Minggu, 23 Oktober 2016

Pura-Pura Menolak Orang KAFIR ?

Yang mendukung Jokowi agar kalahkan Prabowo adalah Anis Baswedan. Setelah Jokowi naik ke tampuk Presiden, Anis Baswedan pun diangkat jadi Mentri. Bahagialah Anis.

Setelah dirasa tak layak pakai lagi oleh Megawati dan Jokowi, Anis pun diberhentikan. Hilanglah jabatan Anis Baswedan. Sekarang Anis Baswedan diangkat oleh Prabowo yang nota benenya adalah lawan politiknya saat melawan Jokowi. Dulu jadi musuh bebuyutan, sekarang jadi kawan. Kemunafikan terus berjalan mendominasi zaman. 

Sekarang tersebar foto Pak Anis, Sandiaga, dkk sedang sholat berjamaah di kediaman Prabowo. Dan masyarakat yg melihat seakan sudah merasa bahwa inilah calon pemimpin yang amanah dan mantap.

Di dunia yang serba rusak ini orang tidak butuh lagi konsep dan cara berfikir Islam agar aturan Allab diterapkan di negeri ini. Prinsipnya yang penting sholat berjamaah dan terlihat amanah, maka itulah yg dipilih. Tidak perduli Miras itu merajalela dan memakan korban, tidak perduli maraknya perzinahan, judi tetap jalan, dan macam-macam.

Yang penting pemimpinnya Muslim, yang penting kalau malam lebaran bisa takbiran keliling, yang penting bisa pake Monas untuk zikir akbar, yang penting bisa sholat dan menjalankan puasa dengan tenang.

Pokoknya yang penting hal-hal di atas bisa jalan, walau ribuan orang tetap menjadi korban kemaksiatan. Alasannya yang penting pemimpinnya bukan orang kafir, walau dalam pandangan ku kafir atau muslim yg tidak faham Islam juga sama Haramnya untuk menjadi pemimpin.

Tapi apalah daya, otak masyarakat saat ini seakan telah berkarat. Sampai tak mampu lagi berfikir bahwa ada cara lain yang telah dituntunkan oleh Rasul agar dapat menerapkan Syariat Islam. Yang terjadi justru sebagian masyarakat memaksa umat yang benar-benar tulus memperjuangkan Islam agar ikut bermain di dalam lumpur hitam Demokrasi.

Dan saking berkaratnya otak, hati pun menjadi mati akibat tak lagi mau mengambil jalan kebenaran. Fikiran bekunya memaksa ingin cepat, padahal apa yang juga mereka lakukan selama ini tak pernah memperoleh angin segar. Yang ada justru semakin menjauhkan umat dari kebenaran.

Sehingga masyarakat tak lagi berharap pada aturan Islam, dengan alasan bahwa pemimpin-pemimpin yang berasal dari Partai Islam pun sama saja. Partai Islam tapi ternyata korupsi juga. Itulah hal yang familiar terdengar di tengah-tengah masyarakat. Sehingga mereka semakin merendahkan taraf berfikir mereka dengan prinsip "Siapa yg kasih duit, maka itulah yg dipilih" 

Sungguh telah memuncak kerusakan yang terjadi di masyarakat. Akan tetapi para Ustadz kondang ternyata lebih senang membicarakan sesuatu yg tidak ada kaitannya dalam menyelesaikan persoalan umat. Fikiran mereka ternyata lebih senang ngurusin KAFIR dari pada memperhatikan aturan Islam agar diterapkan sehingga dapat menutup pintu bagi kaum KAFIR.

Menurut saya adalah mereka tidak serius dan cenderung bercanda dalam menyikapi calon pemimpin KAFIR. Mereka menolak pemimpin KAFIR, tapi mendiamkan aturan yang memberi keleluasaan kepada orang Kafir untuk memimpin. Sikap seperti ini kan jelas bercanda. Menolak tapi Pura-Pura.

Ah...kadang-kadang aku merasa bahwa bukan karena Pemilik Modal, Mega Wati dan PDI-Pnya yang membolehkan seorang Kafir untuk diusung sebagai Calon Pemimpin di mayoritas Muslim. Tapi karena mereka sendiri yang mengusungnya tersebab diamnya mereka atas Sistem Demokrasi yg memberi keleluasaan agar si Ahok memimpin Jakarta. 

By: Salam el Fath

Tidak ada komentar:

Posting Komentar