Kamis, 08 Desember 2016

Perbedaan Sederhana Filsuf Muslim dan Filsuf Barat

Dalam dunia pemikiran, yang harus menjadi objek kajian adalah segala sesuatu yang ada (ontologis). Dan kesannya juga harus bisa dijangkau oleh akal.

Hukum-hukum dan pemikiran-pemikiran itu tidak tampak, tapi kesannya bisa dijangkau oleh akal. Maka di sinilah relevansi suatu objek kajian pemikiran, dalam hal ini yang disebut sebagai ontologis.

Bedanya ontologis dalam perpektif filosof barat seperti Rene Descartes, John Lock, Aguste Comte dll. dengan Filsuf Islam seperti an-Nabhani adalah terletak pada pemikiran yang bisa dijangkau oleh akal. Sedangkan Filsuf Barat, mereka meletakkan ontologis hanya dalam skala fisik atau materi, sehingga dari sini menghasilkan epistimologi yang berbeda.

Filsuf Muslim seperti Taqiyuddin an-Nabhani, melakukan pengkajian pada akal aktul, sedangkan Filsuf Barat dan Yunani sama sekali tidak melakukan hal itu. Kecuali sebagian dari para pemikir komunis, tapi itupun para pemikir komunis tersebut tidak sampai pada definisi akal aktual yang sebenarnya. Dan tanpa di sadari, hal itulah yang menjadikan mereka tetap dalam keyakinan Atheismenya.

Dan yang bisa meng-Islamkan para pemikir komunis hanyalah seorang Muslim yang Pemikir dengan menggunakan kerangka berfikir Islami, yang salah satunya adalah kerangka berfikir yang dicetuskan oleh seorang Filosof Muslim bernama Taqiyuddun an-Nabhani. Hal ini bukan isapan jempol belaka, tetapi an-Nabhani sudah membuktikannya, yakni masuk Islamnya salah seorang pemikir besar dari kalangan komunis hanya dalam 1x pembicaraan.

Ada pun kisahnya.....
To Be Continue..☺☺☺

Tulisan ini ku persembahkan untuk para Mahasiswa Pemikir. ☺☺

Tidak ada komentar:

Posting Komentar