Setelah dirasa
tak layak pakai lagi oleh Megawati dan Jokowi, Anis pun diberhentikan. Hilanglah jabatan Anis Baswedan. Sekarang Anis
Baswedan diangkat oleh Prabowo yang nota benenya adalah lawan politiknya saat
melawan Jokowi. Dulu jadi musuh
bebuyutan, sekarang jadi kawan. Kemunafikan terus berjalan mendominasi zaman.
Sekarang
tersebar foto Pak Anis, Sandiaga, dkk sedang sholat berjamaah di kediaman
Prabowo. Dan masyarakat
yg melihat seakan sudah merasa bahwa inilah calon pemimpin yang amanah dan mantap.
Di dunia yang serba
rusak ini orang tidak butuh lagi konsep dan cara berfikir Islam agar aturan
Allab diterapkan di negeri ini. Prinsipnya yang
penting sholat berjamaah dan terlihat amanah, maka itulah yg dipilih. Tidak perduli
Miras itu merajalela dan memakan korban, tidak perduli maraknya perzinahan, judi tetap jalan, dan macam-macam.
Yang penting
pemimpinnya Muslim, yang penting kalau malam lebaran bisa takbiran keliling,
yang penting bisa pake Monas untuk zikir akbar, yang penting bisa sholat dan
menjalankan puasa dengan tenang.
Pokoknya yang
penting hal-hal di atas bisa jalan, walau ribuan orang tetap menjadi korban
kemaksiatan. Alasannya yang
penting pemimpinnya bukan orang kafir, walau dalam pandangan ku kafir atau
muslim yg tidak faham Islam juga sama Haramnya untuk menjadi pemimpin.
Tapi apalah
daya, otak masyarakat saat ini seakan telah berkarat. Sampai tak mampu lagi
berfikir bahwa ada cara lain yang telah dituntunkan oleh Rasul agar dapat
menerapkan Syariat Islam. Yang terjadi
justru sebagian masyarakat memaksa umat yang benar-benar tulus memperjuangkan Islam
agar ikut bermain di dalam lumpur hitam Demokrasi.
Dan saking
berkaratnya otak, hati pun menjadi mati akibat tak lagi mau mengambil jalan
kebenaran. Fikiran bekunya
memaksa ingin cepat, padahal apa yang juga mereka lakukan selama ini tak pernah
memperoleh angin segar. Yang ada justru semakin menjauhkan umat dari kebenaran.
Sehingga
masyarakat tak lagi berharap pada aturan Islam, dengan alasan bahwa pemimpin-pemimpin
yang berasal dari Partai Islam pun sama saja. Partai Islam tapi ternyata
korupsi juga. Itulah hal yang familiar terdengar di tengah-tengah masyarakat. Sehingga mereka
semakin merendahkan taraf berfikir mereka dengan prinsip "Siapa yg kasih
duit, maka itulah yg dipilih"
Sungguh telah
memuncak kerusakan yang terjadi di masyarakat. Akan tetapi para Ustadz kondang
ternyata lebih senang membicarakan sesuatu yg tidak ada kaitannya dalam
menyelesaikan persoalan umat. Fikiran mereka
ternyata lebih senang ngurusin KAFIR dari pada memperhatikan aturan Islam agar
diterapkan sehingga dapat menutup pintu bagi kaum KAFIR.
Menurut saya
adalah mereka tidak serius dan cenderung bercanda dalam menyikapi calon
pemimpin KAFIR. Mereka menolak
pemimpin KAFIR, tapi mendiamkan aturan yang memberi keleluasaan kepada orang
Kafir untuk memimpin. Sikap seperti
ini kan jelas bercanda. Menolak tapi Pura-Pura.
Ah...kadang-kadang
aku merasa bahwa bukan karena Pemilik Modal, Mega Wati dan PDI-Pnya yang
membolehkan seorang Kafir untuk diusung sebagai Calon Pemimpin di mayoritas
Muslim. Tapi karena mereka
sendiri yang mengusungnya tersebab diamnya mereka atas Sistem Demokrasi yg
memberi keleluasaan agar si Ahok memimpin Jakarta.
By: Salam el Fath
Tidak ada komentar:
Posting Komentar