yang hakiki lagi abadi. Mereka berusaha merealisasikan do'a-do'a yang selama ini mereka panjatkan kepada Allah Rabbul 'alamin, "Ya Tuhan Kami, Berikanlah kepada Kami Kebahagiaan di Dunia dan di Akhirat".

Ketika sang suami hendak bekerja, Istrinya tiada henti mendo'akan keselamatan atasnya, sembari berpesan dengan perkataan yang indah, "sayang, berikanlah kepadaku nafkah yang halal lagi baik, sungguh aku lebih rela makan nasi dan tempe daripada makan Burger dan Ayam KFC tapi berasal dari harta yang haram". (cieee....jangan BAPER...hehehe)

Sedangkan suaminya justru berbisik di telinga sang istri "Aku tidak menyesal memilihmu, dan aku bersyukur kepada Allah karena telah menitipkan bidadari yang tutur katanya menyejukkan hatiku, aku tidak akan memberimu nafkah melalui jalan yang haram, sebab aku ingin selalu bersamamu hingga ke Surga, Allah memang telah menyiapkan 70 bidadari dalam setiap kamar di Surga, tetapi tahukah engkau wahai badadariku, aku lebih memilih bersamamu di sana dan membiarkan ke-70 bidadari itu cemburu melihat kita saling bercanda dan bercumbu di Surga" (Haduuuuhhhh....romantisnyaa...)

Dan hal itu akan terus berjalan sebagaimana romantisme Nabi Muhammad SAW kepada Ummul Mu'minin Siti Khadijah, atau kepada 'Aisyah radhiyallahu 'anha dan kepada istri-istri lainnya.

Dan apabila kehidupan seperti itu yang telah mereka jalani, maka ungkapannya bukan lagi "kamu kamu, aku aku". Tetapi aku sayang kamu, kamu sayang aku. dan hati kita akan terus menyatu, karena cinta mu dan cinta ku terbangun pada ketaatan pada yang satu. Allahu Rabbul 'Alamin....

Maka berbahagialah yang berilmu sebelum menikah, dan yang memilih taat pada Allah, karena tidak ada kebahagiaan setelah pernikahan bagi mereka yang tidak mengilmuinya dan yang dengan jalan pacaran mereka membangun kehidupan keluarganya.

Semoga bermanfaat.
Saudaramu, Salam el-Fath. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar