Sabtu, 19 November 2016

AHOK tidak akan lolos

Kalau sudah agama yang dihina, maka si penghina pun akan dibenci selamanya. Kecuali ia dihukum atau masuk Islam dan melakukan pertaubatan Nasuha.

Umat ISLAM itu sudah sejak masa Rasul diajari seperti apa bersikap kepada seseorang yang memusuhi ISLAM. Umar Bin Khattab itu dahulunya memusuhi ISLAM dan kaum Muslimin, bahkan Rasul mau dibunuh olehnya.

Tapi luar biasanya Umat Muhammad adalah, ketika orang yang memusuhi ISLAM dan yang hendak membunuh Rasul itu malah masuk ISLAM dan melakukan pertaubatan Nasuha. Maka Umat ISLAM pun terbuka dan melupakan sikap permusuhan Umar pada ISLAM.

Mereka memeluknya, mereka mencium dahinya, dan mereka bergembira atas keislamannya. Bahkan Rasul menggelarinya dengan gelar paling terhormat, "Al-Faruq"

Itulah yang diajarkan oleh Rasul kami dalam bersikap kepada orang Kafir yang memusuhi agama suci kami.

Tapi ketika si Penghina itu justru semakin berulah dan menjadi-jadi, dan bahkan merasa bangga diri karena telah menghina agama kami

Maka kebencian kami kepadanya akan semakin membuncah. Dan bisa saja ia dibunuh karena sikap kurang ajarnya kepada agama suci kami.

Umat ISLAM itu seperti lebah. Jika ia tidak diganggu, maka ia akan memberi manfaat kepada sesama.

Tapi jika ia diganggu, maka kemana pun si pengganggu lari pasti dikejarnya sampai berhasil menusukkan duri beracun ke dalam tubuhnya.

Jadi, Si AHOK itu tidak akan pernah dibiarkan melenggang kangkung di muka bumi ini setelah apa yang ia lakukan pada Agama kami.

Apapun isu yang diberitakan, selama AHOK tidak dihukum, maka umat Islam tidak akan tertarik pada isu murahan tersebut.

Kurang lebih sudah ada 3 isu yang disampaikan. Buni Yani, Bom Gereja, dan Aksi Kebhinekaan (nenek moyang).

Umat ISLAM hingga kini tidak teralihkan perhatiannya sampai AHOK memperoleh hukuman atas penghinaan yang dilakukannya.

Sudah menghina, tapi masih membusakan mulut dengan memfitnah aksi 411 dibayar 500/orang.
Anda tidak akan lepas HOK.

Pidato Wisudawan Terbaik, Memukau tetapi Sekaligus “Menakutkan”

Setiap acara wisuda di kampus ITB selalu ada pidato sambutan dari salah seorang wisudawan. Biasanya yang terpilih memberikan pidato sambutan adalah pribadi yang unik, tetapi tidak selalu yang mempunyai IPK terbaik. Sepanjang yang saya pernah ikuti, isi pidatonya kebanyakan tidak terlalu istimewa, paling-paling isinya kenangan memorabilia selama menimba ilmu di kampus ITB, kehidupan mahasiswa selama kuliah, pesan-pesan, dan ucapan terima kasih kepada dosen dan teman-teman civitas academica.
Namun, yang saya tulis dalam posting-an ini bukan pidato wisudawan ITB, tetapi wisudawan SMA di Amerika. Beberapa hari yang lalu saya menerima kiriman surel dari teman di milis dosen yang isinya cuplikan pidato Erica Goldson (siswi SMA) pada acara wisuda di Coxsackie-Athens High School, New York, tahun 2010. Erica Goldson adalah wisudawan yang lulus dengan nilai terbaik pada tahun itu. Isi pidatonya sangat menarik dan menurut saya sangat memukau. Namun, setelah saya membacanya, ada rasa keprihatinan yang muncul (nanti saya jelaskan). Cuplikan pidato ini dikutip dari tulisan di blog berikut: http://pohonbodhi.blogspot.com/2010/09/you-are-either-with-me-or-against-me.html
“Saya lulus. Seharusnya saya menganggapnya sebagai sebuah pengalaman yang menyenangkan, terutama karena saya adalah lulusan terbaik di kelas saya. Namun, setelah direnungkan, saya tidak bisa mengatakan kalau saya memang lebih pintar dibandingkan dengan teman-teman saya. Yang bisa saya katakan adalah kalau saya memang adalah yang terbaik dalam melakukan apa yang diperintahkan kepada saya dan juga dalam hal mengikuti sistem yang ada.
Di sini saya berdiri, dan seharusnya bangga bahwa saya telah selesai mengikuti periode indoktrinasi ini. Saya akan pergi musim dingin ini dan menuju tahap berikut yang diharapkan kepada saya, setelah mendapatkan sebuah dokumen kertas yang mensertifikasikan bahwa saya telah sanggup bekerja.
Tetapi saya adalah seorang manusia, seorang pemikir, pencari pengalaman hidup – bukan pekerja. Pekerja adalah orang yang terjebak dalam pengulangan, seorang budak di dalam sistem yang mengurung dirinya. Sekarang, saya telah berhasil menunjukkan kalau saya adalah budak terpintar. Saya melakukan apa yang disuruh kepadaku secara ekstrim baik. Di saat orang lain duduk melamun di kelas dan kemudian menjadi seniman yang hebat, saya duduk di dalam kelas rajin membuat catatan dan menjadi pengikut ujian yang terhebat.
Saat anak-anak lain masuk ke kelas lupa mengerjakan PR mereka karena asyik membaca hobi-hobi mereka, saya sendiri tidak pernah lalai mengerjakan PR saya. Saat yang lain menciptakan musik dan lirik, saya justru mengambil ekstra SKS, walaupun saya tidak membutuhkan itu. Jadi, saya penasaran, apakah benar saya ingin menjadi lulusan terbaik? Tentu, saya pantas menerimanya, saya telah bekerja keras untuk mendapatkannya, tetapi apa yang akan saya terima nantinya? Saat saya meninggalkan institusi pendidikan, akankah saya menjadi sukses atau saya akan tersesat dalam kehidupan saya?
Saya tidak tahu apa yang saya inginkan dalam hidup ini. Saya tidak memiliki hobi, karena semua mata pelajaran hanyalah sebuah pekerjaan untuk belajar, dan saya lulus dengan nilai terbaik di setiap subjek hanya demi untuk lulus, bukan untuk belajar. Dan jujur saja, sekarang saya mulai ketakutan…….”
Hmmm… setelah membaca pidato wisudawan terbaik tadi, apa kesan anda? Menurut saya pidatonya adalah sebuah ungkapan yang jujur, tetapi menurut saya kejujuran yang “menakutkan”. Menakutkan karena selama sekolah dia hanya mengejar nilai tinggi, tetapi dia meninggalkan kesempatan untuk mengembangkan dirinya dalam bidang lain, seperti hobi, ketrampilan, soft skill, dan lain-lain. Akibatnya, setelah dia lulus dia merasa gamang, merasa takut terjun ke dunia nyata, yaitu masyarakat. Bahkan yang lebih mengenaskan lagi, dia sendiri tidak tahu apa yang dia inginkan di dalam hidup ini.
Saya sering menemukan mahasiswa yang hanya berkutat dengan urusan kuliah semata. Obsesinya adalah memperoleh nilai tinggi untuk semua mata kuliah. Dia tidak tertarik ikut kegiatan kemahasiswaan, baik di himpunan maupun di Unit Kegiatan Mahasiswa. Baginya hanya kuliah, kuliah, dan kuliah. Memang betul dia sangat rajin, selalu mengerjakan PR dan tugas dengan gemilang. Memang akhirnya IPK-nya tinggi, lulus cum-laude pula. Tidak ada yang salah dengan obsesinya mengejar nilai tinggi, sebab semua mahasiswa seharusnya seperti itu, yaitu mengejar nilai terbaik untuk setiap kuliah. Namun, untuk hidup di dunia nyata seorang mahasiswa tidak bisa hanya berbekal nilai kuliah, namun dia juga memerlukan ketrampilan hidup semacam soft skill yang hanya didapatkan dari pengembangan diri dalam bidang non-akademis.
Nah, kalau mahasiswa hanya berat dalam hard skill dan tidak membekali dirinya dengan ketrampilan hidup, bagaimana nanti dia siap menghadapi kehidupan dunia nyata yang memerlukan ketrampilan berkomunikasi, berdiplomasi, hubungan antar personal, dan lain-lain. Menurut saya, ini pulalah yang menjadi kelemahan alumni ITB yang disatu sisi sangat percaya diri dengan keahliannya, namun lemah dalam hubungan antar personal. Itulah makanya saya sering menyemangati dan menyuruh mahasiswa saya ikut kegiatan di Himpunan mahasiswa dan di Unit-Unit Kegiatan, agar mereka tidak menjadi orang yang kaku, namun menjadi orang yang menyenangkan dan disukai oleh lingkungan tempatnya bekerja dan bertempat tinggal. Orang yang terbaik belum tentu menjadi orang tersukses, sukses dalam hidup itu hal yang lain lagi.
Menurut saya, apa yang dirasakan wisudawan terbaik Amerika itu juga merupakan gambaran sistem pendidikan dasar di negara kita. Anak didik hanya ditargetkan mencapai nilai tinggi dalam pelajaran, karena itu sistem kejar nilai tinggi selalu ditekankan oleh guru-guru dan sekolah. Jangan heran lembaga Bimbel tumbuh subur karena murid dan orangtua membutuhkannya agar anak-anak mereka menjadi juara dan terbaik di sekolahnya. Belajar hanya untuk mengejar nilai semata, sementara kreativitas dan soft skill yang penting untuk bekal kehidupan terabaikan. Sistem pendidikan seperti ini membuat anak didik tumbuh menjadi anak “penurut” ketimbang anak kreatif.
Baiklah, pada bagian akhir tulisan ini saya kutipkan teks asli (dalam Bahasa Inggris) Erica Goldson di atas agar kita memahami pidato lengkapnya. Teks asli pidatonya dapat ditemukan di dalam laman web ini: Valedictorian Speaks Out Against Schooling in Graduation Speech .

Cieee....Dijemput Pangeran Berkuda Putih niee...

Kamu suka cari perhatian si dia ya...? ngaku aja dech, aku ngga' marah ko'.
Aku tahu kalau kamu terkadang CPCP (Curi Pandang Cari Perhatian) padanya..ngaku aja keles...
Kamu berdiri di depan cermin 15 sampai 30 menit agar terlihat cantikkan..?
Aku tahu ko' semua tentang perasaan mu. Ketika kamu menatapnya, perasaan hatimu bahagia bangetkan...? apalagi kalau ia berbalik menatap padamu...wuiiisss....jiwa mu pasti melayang bagai desiran pasir yang terhempaskan oleh angin. Udah dech ngaku aja....
Kamu tahu ngga' mengapa itu terjadi padamu..? Bukan kamu aja loh yang merasa seperti itu. Aku pun seperti itu kadang-kadang. Kira-kira apa jawabannya menurut kamu...? Kalau menurut aku nih ya, semua itu terjadi karena memang Allah telah ciptakan kita beserta naluri tuk saling suka. Coba dech buka surah al-Imron ayat 14. di sana ada ko' penjelasannya. Tapi walaupun demikian, Allah menciptakan hal itu bukan untuk diumbar, apalagi sampai langsung dilestarikan dengan cara pacaran sampai perzinahan. Hiiiiii....JANGANNNN.. 
Mencari perhatian si dia itu hal yang wajar, secara gtu ya, kita kan manusia, emang batu yang ngga' punya perasaan..?!..hehehe...
Tapi walaupun demikian, ada loh yang cemburu jika CPCP itu kamu lakukan. Yakni Allah swt jika CPCP mu pada sesama ciptaan. Secara gtu kan, Dia udah ciptain kita, tapi kita malah berpaling muka dari-Nya. curi pandang cari perhatiannya pada sesama manusia pula. Walau perasaan kita sulit untuk dihindarkan, tapi biar bagaimana pun kita harus segera sadar dan perbanyak mohon ampunan. Adapun jika ada seseorang yang telah membuat hati kita terpenjarakan...cieee....TERPENJARA nieeee.....
Kita harus menyukainya karena Allah, mencintainya karena Allah dan semua-muanya karena Allah.. Nach, karena semuanya lillahi ta'ala. Maka kita harus berada pada rel kereta...eitss...sorry, maksud ku rel atau aturan Allah. 
Kita suka padanya karena ia taat pada Allah, dan kita tak mau pacaran dengannya juga karena ingin taat pada Allah. Tapi kalau kita suka dengannya karena ia taat pada Allah namun masih mau pacaran dengannya...widihhh...itu mah setengah taat namanya. 
Jadi, jaga diri untuk bersiap diri, agar menjadi bidadari bumi yang dicemburui oleh para bidadari langit. Karena jika engkau telah menjaga muru'ah dan kehormatan diri, maka kamu bersiaplah untuk dijemput oleh sang Pangeran Berkuda Putih. Cieee....

CAHAYA ISLAM ITU TERANG

Cahaya islam itu terang.  Dan saking terangnya, tak ada satupun manusia yang akalnya tak tercerahkan. Tapi masalahnya, siap ngga' keinginan nafsu pribadi itu ditanggalkan..?! itu aja sebenarnya. Karena ide islam yang begitu cemerlang, hanya akan merasuki jiwa-jiwa yang tenang, yakni jiwa yang tenang karena ketaatannya pada sang penguasa alam. Jadi, KHILAFAH mesti ditegakkan.

WARISAN “SEJARAH” DI ZAMAN KHILAFAH

Oleh: KH Hafidz Abdurrahman
Belum pernah ada perabadan yang hidup di muka bumi ini meninggalkan khazanah keilmuan yang luar biasa, mengalahkan Islam. Sampai Frans Russel mengatakan, “Kami meragukan, bahwa ada karya sejarah mencapai apa apa yang telah dicapai kaum Muslim. Karya kaum Muslim dalam bidang sejarah telah menyamai jumlah karya bangsa Yunani dan Latin, tetapi tentu jumlahnya lebih banyak dibanding karya bangsa Eropa..”
Kesadaran politik para ulama’ yang tinggi mendorong mereka untuk menuturkan setiap moment istimewa kepada generasi berikutnya. Kesadaran politik itu pula yang mendorong mereka untuk menuliskan figur-figur [rijal] tertentu, sebagai matarantai sumber keilmuan, agar pengetahuan yang sama sampai kepada generasi berikutnya benar-benar terjaga. Selain itu, tidak adanya hak cipta, membuat perkembangan karya tulis mereka begitu luar biasa. Selebihnya, baru faktor reward yang diberikan oleh Khilafah kepada mereka. Semuanya itu ikut mendorong para ulama’ untuk memberikan kemampuan terbaik mereka dalam melestarikan khazanah tsaqafah Islam, hingga seperti saat ini.
Dalam hal ini, setidaknya ada tujuh pendekatan dan model warisan sejarah. Pertama, dalam bentuk Sirah dan Maghazi. Kedua, dalam bentuk Thabaqat. Ketiga, dalam bentuk Tarajum. Keempat, dalam bentuk Futuh. Kelima, dalam bentuk Ansab. Keenam, dalam bentuk al-Mahalliyah. Ketujuh, dalam bentuk Tarikh umum. Ketujuh bentuk warisan sejarah ini mempunyai pendekatan dan penekanan yang berbeda.
Sirah dan Maghazi banyak mengulas tentang detil kehidupan Nabi saw. sejak lahir hingga wafat. Sedangkan Maghazi banyak mengulas tentang peperangan Nabi dan para sahabat ridhwanu-Llah ‘alaihim. Warisan mereka yang paling menonjol adalah kitab as-Sirah an-Nabawiyyah, karya Aban bin ‘Ustman bin ‘Affan [w. 105 H/723 M], as-Sirah an-Nabawiyyah, karya Ibn Ishaq [w. 151 H/768 M], dan as-Sirah an-Nabawiyyah, karya Ibn Hisyam [w. H/ M]. Selain mereka, nama Ibn Syihab az-Zuhri [w. 125 H] yang terkenal dengan karya di bidang Sirah dan Maghazi, juga al-Waqidi yang sangat populer dengan kitabnya, al-Maghazi.
Bentuk kedua adalah Thabaqat. Secara harfiah, thabaqat berarti tingkatan. Model dan pendekatan ini lahir sebagai pengaruh dari periwayatan sirah dan hadits, yang sangat memperhatian mata rantai sumber informasi [sanad] atau silsilah, tahap demi tahap. Dari sini, lahirlah model Thabaqat secara luas. Seperti kitab Thabaqat al-Muhadditsin [ahli hadits], Thabaqat al-Huffadz [penghapal hadits], Thabaqat al-Fuqaha’ [ahli fiqih], Thabaqat Syafi’iyyah [ulama’ mazhab Syafii], Thabaqat Hanabilah [ulama’ mazhab Hanbali], Thabaqat al-Qurra’ [ahli bacaan al-Qur’an], Thabaqat al-Mufassirin [ahli tafsir], Thabaqat as-Syu’ara’ [ahli syair], Thabaqat an-Nuhhat [ahli Nahwu], Thabaqat al-Athibba’ [ahli kedokteran]. Semuanya ini menuturkan silsilah mazhab dan keilmuan di bidang masing-masing. Selain itu, ada Thabaqat Kubra yang memuat silsilah peristiwa sejarah secara umum, yang ditulis oleh Ibn Sa’ad [w. 168 H/230 M].
Bentuk ketiga adalah kitab Tarajum, jamak Tarjamah [uraian]. Kitab ini menguraikan sejarah kehidupan figur-figur terkenal, mulai dari Khalifah, Qadhi, Wali, ulama’ hingga ahli sastera. Sebut saja, kitab Mu’jam al-Udaba’ [ahli sastra], karya Yakut al-Hamawi [w. 626 H], Usud al-Ghabah fi Ma’rifati as-Shahabah, karya Ibn al-Atsir [w. ], Wafyat al-A’yan, karya Ibn Khalikan [w. 681 H], Siyar al-A’lam an-Nubula’, karya ad-Dzahabi [w. 748 H], al-Ishabah fi Tamyiz as-Shahabah, karya Ibn Hajar [w. 852 H].
Keempat adalah kitab al-Futuh, yang berisi berbagai peristiwa pembebasan. Seperti kitab Futuh al-Buldan, karya al-Baladzuri [w. 279 H/892 M], Futuh as-Syam, karya al-Waqidi [w. 207 H/823 M], Futuh al-‘Iraq, karya al-Waqidi, Futuh al-Habasyah, karya Syihabuddin ‘Abdul Qadir [w. 940 H] dan lain-lain.
Kelima, kitab al-Ansab, yang mengulas nasab [garis keturunan] dan pertalian darah di kalangan bangsa Arab, serta asal usul mereka. Di antara yang paling terkenal adalah kitab Jumhuratu an-Nasab, karya al-Kalabi [204 H/819 M], Nasab Quraisy, karya Mus’ab bin az-Zubairi [w. 236 H/851 M], dan Jamharatu Ansab al-‘Arab, karya Ibn Hazm al-Andalusi [w. 456 H/1064 M].
Keenam, kitab Mahalliyyat, yaitu kitab yang ditulis untuk mengulas wilayah tertentu, dengan berbagai rinciannya. Seperti, kitab Wullat Mishra, karya al-Kindi [w. 355 H/851 M], Tarikh al-Baghdad, karya al-Khathib al-Baghdadi [w. ], Tarikh Dimasyqa, karya Ibn Asakir [w. ], al-Bayan al-Mughrib fi Akhbar al-Maghrib, karya Ibn Adzari [w. 695 H/1295 M], an-Nudzum al-Dhahirah fi Muluk Mishra wa al-Qahirah, karya al-Atabiki [w. 874 H].
Ketujuh, kitab-kitab Tawarikh ‘Ammah, yang mengulas sejarah secara umum. Seperti kitab Tarikh al-Umam wa al-Muluk, karya at-Thabari [w. 310 H], Muruj ad-Dzahab wa Mada’in al-Jauhar, karya al-Mas’udi [w. 34 H], al-Kamil fi at-Tarikh, karya Ibn al-Atsir, al-‘Ibar wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Ayyam al-‘Arab wa al-‘Ajam wa al-Barbar wa Man ‘Ashahum Min Dzawi as-Sulthan al-Akbar, karya Ibn Khaldun [w. 1406 M].
Saking banyaknya bentuk karya sejarah yang ditulis para ulama’ kaum Muslim, jumlahnya pun ada yang menyebut sampai ribuan buku. Secara umum, kemudian dikategorikan oleh ad-Dzahabi menjadi 40 kategori. Meliputi Sirah, kisah para Nabi, kehidupan sahabat, Khalifah, para raja, para penguasa, wilayah, pembantu Khalifah, fuqaha’, ahli bacaan, penghapal hadits, ahli hadits, sejarawan, ahli nahwu, ahli sastra, ahli bahasa, sastrawan, ahli ibadah, ahli zuhud, ahli tasawuf, hakim, para Wali, pengajar, penasihat, orang-orang terpandang, ahli medis, filsafat, bahkan orang-orang bakhil pun ada.
Itulah warisam ulama’ kaum Muslim yang luar biasa di bidang sejarah, yang semuanya dihasilkan di era Khilafah Islam. []

Antara Pendukung AHOK, UMAR BIN KHATAB, dan KAFIR QURAISY


Pendukung AHOK tak satupun yang berkomentar mengenai Aksi Kebhinekaan kemarin. Karena kebenaran akan kebusukan penipuan yang mereka lakukan benar-benar terlihat nyata oleh Kaum Muslimin.
Mengapa mereka terdiam....???
Karena memang Kaum KAFIR akan terdiam 1000 bahasa setelah melihat kebenaran itu jelas seterang Matahari.
Seperti perkataan para petinggi Kaum KAFIR Quraisy kepada UMAR BIN KHATTAB. 
"Wahai Umar, katakan kepada sahabatmu (Muhammad), kami meminta kepadanya agar dia membuktikan kenabiannya, tapi dia tidak membuktikan apa-apa kepada kami"
Umar menjawab: "Apakah anda semua mencoba untuk menantangnya agar ia mengeluarkan mu'jizat dari Tuhannya..?! Apakah jika ia memperlihatkan beberapa atau semua mu'jizat dari yang kalian minta, lalu anda sekalian akan beriman kepadanya? 
Kaum Quraisy pun terdiam.
Lanjut Umar, "Demi Allah yang mengutus Muhammad dengan kebenaran, kalian tidak akan beriman kepadanya. Anda sekalian akan mengatakan 'itu semua sihir, dan ia (muhammad) menyihir mata kita dengan itu. Sebelumnya telah ada Nabi yang memperlihatkan mu'jizat kepada kaumnya, tetapi mereka yang menyaksikan justru menolak untuk percaya. Anda sekalian telah mengetahui kisah-kisah mereka dan para Nabi yang diutus kepada mereka, salah satunya Musa As ketika membelah lautan dengan tongkatnya, tapi Fir'aun dan kaumnya yang menyaksikan ini juga tidak beriman. Bahaimana dengan anda sekalian yang telah mempercayai kisah itu, apakah ketika Muhammad menunjukkan mu'jizatnya kalian akan langsung percaya..? Sesungguhnya kalian akan mengatakan bahwa kami tidak melihat apa-apa".
Para petinggi KAFIR Quraisy itupun terdiam dan meninggalkan UMAR BIN KHATTAB.
Sungguh, telah tampak pada diri Kaum KAFIR dan Munafikin yang mendukung AHOK saat ini, seperti yang telah terjadi pada Kaum Kafir Quraisy di masa Rasul dan para sahabat.

TOLAK UKUR SEBUAH PERADABAN YANG BESAR

Peradaban yang besar, Negara yang besar, dan Bangsa yang besar, bukanlah bangsa yang memiliki gedung pencakar langit yang bertingkat-tingkat, bukan negara yang memiliki kecanggihan teknologi yang beraneka ragam, dan bukan peradaban yang memiliki banyak artis dengan membintangi film berskala internasional.

Tapi peradaban yang besar adalah sebuah peradaban yang di dalamnya terdapat masyarakat yang merasa memperoleh keadilan dan tersejahterakan tanpa harus mendeti kemiskinan.

Negara yang besar adalah suatu negara yang di dalamnya terdapat masyarakat yang bebas dari penjajahan budaya dan pemikiran ala Barat, seperti Freeseks, Aborsi, Pacaran, Zina, Narkoba, Miras, dan lain-lain.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang di dalamnya tidak ada penghina agama, korupsi, perdukunan, pembegalan, pencurian Sumber Daya Alam, Pendidikan Mahal, Kesehatan Mahal, dan rasa takut yang dirasakan oleh rakyat.

Dan peradaban, negara, dan bangsa yang besar itu tidak akan pernah muncul dalam peradaban, negara, atau bangsa yang menerapkan sistem Demokrasi.

Tapi adalah sesuatu yang pasti akan dicapai jika suatu peradaban, negara, atau bangsa menerapakan aturan yang datang dari pencipta manusia dan alam semesta ini. aturan itu bernama SYARIAH DAN KHILAFAH.

Jumat, 18 November 2016

Jean-Francois Mayer Talk about #HizbutTahrir

Jean-Francois Mayer adalah seorang penulis asal Switzerland dan sekaligus pengamat gerakan-gerakan agama kontemporer, dalam tulisannya dia mengatakan:
“Hizbut Tahrir merupakan sebuah kondisi yang tiada duanya sebagai sebuah partai Islam internasional. Dimana ia memiliki cabang di berbagai negara di dunia ini, termasuk dunia Barat. Yang lebih mencengangkan lagi, Hizbut Tahrir di berbagai negeri itu ternyata mengikuti metode dan cara yang sama. Hal itu menunjukkan sebuah langkah yang sangat berani demi menjaga wujud ideologinya. Hizbut Tahrir menolak secara keseluruhan negara-negara bangsa (nation state). Hizbut Tahrir ingin mendirikan negara Islam (Khilafah) yang akan menyatukan seluruh negeri Islam, dan pada puncaknya, seluruh dunia. Hizbut Tahrir selalu mengungkapkan dibutuhkannya Khilafah sebagai sebuah solusi bagi seluruh problem yang menimpa dunia Islam. Anggota Hizbut Tahrir tidak menganggap bahwa mereka saja-lah yang benar-benar Islam. Mereka tidak menganggap orang-orang Muslim biasa sebagai orang-orang Muslim yang buruk. Hal sepenuhnya berbeda dengan pandangan sebagian kelompok Islam ekstrim yang menganggap anggotanya saja yang benar-benar Muslim, sedangkan kaum Muslim yang lain dalam kondisi murtad. Dapat ditegaskan bahwa Hizbut Tahrir bukan gerakan perdamaian. Akan tetapi, pada fase ini Hizbut Tahrir tidak pernah menggunakan kekerasan dalam berbagai aktivitasnya meskipun kritiknya dan seruannya sangat ekstrim. Sungguh amat mengherankan, banyak anggotanya yang benar-benar dapat mengontrol emosinya meskipun penekanan semakin bertambah".
Jean-Francois Mayer mengakhiri perkataannya, “Bisa saja, masadepan mereka benar-benar akan cemerlang”.

Ketika MUSLIM dipimpin KAFIR

Ketika MUSLIM dipimpin KAFIR. Maka yang terjadi adalah UMAT MUSLIM DIBAKAR dan DIKULITI HIDUP-HIDUP.
Contohnya Di Miyanmar.
Ketika MUSLIM dipimpin KAFIR. Maka yang terjadi adalah UMAT MUSLIM sengsara dalam beribadah.
Contohnya di Singapura.
Selama AHOK memimpin Jakarta. Umat ISLAM dilarang memotong hewan qurban, Masjid digusur, Rumah orang Muslim yang miskin digusur, Tabligh Akbar dilarang, Pawai Malam Takbiran di larang dengan alasan bikin macet, dan yang terbaru MENGHINA ISLAM.

Umat ISLAM dipermainkan pake Undang-Undang KAFIR, Oleh Orang Muslim Munafik, dengan Mendukung Orang KAFIR, di negerinya orang MUSLIM.
Baca Surah Al Maidah: 50.
Undang-Undang KAFIR tidak pernah mendatangkan kebaikan bagi Umat MUSLIM. Tapi sebaliknya, sejarah membuktikan bahwa Undang-Undang ISLAM selalu mendatangkan kebaikan bagi seluruh alam. Karena ISLAM RAHMATAN LIL 'ALAMIN.

Seandainya tidak ada AKSI 411, Ahok tidak mungkin jadi TERSANGKA. Maka harus ada AKSI 212, biar AHOK diadili seadil-adilnya.
Ahok tidak akan pernah mau ditangkap. Dan Jokowi juga akan berusaha melindunginya dengan melibatkan Kapolri.
Kurang lebih mereka itu bisa disebut sebagai "Genk" Pelindung Penista Agama. Dan untuk menghentikan berbagai manufer politik busuk mereka adalah....
TUMBANGKAN PENGUASA

Kamis, 17 November 2016

NKRI Harga MATI itu Boleh Menghina Agama...???

Kata AHOK ke anaknya "Kamu harus bangga papamu menjadi tersangka karena perjuangkan NKRI". Sumber Posmedia.ag

Saya baru faham sekarang, selama ini terus digembar-gemborkan oleh Pemerintah dan Orang-Orang Liberal agar rakyat Indonesia terus mempertahankan NKRI.

Dan bahkan dikatakan kepada masyarakat bahwa NKRI harga MATI.

Saya baru faham secara jelas dari perkataan AHOK ke anaknya. Ternyata yang dimaksud dengan MEMPERTAHANKAN NKRI dan NKRI itu disebut HARGA MATI adalah bolehnya MENGHINA AGAMA.

Dan menjadi TERSANGKA penghina Agama adalah sesuatu yang harus dibanggakan. Karena orang yang telah menghina Agama adalah orang yang MEMPERTAHANKAN NKRI.

Luarrr biaasssssaaaa........
Pantas banyak orang (munafik) yang selama ini mengatakan NKRI harga MATI justru mendukung AHOK walau dia telah menghina ISLAM.

Karena penghina ISLAM adalah pahlawan yang mempertahankan NKRI dan yang meyakini bahwa NKRI harga MATI.

Hebatttttt..........
Luar biasa pejuang NKRI harga MATI.
Kumpulan manusia GOBLOK dan BODOH yang menghina ALLAH, RASUL-NYA, dan AL-QUR'AN (ISLAM).

Sekali lagi...anda semua adalah manusia GOBLOK...

Rabu, 16 November 2016

PENISTA AGAMA LEBIH BAHAYA DARI TERORIS

Di Negeri ini, baru terduga TERORIS langsung DITEMBAK Mati. Sedangkan orang yang sudah nyata dan terang benderang Menistakan Agama masih dibiarkan jalan-jalan dan menghirup udara bebas. Bahkan masih diberi peluang untuk memimpin Umat yang telah dihina.

Padahal Tersangka PENISTA AGAMA lebih bahaya daripada terduga TERORIS.

TERORIS itu mengatasnamakan AGAMA dalam melakukan tindakan kriminal. Lah ini Si AHOK, bukan mengatasnamakan AGAMA, tapi  AGAMA bahkan DIHINA oleh dia.

Kalau TERORIS itu mengancam orang lain bahwa akan dibunuh oleh dia. Tapi kalau PENISTA AGAMA, Milyaran manusia dibunuh karakternya oleh dia.

Padahal baru TERDUGA, belum TERSANGKA tapi sudah ditembak mati. Tapi Si AHOK yang sudah jelas TERSANGKA Penista Agama masih bisa bebas cengar-cengir. Seharusnya kan dia juga secepatnya ditembak mati, biar tidak ada lagi Penghina Agama di Negeri ini.

INGAT, Penista Agama lebih Kurang Ajar dan BAHAYA dari TERORIS.

WANITA ITU SENSITIFNYA TINGGI

Wanita itu sensinya tinggi.
Dilembutin mengikut, dikasarin menjauh.
Wanita itu sensinya tinggi.
Disayangi nurut, dikhianati menusuk.
Wanita itu sensinya tinggi.
Dirayu ia senyum, dicibir ia down.
Wanita itu sensinya tinggi.
Disapa dengan senyum ia malu.
Disapa sinis ia cemberut.
Wanita itu sensinya tinggi.
Dijanji ia menanti, diingkari ia menangis.
Wanita itu sensinya tinggi.
Dan jadi pria kudu berhati-hati.
Jangan suka beri janji, sebab ia kan menanti hingga datangnya bukti bahwa engkau telah ingkari.
Wanita itu jika dibaikin ia balas lebih baik.
Dijahatin ia ga dendam walau terasa sakit.
Jadi pria itu kudu hati-hati.
Jaga lisan, tangan, dan sikap. Sebab wanita itu ga suka dilisani kasar, ga suka dilayangkan tangan, dan ga suka diinjak-injak.
Lagian jadi pria itu mesti nyadar. Lisan, tangan, dan kaki Allah cipta bukan untuk semena-mena pada sesama, apalagi terhadap wanita.
Adam walau ia tercela sebab Hawa, tapi Adam tak pernah menyalahkan Hawa.
Karena ia sadar, bahwa tergelincirnya Hawa bukan sebab salah sang Hawa. Tapi luputnya Adam dari Iblis yang menggoda Hawa.
Pria itu melembuti menasehati. Bukan menzolimi menyalahi.
INGAT....
Wanita itu sensinya tinggi
Maka, jadi pria kudu hati-hati.
Jaga Dia Tanpa Harus Memacarinya dan
Semoga Status Ini Termasuk Penjagaan Kita Padanya.

Selasa, 15 November 2016

SAUDARA KITA ADALAH ILMUAN DUNIA


Mengapa ketika kita mendengar nama-nama ilmuan dunia seperti Ibnu Sina, Ibnu Rush, Al-Farabi, Abbas ibn Firnas, Muhammad bin Musa Al-Kharizmi, Ibnu Batuta, Ibnu Khaldun, Al-Kindi, dan sebagainya itu memunculkan perasaan bangga di dalam hati kita ?! Karena mereka adalah ilmuan yang telah mempengaruhi seluruh dunia terutama telah mempengaruhi dunia  Eropa-Barat.
Mengapa kita begitu bangga terhadap mereka dan bahkan merasa bahwa mereka adalah bagian dari diri kita dan saudara kita....?
Karena kita dan para ilmuan itu memiliki ikatan yang sangat kuat. Dimana ikatan itu tidak pernah dimiliki oleh orang-orang di luar Islam.
Ikatan apakah itu...?
Ikatan itu adalah ikatan Aqidah Islam, yang telah menyatukan kita dengan Rasul, para sahabat, tabi'in, tabi'it tabi'in, dan para ilmuan dunia tersebut.
Kita memiliki hubungan persaudaraan dengan mereka. Dan kita juga merasakan kebahagiaan karena kesuksesan yang mereka capai dan yang telah memberi manfaat luar biasa bagi dunia.
Aqidah Islamiyah. Itulah yang disebut sebagai ikatan yang tidak akan pernah ada duanya. Dan kita wajib dan harus terus menerus berpegang kepadanya.
Karena dengan kekuatan Aqidah tersebut, kita dapat mempertaruhkan nyawa untuk membela Agama ISLAM kita. Dan kita akan terus bersungguh-sungguh untuk memperjuangkan Syariat ALLAH SWT agar dapat diterapkan di muka bumi ini.
ALLAHU AKBAR...3X

Senin, 14 November 2016

TAFSIR QS AL-MAIDAH : 51

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (51)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.” (QS al-Maidah : 51).
Demikian terjemahan yang saya kutip dari sebagian versi. Sebagian versi terjemahan, menerjemahkan, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi teman setia dan sahabat-sahabat (mu).
Dari kedua versi terjemahan tersebut, terjemahan manakah yang benar? Atau salahkah terjemahan auliya’ dengan terjemahan pemimpin-pemimpin (mu)?
Untuk menjawab kedua pertanyaan ini, marilah kita buka tafsir al-Razi dan Tafsir al-Jalalain, dua kitab tafsir yang menjadi kajian para ulama di Indonesia. Dalam tafsir al-Jalalain dijelaskan:
{يأيها الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الْيَهُود وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاء} تُوَالُونَهُمْ وَتُوَادُّونَهُمْ {بَعْضهمْ أَوْلِيَاء بَعْض} لاِتِّحَادِهِمْ فِي الْكُفْر {وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ} مِنْ جُمْلَتهمْ {إنَّ اللهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْم الظَّالِمِينَ} بموالاتهم الكفار
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi auliya’ (yang kalian jadikan sebagai teman setia dan sahabat yang saling mengasihi); sebagian mereka adalah auliya’ bagi sebagian yang lain (karena kesatuan mereka dalam kekufuran). Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi teman setia, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim (dengan menjadikan orang-orang kafir sebagai teman setia).” (QS al-Maidah : 51).
Dalam Tafsir al-Jalalain di atas, jelas sekali, bahwa auliya’ ditafsirkan dengan teman setia dan sahabat yang saling mengasihi.
Al-Imam al-Razi berkata dalam kitabnya al-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib sebagai berikut:
وَمَعْنَى لاَ تَتَّخِذُوهُمْ أَوْلِيَاءَ: أَيْ لاَ تَعْتَمِدُوا عَلَى اْلاِسْتِنْصَارِ بِهِمْ، وَلاَ تَتَوَدَّدُوا إِلَيْهِمْ.
ثُمَّ قَالَ: وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: يُرِيدُ كَأَنَّهُ مِثْلُهُمْ، وَهَذَا تَغْلِيظٌ مِنَ اللهِ وَتَشْدِيدٌ فِي وُجُوبِ مُجَانَبَةِ الْمُخَالِفِ فِي الدِّينِ، وَنَظِيرُهُ قَوْلُهُ وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي [الْبَقَرَةِ: 249] .
Makna “janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi auliya’”, yaitu janganlah bersandar pada pertolongan mereka dan jangan menjadikan mereka sebagai sahabat yang kalian inginkan kasih sayang mereka.
Kemudian Allah berfirman: “Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi teman setia, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka”, Ibnu Abbas berkata: “Maksudnya seakan-akan ia seperti mereka. Ini adalah peringatan keras dan dahsyat dari Allah tentang wajibnya menjauhi orang yang berbeda dalam agama. Hal ini setara dengan firman Allah “Dan barang siapa tiada meminumnya, maka ia adalah pengikutku (QS al-Baqarah : 249)”. (Al-Imam al-Razi, al-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib, juz 12 hlm 15).
Dalam uraian di atas, jelas sekali al-Imam al-Razi menafsirkan auliya’ dalam QS al-Maidah : 51 dengan makna teman setia dan sahabat yang saling mengasihi. Demikian penafsiran kedua kitab tafsir terkenal dan banyak menjadi rujukan para ulama di Indonesia.
Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana dengan penafsiran yang mengartikan auliya’ dalam QS al-Maidah : 51 tersebut dengan makna pemimpin? Atau dalam bahasa yang lebih simpel, dapatkah QS al-Maidah : 51 sebagai dalil larangan memilih pemimpin non Muslim?
Dalam ilmu ushul fiqih, telah dikenal istilah yang namanya manthuq dan mafhum. Manthuq adalah pemahaman secara tekstual terhadap suatu ayat atau hadits. Sedangkan mafhum adalah pemahaman kontekstual terhadap suatu ayat atau hadits. Contoh yang banyak disampaikan oleh para ulama dalam kitab-kitab ushul fiqih adalah ayat:
فَلا تَقُلْ لَهُما أُفٍّ [الإسراء: 23]
“Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah". (QS al-Isra’ : 23).
Secara tekstual, ayat di atas menunjukkan larangan atau keharaman perkataan “ah” kepada kedua orang tua. Ini disebut dengan istilah manthuq, pengertian tekstual. Secara kontekstual, ayat tersebut menjadi larangan memukul orang tua. Ini disebut dengan istilah mafhum, yaitu pengertian yang ada di luar teks.
Dalam ilmu ushul fiqih, mafhum dibagi menjadi dua. Pertama, adakalanya hukum kontekstual lebih kuat daripada hukum tekstualnya seperti dalam kasus memukul orang tua yang dipahami dari larangan perkataan “ah”. Karena larangan perkataan “ah” kepada orang tua, sebenarnya adalah larangan menyakiti mereka. Sudah barang tentu, tekanan memukul dalam hal menyakiti lebih kuat dari pada sekedar perkataan “ah”. Mafhum yang seperti ini dalam ilmu ushul fiqih disebut dengan Fahwa al-Khithab, atau Qiyas Aulawi. Siapapun orang yang berakal sehat, akan dapat menerima bahwa memukul orang tua itu hukumnya haram berdasarkan ayat larangan perkataan “ah”.
Kedua, adakalanya hukum kontekstual sama kedudukannya dengan hukum tekstual, seperti keharaman merusak dan membakar harta anak yatim yang dipahami dari larangan memakan harta anak yatim. Karena larangan memakan harta anak yatim pada hakikatnya bertujuan agar tidak merusak harta mereka. Merusak dan membakar harta mereka, sama saja posisinya dengan memakan harta mereka. Mafhum yang seperti ini dalam ilmu ushul fiqih disebut dengan istilah Lahn al-Khithab atau Qiyas Musawi.
Pertanyaannya sekarang adalah, dapatkan seseorang memberikan penjelasan keharaman memukul orang tua dengan dasar ayat yang secara tekstual berupa larangan perkataan “ah”, atau menjelaskan keharaman merusak dan membakar harta anak yatim dengan dasar ayat yang secara tekstual berupa larangan memakan harta anak yatim? Para ulama sepakat bahwa penjelasan seperti ini jelas diterima dan telah berlaku di kalangan para ulama. Al-Imam al-Zarkasyi berkata dalam kitabnya Tasynif al-Masami’ bi-Jam’ al-Jawami’ sebagai berikut:
وَلاَ خِلاَفَ فِي اْلاِحْتِجَاجِ بِالْمُسَاوِيْ كَاْلأَوْلىَ.
Tidak ada perselihian di kalangan ulama tentang kehujjahan mafhum musawi, sebagaimana halnya mafhum aula. (Al-Zarkasyi, Tasynif al-Masami’ bi-Jam’ al-Jawami’ juz 1 hlm 343).
Kaitannya dengan QS al-Maidah : 51, dapat diterapkan bahwa ayat tersebut menjadi larangan memilih pemimpin beda agama?
QS al-Maidah : 51, secara tekstual menjadi larangan menjadikan orang-orang kafir sebagai teman setia dan sahabat yang dikasihi. Secara kontekstual ayat tersebut menjadi larangan menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin. Karena kedudukan pemimpin lebih tinggi dari pada sekedar teman setia dan sahabat yang dikasihi. Jadi dengan demikian, penerjemahan auliya’ dalam QS al-Maidah : 51 dengan arti teman setia dan sahabat adalah pengertian tekstual. Sedangkan penerjemahan dengan pemimpin adalah pengertian secara kontekstual. Kedua-duanya sama-sama dijadikan dasar oleh para ulama sejak dahulu kala dalam hukum Islam. Bahkan penerjemahan auliya’ dalam QS al-Maidah : 51 dengan arti pemimpin termasuk mafhum Fahwa al-Khithab atau Qiyas Aulawi. Oleh karena itu para ulama juga menjadikan ayat QS al-Maidah : 51 tersebut termasuk dalil larangan memilih pemimpin beda agama. Dalam hal ini Imam al-Haramain berkata dalam kitabnya Ghiyats al-Umam fi Iltiyats al-Zhulam sebagai berikut:
فَمَنْ لاَ تُقْبَلُ شَهَادَتُهُ عَلَى بَاقَةِ بَقْلٍ، وَلاَ يُوثَقُ بِهِ فِي قَوْلٍ وَفِعْلٍ، كَيْفَ يَنْتَصِبُ وَزِيرًا؟ وَكَيْفَ يَنْتَهِضُ مُبَلِّغًا عَنِ اْلإِمَامِ سَفِيرًا، عَلَى أَنَّا لاَ نَأْمَنُ فِي أَمْرِ الدِّينِ شَرَّهُ، بَلْ نَرْتَقِبُ - نَفَسًا فَنَفَسًا – ضُرَّهُ.
وَقَدْ تَوَافَتْ شَهَادَةُ نُصُوصِ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ عَلَى النَّهْيِ عَنِ الرُّكُونِ إِلَى الْكُفَّارِ، وَالْمَنْعِ مِنِ ائْتِمَانِهِمْ، وَإِطْلاَعِهِمْ عَلَى اْلأَسْرَارِ قَالَ اللهُ تَعَالَى: {لاَ تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لاَ يَأْلُونَكُمْ خَبَالاً} وَقَالَ: {لاَ تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ}.
وَاشْتَدَّ نَكِيرُ عُمَرَ عَلَى أَبِي مُوسَى اْلأَشْعَرِيِّ لَمَّا اتَّخَذَ كَاتِبًا نَصْرَانِيًّا. وَقَدْ نَصَّ الشَّافِعِيُّ - رَحِمَةُ اللهِ عَلَيْهِ - عَلَى أَنَّ الْمُتَرْجِمَ الَّذِي يُنْهِي إِلَى الْقَاضِي مَعَانِيَ لُغَاتِ الْمُدَّعِينَ يَجِبُ أَنْ يَكُونَ مُسْلِمًا عَدْلاً رِضًا، وَلَسْتُ أَعْرِفُ فِي ذَلِكَ خِلاَفًا بَيْنَ عُلَمَاءِ اْلأَقْطَارِ. فَكَيْفَ يُسَوَّغُ أَنْ يَكُونَ السَّفِيرُ بَيْنَ اْلإِمَامِ وَالْمُسْلِمِينَ مِنَ الْكُفَّارِ؟ .
Orang (kafir) yang kesaksiannya tidak dapat diterima terkait seikat sayuran, dan tidak dapat dipercaya dalam ucapan dan perbuatan, bagaimana ia disahkan terangkat menjadi menteri, bagaimana ia dapat bangkit sebagai mediator perantara dari imam (kepada rakyatnya). Sedangkan kami tidak merasa aman dari keburukannya dalam urusan agama. Bahkan kami mengkhawatirkan bahayanya dalam setiap nafas demi nafas.
Sungguh telah sempurna kesaksian nash-nash al-Kitab dan Sunnah tentang larangan condong kepada orang-orang kafir, melarangan memberikan kepercayaan kepada mereka dan memperlihatkan mereka tentang rahasia-rahasia (kaum Muslimin). Allah ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu”. (QS Alu-Imran : 118). Dan Allah berfirman: “janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi teman setia; sebahagian mereka adalah teman setia”. (QS al-Maidah : 51).
Sungguh pengingkaran Umar begitu keras kepada Abu Musa al-Asy’ari ketika menjadikan seorang Nasrani sebagai sekretaris. Al-Syafi’i rahimahullah telah menetapkan bahwa penerjemah yang menyampaikan makna bahasa para pendakwa kepada qadhi haruslah seorang Muslim yang adil dan diridhai. Aku tidak mengetahui adanya perselisihan dalam hal tersebut di kalangan para ulama berbagai negeri. Bagaimana dibolehkan seorang perantara antara pemimpin dengan umat Islam terdiri dari orang kafir?” (Imam al-Haramain, Ghiyats al-Umam fi Iltiyats al-Zhulam, hlm 309-311, Dar al-Minhaj 2011, ed Dr Abdul Azhim al-Dayb).
Kita perhatikan, dalam pernyataan di atas Imam al-Haramain menjadikan QS al-Maidah : 51 termasuk salah satu dalil larangan mengangkat atau memilh orang yang beda agama sebagai pemimpin. Oleh karena itu, penjelasan larangan memilih pemimpin beda agama berdasarkan ayat QS al-Maidah : 51 adalah benar dan menjadi kesepakatan para ulama. Larangan memilih pemimpin beda agama berdasarkan ayat tersebut termasuk mafhum, pengertian kontekstual Fahwa al-Khithab atau Qiyas Aulawi. Pemahaman seperti ini, sama dengan pemahaman para ulama Ahlussunnah Wal-Jamaah tentang kehidupan para nabi di alam barzakh dengan ayat sebagai berikut:
وَلا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لا تَشْعُرُونَ
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (QS al-Baqarah : 154).
وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. (QS Alu-Imran : 169).
Secara tekstual, kedua ayat di atas menunjukkan pada kehidupan orang-orang yang dibunuh di jalan Allah, yaitu para syuhada’. Tentu saja, kedua ayat tersebut secara kontekstual menjadi dalil kehidupan para nabi yang lebih sempurna di alam barzakh dari pada syuhada’, karena derajat mereka yang lebih tinggi.
Dalam contoh lain, tentang anjuran perayaan Maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, para ulama berdalil dengan hadits berikut ini:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ صِيَامًا، يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي تَصُومُونَهُ؟» فَقَالُوا: هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ، أَنْجَى اللهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ، وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ، فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا، فَنَحْنُ نَصُومُهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ»
Dari Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, kaum Yahudi sedang berpuasa Asyura. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Hari apa kalian berpuasa ini?” Mereka menjawab: “Ini hari agung, Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya, menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya, lalu Musa berpuasa karena bersyukur kepada Allah, kami juga berpuasa.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Kami lebih berhak mensyukuri Musa dari pada kalian.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dan memerintahkan umatnya berpuasa. (HR al-Bukhari dan Muslim).
Hadits di atas, secara tekstual menjadi dalil kesunnahan puasa Asyura karena merayakan kemenangan Musa ‘alaihissalam dan kaumnya menghadapi Fir’aun dan bala tentaranya. Secara kontekstual, hadits tersebut menjadi dalil perayaan hari kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena rahmat Allah dengan lahirnya baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih besar dari pada selamatnya Nabi Musa ‘alaihissalam.
Wallahu a’lam.

By: KH. Muhammad Idrus Ramli

TAMPARAN KERAS BAGI PARTAI POLITIK DAN URGENSI HIZBUT-TAHRIR


Salam el Fath
Salam el Fath: Mahasiswa Pascasarjana UIN Malang
Pendahuluan

Yang salah dari Rakyat di Negeri ini adalah ketika datang waktunya PEMILU dan PILKADA. Mereka cenderung keliru dalam memahami sebuah istilah Politik dan Pemerintahan.

Dan dari kekeliruan itu menghasilkan tindakan memilih yang sangat fatal dan tanpa sadar bahwa mereka telah mempertaruhkan masa depan mereka.

Mayoritas Rakyat di negeri ini tidak faham apa itu POLITIK dan PEMERINTAHAN. Yang mereka tahu bahwa POLITIK itu adalah hanya untuk meraih kekuasaan. Dan yang mereka tahu Pemerintahan itu adalah untuk memperoleh kesejahteraan dan keadilan.

Dari persepsi tersebut, terbangun pemahaman bahwa seorang Pemimpin yang baik adalah yang merakyat. Karena jika pemimpin merakyat maka Rakyat akan dibantu untuk memperoleh kesejahteraan.

Tidak ada yang salah dengan pemahaman bahwa pemimpin yang baik itu adalah yang merakyat, tapi yang menjadi persoalan itu jika dipahami bahwa merakyat itu adalah calon pemimpin yang suka masuk got, suka sapu jalan, suka senyum kalau kampanye, suka angkat sampah, ikut shalat berjama'ah, dan ikut kerja bakti bersama masyarakat.

Dari hal-hal tersebut, masyarakat langsung mengira bahwa itulah ciri-cira pemimpin yang baik. Padahal aktivitas masuk got, angkat sampah, menyapu di jalan, kerja bakti, dan shalat berjama'ah. Semua itu tidak ada urusannya dengan pemerintahan.

Kalau hanya itu yang menjadi tolak ukur, tukang sapu, preman, anak SD, Pemulung, dan macam-macamnya itu juga bisa jadi Presiden, Gubernur, maupun Bupati/Walikota.

Dan oleh karena rakyat saat memilih Pemimpinnya dengan tolak ukur seperti itu, maka tidak bisa dikatakan bahwa Pemimpin tersebut adalah Ulil Amri. Mau disebut sebagai Ulil Amri Apa..? Ulil Amri Sampah? Ulil Amri Got? Ulil Amri Shalat Berjama'ah? Atau Ulil Amri Baksos..?

Ulil Amri itu adalah ketika Rakyatnya memahami dan memilihnya karena hendak menerapkan aturan Allah SWT, yakni Syariat Islam. Kalau dipilih karena masuk got, ikut kerja bakti, dan macam-macamnya itu. Maka itu namanya tukang sampah, tukang gali got, dan lain-lain.

Begitu juga dengan pemahaman Rakyat mengenai DEMOKRASI. Yang mereka kira bahwa Demokrasi itu hanya alat untuk memilih Pemimpin. Sehingga mereka dengan mudah dibohongi dengan istilah PESTA DEMOKRASI.

Mayoritas masyarakat memahami POLITIK, PEMERINTAHAN, dan DEMOKRASI hanyalah kurang lebih seperti yang tertulis di atas.

Lalu mereka dibohongi dengan Kampanye masuk got, kampanye shalat berjama'ah, memberi bantuan di Masjid, kerja bakti, dan macam-macam itu.

Tamparan Bagi Partai Politik

Dan yang paling bertanggungjawab atas dangkal dan kelirunya masyarakat dalam memahami istilah POLITIK, PEMERINTAHAN, dan DEMOKRASI adalah PARTAI POLITIK.

PAN, PPP, Demokrat, Golkar, PDI-P, PKS, dan lain-lain. Semua partai itu hanya memanfaatkan suara rakyat agar memilih mereka tanpa memberikan pemahaman kepada Rakyat, apa itu Politik, Pemerintahan, dan Demokrasi. Yang mereka fikirkan hanyalah bagaimana cara agar Rakyat di negeri ini memilih mereka dan menang dalam percaturan kekuasaan.

Karena mereka faham bahwa Rakyat di negeri ini suka dengan Calon Pemimpin yang suka masuk got, angkat sampah, ikut kerja bakti, shalat berjama'ah, Lomba, Joget-joget, dangdutan, dan memberi bantuan di Masjid.

Maka yang mereka lakukan dalam kampanye adalah mengelabui masyarakat dengan masuk got, undang artis, dangdutan, joget-joget, shalat berjama'ah, memberi bantuan di Masjid, dan mengadakan perlombaan. baik itu lomba bola, lomba azan, lomba masak, dan macam-macam.

Bertahun-tahun begitu dan terus begitu. Sampai Rakyat terbodohi oleh PARTAI-PARTAI tersebut dan menganggap bahwa POLITIK, PEMERINTAHAN, dan DEMOKRASI hanya itu.
Maka POLITIK, PEMERINTAHAN, dan DEMOKRASI hanya diartikan sebagai Sampah, Got, Joget-Joget, Dangdutan, Perlombaan, dan lain-lain.

PADAHAL semua kampanye yang Partai-Partai lakukan tersebut tidak ada urusannya dengan POLITIK dan PEMERINTAHAN.

Partai-Partai tersebut telah berhasil memelihara dan merawat kebodohan Rakyat dalam perkara Politik, Pemerintahan, dan Demokrasi. Dan berharap tahun-tahun selanjutnya bisa kampanye seperti itu lagi. Toh, Rakyat masih buta akan Politik, Pemerintahan, dan Demokrasi.

Urgensi Hizbut-Tahrir

Maka di sinilah pentingnya keberadaan HIZBUT TAHRIR. Organisasi Politik Islam yang satu ini datang memberi pemahaman kepada masyarakat tentang makna dan sakralnya istilah POLITIK dan PEMERINTAHAN, serta tentang BAHAYANYA sistem yang bernama DEMOKRASI.

HIZBUT TAHRIR hadir dengan memaparkan tentang apa itu POLITIK dalam pandangan ISLAM, PEMERINTAHAN ISLAM, dan BAHANYA DEMOKRASI ketika diterapkan, sehingga Rakyat menjadi faham dan menuntut diri mereka untuk menjalankan dan mengupayakan agar Politik dan Pemerintahan Islam tersebut dapat diterapkan sebagai sistem kenegaraan.

POLITIK dalam pandangan ISLAM adalah "Mengurusi Urusan Umat". Itu kata kuncinya. Baik berupa urusan mereka dalam hal pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial, sandang, pangan, papan, hukum, dan lain sebagainya yang terkait dengan kemaslahatan mereka. Sehingga masyarakat mampu merasakan bahwa betapa penting dan bahagianya hidup bernegara dengan Syariat Islam.

PEMERINTAHAN ISLAM atau KHILAFAH adalah Sistem Negara yang menerapkan aturan Islam dan kekuasaannya di tangan Umat Islam, serta menyebarkan Islam ke seluruh penjuru alam dengan Dakwah dan Jihad.

Demikianlah sedikit dari pemahaman mengenai POLITIK DAN PEMERINTAHAN dalam ISLAM. Dan hal ini terus menerus dipahamkan oleh HIZBUT TAHRIR kepada Rakyat, baik Muslim maupun Non-Muslim.

Mengapa Non-Muslim juga harus dipahamkan..?
Karena dalam Negara Khilafah Islam penduduknya bukan hanya Umat Muslim, tapi juga Non-Muslim dengan menerapkan kewajiban dan memperoleh hak yang sama dalam kemaslahatan.

Dan jika pemimpinnya diangkat dalam Politik dan Pemerintahan seperti ini, maka Pemimpinnya disebut sebagai Ulil Amri, yaitu Pemimpin yang mengurusi urusan Umat. Pemimpin tersebut WAJIB ditaati selama dia menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya.

Sedangkan DEMOKRASI adalah sistem Pemerintahan yang berasal dari Yunani. Sistem Pemerintahan ini adalah sistem yang menolak aturan Allah SWT. Dengan sistem ini DPR, Presiden, Gubernur, MPR dan lainnya itu mengahramkan yang Halal dan menghalalkan yang Haram.

Dan sistem itu sangat anti terhadap kesejahteraan dan keadilan pada Rakyat. Sistem itu hanya mensejahterakan anggota Dewan dan Pemerintah, serta membuat orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin.

Oleh karena itu, masyarakat harus difahamkan tentang makna POLITIK, PEMERINTAHAN, DAN DEMOKRASI yang sebenarnya. Sehingga mereka menjadi cerdas dan tidak lagi salah dalam memilih dan bertindak.

Dan salah satu kebaikan yang akan diperoleh ketika menerapkan Syariah dan Khilafah adalah kita tidak akan menemukan lagi penghina Agama, baik penghina agama Islam maupun penghina agama lain. Karena penghina agama ISLAM akan dihukum MATI. Dan saya kira tidak ada orang yang mau mati karena menghina agama.

Wallahu a'lam....

Kata Kunci: Rakyat, Parpol, Hizbut-Tarir

Minggu, 13 November 2016

KALAU TIDAK IKUT AKSI 411, LEBIH BAIK DIAM.

Ada yang bilang seperti ini.
Anda demo itu sudah baca qur'an...? Sudah faham ayat al qur'an...?
Untuk apa demo jika tidak baca qur'an, untuk apa demo jika tidak faham ayat al qur'an.

Yang mengucapkan kalimat di atas itu dipanggil ustadz pada saat beliau sedang memberikan ceramah kepada masyarakat di Masjid.

Beliau tidak ikut demo tapi mendukung aktifitas demo. Cuman perkataannya di atas itu seakan-akan ingin mengatakan bahwa tidak usah demo.

Kalau didengarkan oleh orang awam barangkali akan dibenarkan, sehingga mereka akan menganggap bahwa demo itu tidak boleh dilakukan kecuali sudah faham ayat2 al qur'an.

Tapi saya lebih suka mengambil positifnya dari apa yang telah dilakukan oleh Umat Islam pada 411 kemarin. Paling tidak dari aktivitas demo yang mereka lakukan kemarin telah menandakan bahwa mereka masih punya IMAN walau ada yang mengatakan hanya sedikit.

Mereka telah menunjukkan keimanan mereka kepada ALLAH SWT bahwa mereka masih mencintai WAHYU-NYA. Dan mereka telah berupaya untuk melakukan aksi agar orang yang telah menghina wahyu tersebut dapat dihukum sehingga tidak ada lagi orang yang berani menghinanya.

Saya telah menyaksikan ada begitu banyak Umat Muslim yang selama ini mereka dianggap sebagai Preman dan Anak Punk tapi justru berbondong-bondong mengikuti aksi 411 dengan alasan bahwa walaupun mereka anak jalanan tapi mereka masih punya IMAN.

Dan bahkan mereka mengecam orang-orang yang dianggap ustadz dan tokoh nasional karena mereka melakukan pembelaan pada penista agama yakni AHOK.

Menurut saya, orang-orang yang dianggap belum faham ISLAM itu tidak salah dan memang tidak bersalah jika mereka melakukan aksi domonstrasi atas pembelaan mereka terhadap Kitab Suci mereka walau pun selama ini mereka masih jarang bahkan belum membacanya.

Dan saya lebih mencitai mereka daripada orang-orang yang mengatakan bahwa kalau belum memahami Al-Qur'an tidak usah ikut demo.

Saya lebih menghormati dan memuliakan mereka ketimbang para ustadz yang katanya faham Al-Qur'an tapi memilih berdiam diri dari penistaan yang dilakukan oleh orang KAFIR terhadap Al-Qur'an,

Saya menghormati, memuliakan, dan mencintai mereka karena ALLAH. Sebab mereka telah tergerak hatinya untuk membela WAHYU ALLAH SWT.

Apalah artinya membaca Al-Qur'an jika saat Al-Qur'an yang dibaca dihinakan dan dilecehkan oleh orang lain tetapi malah diam saja.

Apalah artinya faham Al-Qur'an jika Al-Qur'an yang difahami justru dianggap sebagai kitab suci yang membohongi dan membodohi tetapi kita malah diam saja.

Apalah artinya jika berkata kepada orang lain agar tidak ikut demo karena belum memahami Al-Qur'an sedangkan kita yang sudah memahami Al-Qur'an malah diam saja.

Seharusnya perkataannya itu dibalik, Jika orang yang tidak faham saja ikut demo membela Al-Qur'an, apalagi jika sudah faham Al-Qur'an, mestinya lebih wajib untuk ikut. Itu yang benar.

Dan setelah ikut demo, orang-orang yang dianggap belum faham tadi agar dikontak dan diajari agar faham Al-Qur'an. Kan jadi mantap. Dan sudah mudah untuk mengajak mereka pada jalan taat karena sudah terlihat bahwa semangat keislaman mereka masih ada.

Jadi, kurang lebih seperti itu dalam menyikapi Umat Islam yang belum faham Al-Qur'an tapi ikut demo membela Al-Qur'an. Jangan digembosi agar tidak ikut membela.

Sekian Terima Kasih...

Tidak Ada Perintah "Menghafal" Dalam Al-Qur'an

Saya belum atau tidak menemukan perintah untuk "menghafal lah" dalam Al Qur'an, yang ada hanyalah perintah untuk menerapkan isi Al-Qur'an.
Untuk apa kamu menghafal jika engkau tak memahami apa yang Allah mau. Yang Allah mau adalah agar WAHYUNYA bukan semata dihafal. Tapi yang Dia mau WAHYUNYA dijadikan pedoman.
Kalau boleh jujur. Aku belum mendapatkan perintah yang sangat jelas dan langsung bahwa ada ayat yg mengatakan "menghafal lah".
Tapi yg ku tahu baru perintah secara langsung yaitu:
"Deralah/cambuklah"
"Potonglah"
"Berperang"
"Berpuasa"
"Janganlah"
"Ikutilah"
"Masuklah"
"Qisoslah"
"Bersatulah"
Dan sebagainya......
Menjadi penghafal qur'an itu bagus. Tapi pahami juga apa yang Allah mau dan berjuanglah untuk menerapkannya sebagai aturan hidup.

Rusaknya Wajah Bukan Karena Jerawat, tapi Karena Make Up

Banyak orang yang Rusak Wajahnya di usia muda bukan karena jerawat dan cacat, tapi karena penggunaan Make Up yang berlebihan telah membuat wajah mereka tidak lagi beraturan.

Ada bintik dan bengkak-bengkak gimanaaa...gtu.
Selamat bermake up berlebihan, tapi jangan menyesal jika belum 40 tahun wajahmu sudah blepotan tak beraturan.

Yang alami memang selalu lebih baik dan sempurna. Maka syukuri dan jaga apa yang telah Allah cipta, jangan dirusak karena nafsu ingin terlihat cantik.

Pakailah Make Up, tapi jangan tutup yang asli. Sebab yang asli akan membuat wajahmu lebih awet dan terjaga.

Fokuslah mencari perhatian pada Allah, jangan limpahkan segalanya kepada manusia.
Karena perhatian Allah lebih abadi daripada perhatian manusia.

Manusia paling hanya sebatas pujian lalu menghilang. Sedangkan pujian Allah swt mendatang ridho-Nya dan lebih kekal.

The Natural is The Best.