Kamis, 08 Desember 2016

MEMBEDAKAN CARA KERJA FILSAFAT ISLAM vs BARAT

Saya mengamati buku-buku dan kajian Filsafat Islam dalam dunia akademisi lebih cenderung pada tokoh-tokoh atau filsufnya. Banyak yang tidak melihat pada aspek Epistimologi yang dikembangkan oleh para filsuf tersebut.

Mereka yang terus menggaungkan istilah Filsafat Islam hanya lebih kepada penjastifikasian kepada para filsufnya, bukan karena esensi kajian filsafat yang mereka kembangkan. Karena Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, Al-Kindi, Al-Farabi, Ar-Razi, dan yang lainnya itu adalah orang-orang Islam, lalu banyak para akademisi dan buku-buku yang ditulis tentang hal itu mengklaim bahwa para folosof Muslim itu adalah peletak dasar-dasar filsafat Islam.

Padahal fakta membuktikan, bahwa apa yang dilakukan oleh Ibnu Rusyd, Ar-Razi, Ibnu Sina, dan sebagainya itu, hanyalah mengikuti paradigma filsafat yang dibangun oleh para filsuf Yunani, seperti Aristoteles, Plato, Sokrates, dan Aneximendes, dkk.

Hal ini terbukti dari karya-karya mereka yang menjadikan filsafat yunani seperti filsafat Aristotelianisme, Platonisme, Neo-Platonisme sebagai sumber pemikiran. Mereka tidak menjadikan nash-nash teks sebagai sumber dalam pengembangan filsafat yang mereka geluti. Hasil dari penggunaan sumber yang berasal dari filsafat Platonisme, Aristotelianisme, dan lain-lain tersebut, menjadikan seorang Al-Farabi berani menyepelekan kedudukan syari'at dan Nabi, kemudian mengunggulkan filsafat dan para filosofnya.

Maka di sinilah relevansi perlunya dekonstruksi atau pembaharuan dalam berfilsafat, yakni menjadikan esensi rasionalitas sebagai alat untuk mengukur sebuah epistimologi suatu kajian filsafat.

Dan perlu juga bagi para pemikir pemula agar bisa membedakan kaidah berfilsafat Islam, sumber filsafat Islam, dan Standar yang digunakan dalam filsafat Islam, sehingga kita tidak menganggap bahwa filsafat Islam itu adalah pembahasan filsafat yang mengkaji filsafat para folosof Muslim. Filsafat Islam beda dengan pemikiran filsafat orang Islam. Jangan dicampuraduk, tapi sayangnya, buku-buku yang dikaji saat ini, lebih menonjolkan filosof Islamnya dengan kaidah-kaidah berpikir filsafat yunani dan barat, sumber-sumbernya dari filsafat barat, dan standarnya dari filsafat barat, daripada kaidah berpikir, sumber, dan standar filsafat Islam itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar