Senin, 02 Januari 2017

Aktivis HTI vs Dosen Brawijaya Sesion # I

Diskusi ini diawali oleh seorang dosen Brawijaya yang juga menjadi salah satu anggota tim ahli DPD RI Pusat yang memposting gambar beliau bersama beberapa orang anggota DPD RI di salah satu grup Whats Up yang dimiliki oleh komunitas mahasiswa pascasarjana UIN MALIKI MALANG angkatan 2016. Di dalamnya terdiri dari 19 anggota grup. tiga orang yang bertitel doktor yang salah satunya adalah beliau (Dosen UB) yang sedang mengambil program studi Studi Islam di UIN MALIKI MALANG dan sekaligus keliah S2-nya yang ke-5. Dan kebetulan salah satu teman sekelasnya tersebut adalah seorang aktivis Hizbut Tahrir Indonesia.

Di dalam diskusi kali ini, ada tiga orang anggota grup yang memilih untuk saling menanggapi. Dan tiga orang anggota tersebut adalah Dr. Muh. Achsin (Dosen UB), Ajib, dan seorang lagi yang aktivis HTI yang bernama Salam. A adalah dosen UB, B ialah Mas Ajib, dan HTI adalah Mas Salam. Selamat menyaksikan.

A:
Jkt...(Jakarta)
Mbahas RUU PENILAI utk indonesia yg lebih baik... he he he...
Dengan DPD RI... yg ketuanya baru ditangkap KPK itu...

B:
Itu mas salam punya konsep khilafah..  Mungkin bsa di sarankan untuk perbaikan Indonesia shivu.. 😬  (Shivu adalah panggilan Mas Ajib kepada Dr. Muh. Achsin.)

A:
Siaaapp.... jargonnya salam khan "khilafah is the best solution"..

HTI:
Saya sepakat itu.
Kalau ada konsep yg lebih baik dan argumentatif, maka saya ikut konsep baru itu. Tapi sayangnya belum ada konsep yg dapat menandingi konsep yg digali oleh seorang Mujtahid seperti Imam Taqiyuddin An Nabhani di era Modern ini. ☺
Bahkan saking kuatnya argumentasi dari pemikiran2 yg dibawa oleh Imam tersebut, belum ada 1 pun ilmuan barat yg dapat menumbangkan argumentasi yg diemban oleh Aktivis Hizbut Tahrir di Barat dan di Eropa. apalagi hanya aktivis Liberal yg ada di Indonesia. Kayaknya terlalu jauh levelnya.
Kata Rasulullah:"Al Islamu Ya'lu wa Laa Yu'la 'alaih". Dan itu yang dibuktikan oleh Hizbut Tahrir secara global.
Dan ketika argumentasi Hizbut Tahrir tak lagi dapat dibendung, maka muncullah kebijakan2 yg berupaya melarang aktivitasnya. Di Parlemen inggris sampai beberapa kali jadi perbincangan untuk dilarang, di Amerika selalu jadi bahan perbincangan, bahkan beberapa kali Jubir HTI sering dipanggil oleh Kedubes Amerika di Jakarta, di Australia beberapa kali ingin dibubarkan, dan diberbagai macam Negara ingin melarangnya karena sudah tak mampu membendung Islam yg dibawanya. Sedangkan di Indonesia hingga kini terus menjadi sorotan, bahkan ada beberapa RUU yg dibuat sengaja untuk menarget HTI. Baik melalui RUU Kamnas, UU Terorisme, UU Ormas dan macam2.
Why...? Karena secara pemikiran semuanya telah tumbang. Oleh apa...?
Oleh ISLAM YA'LU WA LAA YU'LA 'ALAIH.
Bagaimana kawan2...? 😁😁😁
Sepakat bukan.

B:
Emm sepakat nggak ya.. ?

HTI:
Aku mah menyampaikan aja. Ga ada unsur paksaan di dalamnya. Takut saya klu memaksa orang, lagian belum tentu masuk Surga.
Tapi yg menolak harus punya argumentasi yg lebih kuat untuk diikuti. 😬😬

HTI:
Allah SWT telah meninggikan manusia dengan ISLAM. Maka merugilah bagi hamba yang tidak mengambilnya sebagai pandangan hidup.
Saya tidak anti pada pemikiran Barat. Cuman ingin membuktikan kelayakannya sebelum dijadikan pijakan pemikiran.
Sebuah pemikiran harus diuji sebelum diambil. Dan jika ia dianggap kebenaran karena ia dihasilkan oleh sebuah teori. Maka Teori tersebut yang harus diuji kelayakannya. Hatta teori tersebut telah meng-global dalam penggunaannya.
Sepakat...?
Kita ini Pemikir sodara2. Bukan pembebek.
Kita ini generasi pelurus sodara2. Bukan Generasi Penerus. 😬😬😬

B:
Hidup salamm...
Yasssalam..

A:
Semua org akan masuk surga ... dan ini kata Allah lho...  inna lillah wa inna ilaihi rajiuun... dari Allah... dan kembali nya ke Allah juga...( itu janji Allah  innalaaha la  yukhliful mii 'aad)... bener atau salah?

HTI:
Ayat itu tidak bisa dipahami bahwa ia menjadi justifikasi atas semua orang akan masuk Surga. Semua manusia memang akan kembali kepada Allah, tapi bukan berarti semuanya akan masuk Surga. Ada banyak ayat yang justru memberi penegasan bahwa tidak semua manusia akan masuk Surga. Dan justru memberi indikasi bahwa lebih banyak orang yang masuk Neraka daripada masuk Surga. Hal itu pun telah dijanjikan oleh Allah. Dan Allah SWT tidak akan pernah menyalahi janji-Nya.

A:
Iyaa pasti Allah it la yuchliful mi'ad..
Tapi salam ad kmgkinan salah kan..
Eh..  Atau brgkali Mmg selalu bnar sprt Allah it.. 😬
Iyya juga ya mas ajib... apa iyya ya bhw tafsir ala salam selalu benar... dan yg lain tidak benar... wallahu a'lam bisshowaab ....

B:
Iya pak..  Salam dn kawan2x kan ahli surga jdi sdh mnjd wakil Tuhan di bumi ini...
Kita Hnyalah domba2 Yg harus di luruskan lagi agar tidk Thoghut dn kufur..

HTI:
Benar atau salah akan dapat disimpulkan jika ada argumentasi yg lebih kuat.
Kita ini kan pemikir, maka mestinya berargumen dengan berbasis rasionalitas dan sumber2 yg telah teruji. Masa iya sich pemikir tapi mikirnya ga Logis. 😬😬😬
Surga itu bagi seseorang itu bukan klaim. Dan haram untuk diklaim bahwa dia masuk Surga. Kaya Tuhan aja lhu Jib. 😁😁
Dan stetmen yang seperti mas Ajib ini seharusnya tidak muncul pada kalangan akademisi. Ini justru memberi indikasi bahwa seakan kita sudah tak mampu lagi berargumen secara logis. 😬😬

B:
Loh loh..  Slain akedemisi sya juga org jawa..  Sya jga org pesantren sy org kediri.
... Tolak ukur keyakinan kpd Tuhan hnya soal Logis..  Ko sederhana skli mas salam..
Biar tau..
Coba ust salam jd org indonesia yg bener..  Jdi org jawa..  Jdi org sunda..  Disana ada Fenomena keagaaman yg luar biasa...
Tuhan it berkomunikasi kpd manusia tdk hnya lwat otak saja sy rasa..
Hati.. Tgan.. Kaki..
Marai duk wong jowo..  Dadi ra njawani.. 😂

HTI:
Soal logis itu bukan sederhana Mas, tapi sangat mendasar. Adapun terkait antum suku apa dan lahir dimana, santai saja. Islam tidak kaku untuk mengatur semua suku dan bangsa. Dan terkait bahwa tuhan juga berkomunikasi dengan manusia melalui tangan, kaki, mata, dsb. Itu berlakunya di Akhirat. Bukan di dunia ini. Dan mungkin teori itu perlu penjabaran yang lebih kongkrit untuk menjadi sebuah teori kebenaran. ☺☺

A:
Iyya betul juga... yg logis itu menggunakan school of thought apa... dan yg lain pake apa... boleh jadi dua duanya logis, namun berbeda paradigma.... (siapa tahu... who knows..)

B:
Kesadaran it yg masih enggan di miliki oleh ust kita salam shivu.. 😘
.... Yassalam..

HTI:
Pada dasarnya sebuah argumentasi akan dianggap logis ketika telah memenuhi 4 komponen akal Pak. Dan ke 4 komponen akal tersebut adalah teori yg dapat dijadikan pijakan untuk seluruh umat manusia. Karena hal itu memang manusiawi, bukan malaikati,

B:
Subhanallah..  Hebat.. Dan cerdas... 👏👏😘

A:
Teori itu khan gagasan orang... berapapun syaratnya... tetap kebenaran relatif... tidak absolut... krn itu terjadi berbagai ragam teori yg berbeda beda... berbeda jalan... berbeda pandangan... apalagi utk masuk surga... ada kalimat: "subulus salaam"... apa begitu tho?

HTI:
Ada 2 pendekatan yang bisa dipakai untuk memperoleh kebenaran. Yaitu Pendekatan Rasional dan Pendekatan Ilmiah.
Pendekatan Ilmiah hanya bisa digunakan dalam hal2 yang sifatnya empirik praktis. Seperti kedokteran, fisika, kimia, technology dan lainnya. Sedangkan pendekatan Rasional adalah pendekatan untuk mengungkap kebenaran dari Sosial Sains. Baik itu berupa keyakinan maupun sistem sosial.
Dan kebenaran yang dihasilkannya bersifat pasti, bukan relatif.

B:
Andai mas salam ini org jawa.. (tur njawani) Pst enak di ajak ngopi..  Mski hrus beda visi.. ☺

HTI:
Pemikir sepertiku bukan hanya orang sulawesi, tapi orang sunda, jawa, sumatra, papua, bahkan orang barat pun banyak, Mas Ajib. Dan aku suka ngopi dengan orang yg walau pun berbeda visi. ☺

A:
Iyya.. betul juga mas ajib... warna kacamata tuan salam itu ... kayaknya hanya satu... karena itu boleh jadi warna yg lain tidak ada... dan kalau ada warna lain, itu warna yg salah... tidak logis, salah dan masuk neraka.... apa tidak begitu tho?

HTI:
Bukan demikian Pak, tapi warna itu boleh diuji di hadapan publik benar atau kelirunya. ☺☺

B:
Saya jg punya temen org sejenis anda ini...ust. Salam..
Klo sdh ngopi y ngopi.. Tau kondisi.. Wkwkwk..

HTI:
Saya emang gtu orangnya Mas Ajib. :)

B:
Nah it kuncinya.. Mas salam..
.. Emosional hrus jg di bngun tdk hnya Rasional utk bs sholih fikulli zaman wa makan..
La anda ini selalu bilang klo saya klo saya e..  Bukan bgaiman KITA... ☺

HTI:
😆😆😆
Dalam hal apa dulu ni..

B:
...Yah kita tunggu sja shivu khilafahnya mas salam..  Sya pngen Tau sosok Kholifah yg mampu Mnghadirkan kedamain dunia..
.... 👏👏👏👏😊

HTI:
Sabar saja, perjuangan masih panjang. ☺☺

A:
Mungkin istilah "ngopi" bagi tuan salam adalah minum kopi yg ada airnya dan pake gula... boleh jadi bagi mas ajib "ngopi" itu diskusi terbuka yg bisa menerima perbedaan.... he he he... itulah beda makna teks, konteks dan kontekstualitas.... revivalis, puritanis, dan modernis... tinggal pilih... kacang kacang... 3 ribu atau 2 ribu... pilih yg mana?

HTI:
Terkait istilah, kita akan faham setelah penuturnya menjelaskan maksudnya. Kalau belum, maka yg ada hanyalah spekulasi Pak. 😬😬

A:
Semua yg ada di dunia ini bersifat spekulatif... baik setelah atau sebelum dijelaskan oleh penuturnya... antara maksud si penutur dengan si penerima tutur boleh jadi berbeda makna... krn bahasa sebagai alat, tak akan pernah sanggup menjelaskan yg persis sama dgn si penutur... misal bedakan rasa enaknya rawon sama pecel... tak mungkin bahasa sanggup mendeskripsikan... rasa ketuhanan antara mas salam dgn mas ajib dan saya... boleh jadi dan mungkin saja berbeda... Tuhan Allah yg memiliki asmaul husna ... di pikiran kita boleh jadi berbeda... krn itu ada jabariyyah, qodariyyah dan ahlu sunnah... dan lainnya...
Kebenaran khan bukan milik HTI semata... yg lain khan bisa mengklaim benar...

Kira kira apa tidak begicuuuuu.... yas salaam...
Misal di tulisan pak roibin... ziarah kubur... itu ada tiga judgement dan pemahaman yg muncul... syirik, wasilah, dan boleh... satu dgn yg lain punya argumen berbeda... tinggal si pembaca dan pemakna nya siapa? Puritanis, revivalis atau pluralis...?
Aku duga tuan salam pada kelompok revivalis...
Tuan ajib ada di pluralis yg njawani?

B:
La gmna mau mmhami pak..  Ust.  Salam ini hanya mengenal.. Dan HANYA memahi Islamis doktrinis ala HTI nis saja.. 😄

HTI:
☺☺😉
Semua yang ada di dunia ini akan bersifat spekulatif jika tidak ada penjelasan langsung oleh penuturnya. Adapun jika sang penutur tidak diketahui secara langsung, maka paling tidak, ada orang yang secara otoritatif ditunjuk langsung olehnya untuk memberi penjelasan setiap apa yang ia tuturkan. Contoh, Bapak menyuruh saya untuk meng-estimasi sebuah aset, tapi belum memberi penjelasan tata cara dan penunjuk jalannya. Maka jika aku lakukan tanpa info mengenai tata cara tersebut, maka pasti keliru dalam pengaplikasiannya. Tapi jika ada orang lain yg Bapak tunjuk untuk mengajarkan kepada saya tentang tata caranya, maka pasti saya akan dapat melakukan sesuatu sebagaimana yg Bapak inginkan dan maksudkan. Mungkin masih ada kesalahan, tapi setelah diperbaiki dan dijelaskan oleh orang yg Bapak tunjuk secara langsung, pasti saya bisa benar 100% tanpa Bapak harus kecewa. ☺
Dan tidak akan ada istilah spekulasi. Karena jika saya berspekulasi atas petunjuk dari Bapak, maka aku pasti dipecat. 😬😬

Nach, terkait soal rasa Rawon. Maka itu ga ada urusannya dengan Rasionalitas Pak, tapi karena demikianlah manusia tercipta. Bahwa lidah orang jawa tak sama dengan orang sulawesi. Maka pantas jika rasanya berbeda.
Dan terkait Jabariyah, Qodariyyah, atau pun yang lainnya. Tinggal dilihat aja kesesuainnya dengan Petunjuk yang ada. Kalau masih ada kemungkinan untuk tumpang tindih antara nash 1 dgn yg lain, maka berarti masih ada kemungkinan untuk dikoreksi. Namun karena Pendapat mereka berdasarkan Nash2 Syar'i dan telah dilakukan dengan upaya yang serius, maka ia tetap dianggap benar. Beda halnya jika telah meyakini bahwa Muhammad bukan Rasul terakhir, maka berarti konsep aqidah tersebut telah gugur secara argumentasi.

A:
Misal di tulisan pak roibin... ziarah kubur... itu ada tiga judgement dan pemahaman yg muncul... syirik, wasilah, dan boleh... satu dgn yg lain punya argumen berbeda... tinggal si pembaca dan pemakna nya siapa? Puritanis, revivalis atau pluralis...?
Aku duga tuan salam pada kelompok revivalis...
Tuan ajib ada di pluralis yg njawani?

HTI:
Yang aku perhatikan Pak Roibin dalam membangun argumentasinya bukan berdasarkan sumber otoritatif. Tapi lebih kepada melihat dari sisi perilakunya. Maka jelas hasilnya akan berbeda dengan orang yang memahami sumber dengan orang yg tidak.
Masa sich harus disamakan perilaku antara orang yg faham agama dengan orang yang tidak faham..?! Kan ga masuk akal toh Pak.

A:
Hayyyoooo.... masak pak roibin dianggap tidak paham.... kuwalat, pamali itu namanya... ha ha ha...
Inget ta'lim muta'allim...??

HTI:
Saya bukan menganggap Pak Roibin tidak paham. Tapi yg ku katakan itu adalah mengenai cara beliau dalam mengambil kesimpulan. Coba baca lagi dech komentar saya. ☺☺

A:
Iya iya

HTI:
Santai aja Pak, kalau mau lanjut bisa di Kantor. 😬😬😬
Kita ini harus kuat dalam Epistimology. Dan bukan asal Epistimology, tapi Epistimology yang teruji. ☺☺☺

B:
Ini..  Ga profesional ini...  Wktunya Ngopi ngopi..  Ngantor ngantor..
Masih kalo saya klo saya.. ? ..
....😂

HTI:
Bukan gtu, ini teh cuman tawaran. Kan diskusi bisa dimana saja. Tapi kalau memang ingin fokus pada pekerjaan karena kondisi yang memang tidak memungkinkan, lah mengapa harus dipaksakan. Jelas ga profesional namanya. 😅😅😅

B:
لعلك تفعل ما أخرجت من فمك من القول... 😜

HTI:
Memang mesti demikian. Al Islam Ya'lu wa laa Yu'la 'alaih. ☺☺

A:
Artinya... yaaaah... tuan salam memang begituuuu... dan yang lain jangan...

HTI:
Apanya yg lain jangan...? ☺

A:
Naaa ini contoh konkrit bin faktual antara maksud si penutur dan si penerima tutur gagal paham... hayyoo bener apa tidak?
Antara ajib dan salam berbeda tafsir...

HTI:
Bener sekali Pak. Dan itu membuktikan bahwa apa yg ku katakan benar. Karena Ajib tidak menjelaskan apa maksudnya, maka spekulasi yg dihasilkan oleh penafsir lainnya. 😬
Betul kan Pak,,?😜

A:
Satunya ketawa... satunya bingung minta penjelasan...

HTI:
Itu bukan tertawa Pak, tapi senyum. Dan memang aku orangnya murah senyum. ☺

A:
Boleh jadi senyum manis yg tuan salam tebar... mungkin saja dan bisa jadi ditafsir sebagai senyum sarkastik... senyum sinis... senyum melecehkan... senyum  penghinaan... dan menganggap yg lain stupid bin bahlul... hi hi hi...

HTI:
Itulah pentingnya penjelasan dari seorang yang senyum Bapak. ☺
Emoticon yg ku sebarkan hanyalah ingin memberi penyampaian bahwa Aku tidak marah dan tidak sedang melecehkan. Tapi apa mau dikata, yg namanya dunia maya. Semuanya abu2, tapi itulah bedanya dunia nyata dan dunia maya. Tapi menurut ku, sebagian akan diketahui dari cara bicara dalam menyampaikan argumentasi.

A:
Padahal... dlm hal ujaran maupun teks, sering kali org salah tafsir... krn itu ada yg mengatakan bahwa "the author is death"...

HTI:
Author boleh mati. Yang penting telah jelas apa yang ditulis. Atau ada orang yang telah ditunjuk sebagai pemegang otorits dalam memberi penjelasan. Kalau tidak jelas dan tidak ada yg menjelaskan, lah ngapain dipakai. Maka dari itu ada perkataan "Bertanyalah kepada orang yang lebih mengetahui". Bukan begitu Bapak...?

A:
Sejelas apapun otiritas si penafsir, ada juga org yg tak meyakini itu... lihat antara ahlus sunnah dengan ahlul bait, sumber penyampainya satu... namun dlm hadist mereka berdua... berbeda...?
So... fakaifa haadza?

HTI:
Adapun terkait ahlus sunnah dan ahlul bait. Setahu saya tidak ada perbedaan. Karena keduanya mengambil dari Rasulullah. Ahlul bait itu keluarga Rasul. Beda halnya Syiah yang mengaku sebagai ahlul bait Rasul. Tapi terkait masalah kebenaran dari kedua hal itu, kita dapat membuktikannya secara Rasional. Apakah sumber dari kaum Syiah itu benar atau keliru..?! Begitu juga sumber dari ahlus sunnah, apakah ia benar atau keliru. Hal itu bisa diuji kebenarannya melalui pendekatan Rasional dan dan Pendekatan Sumber.

A:
Naaaa... ini juga beda tafsir... hadist yg diambil oleh syiah semuanya harus dari ahlul bait... mereka tak percaya pada abu hurairah... abu bakar... umar bin khattab... ustman bin affan.. aisyah... hafsah... dan biasanya, sebutan lain dari syiah itu adalah ahlul bait... piye tho iki?

HTI:
Kalau ini mungkin bisa ditanyaka ke Ulama yg lebih faham mengenai hal ini. Tapi aku hanya ingin menyampaikan pandangan saya tentang hal ini.

Menurut saya, ini bukan persoalan beda tafsir, tapi lebih terkait dengan sumber yang diambil. Dan sikap yg dilakukan oleh kaum Syiah justru kontra sama sekali dengan apa yg dilakukan oleh Ahlul Bait yang Asli.
Bagaimana tidak, Kaum Syiah telah meyakini bahwa Ali Bin Abu Thalib adalah pemilik hak paten Khalifah sepeninggal Rasul, sedangkan Perbuatan Ali dgn apa yg mereka klaim justru bertentangan sama sekali. Dan lebih tidak Rasionalnya lagi adalah ketika sebagian dari mereka mengaggap Ali sebagai Tuhan dan sebagian yg lain menganggapnya sebagai Nabi. Dan kesalahan terbesar mereka adalah ketika mereka membenci secara membabi buta orang2 yg justru dicintai oleh Nabi. Ini jauh dari apa yg disebut sebagai kebenaran.
Sebagai contoh, di kantor Bapak ada banyak anggota yg kompeten dan bapak percayai. Dan mungkin ada sebagian dari anggota yg sering menemani bapak untuk terjun lokasi. Sedangkan anggota lain yg anak2 bapak tidak terjun lokasi. Lalu dari anggota itu menyampaikan informasi kepada kami mengenai hal2 yg ada di lokasi. Apakah dengan alasan karena ada anak Bapak yg juga sebagai anggota lalu ku batasi agar mengambil informasi hanya pada mereka saja sedangkan mereka tidak selalu bersama Bapak dalam aktivitas kantor..?! Kan ngga' mungkin. Dan pasti Bapak akan sangat marah kepada ku karena mengambil informasi kepada orang yg tdk turun lapangan.

Nach, hal ini juga berlaku pada kaum Syiah. Mereka tdk akan memperoleh kebenaran secara totalitas jika menolak hadist dari sahabat yg lain.

A:
Bagaimana juga... tentang... almanzilatu bainal manzilatain?...

HTI:
Mungkin bisa disampaikan sumbernya dan maksud dari munculnya kedua istilah ini. Saya tidak ingin berspekulasi.

A:
Kalau itu... wadduuhh.. kok enggak tahu asal usul  mu'tazilah... piye iki tho?
Mas ajiiiiiibbb... piye iki?

B:
No coment pak..
Kitab bacaanya aj terjemah indonesia..
.. Pdhal penerjemah it pun jga multi tafsir dlm mnerjemah..
Ya jadinya..  Tiitt tett tutt... 😂

Mas salam tolong redaksi kitab taqiyyudin an nabhani yg berbhasa arab di suguhkan..  Dan di jelaskan kata perkata..
.. Karna bhasa arab bnyk ilmunya.. Jdi hrus ad keterangan nahwu shorof bayan ma'aninya.. Dsbg..  😂😁

HTI:
Terkait asal usul mu'tazilah. Itu memang pernah saya baca, cuman agak lupa. Tapi yg menjadi pokok utama dari pembicaraan kita kan bukan asal-usulnya, tapi idenya benar atau salah jika diuji. Saya pribadi tdk perduli siapa dan dari mana orangnya. Yang terpenting adalah ide yg dibawanya layak diadopsi atau tidak. Itu saja.

Santai aja mas ajib, saya mengkaji kitab beliau dari seorang Mursyid yang pemahamannya sampai ke jalur An Nabhani. Maka antum boleh bedah pemikiran saya dengan anggota HTI yang lain. Semuanya 1 pemikiran. Dan santai saja, TAQIYUDDIN AN NABHANI telah menamatkan karya2 yang ditulis oleh para filsuf yunani, dan para filsuf Eropa- Barat. Jadi, saya tidak heran jika beliau dapat dengan mudah memetakkan kekeliruan yg dimiliki oleh mereka dan dibantah dengan teori yang dikemukakannya. Hal itu bisa dibuktikan dengan tidak mampunya para pemikir Barat dalam mempertahankan gagasan yang mereka kemukakan saat para Aktifis HIZBUT TAHRIR dalam mengurai kelemahan pemikiran mereka dengan menggunakan teori yang IMAM TAQIYUDDIN cetuskan.

A:
Naaaa... kebenaran ala nabhaniyyah boleh jadi berbeda dgn muhammadiyah atau nahdhiyyah atau yg lain... lalu yg lain pasti salah tafsir dan yg nabhaniyhah yg paling benar...

HTI:
Bukan begitu Pak..☺
Muhammadiyyah sendiri telah mengakui bahwa Pemikiran IMAM TAQIYUDDIN benar. Dan itu dibuktikan dengan pernyataan Din Syamsudin dalam memberi pangantar pada Buku yang ditulis oleh Ismail Yusanto Jubir HTI yang berjudul KHILAFAH JALAN MENUJU KAFFAH. Dan juga dibuktikan oleh banyaknya aktivis Muhammadiyah yg mengambil Pemikiran TAQIYUDDIN AN NABHANI dan ikut bergabung dengan HTI. Organisasi masih Muhammadiyah, tapi Partai boleh ikut siapa saja. Dan tidak sedikit yg memilih bergabung bersama HTI.

Dikalangan NU pun demikian. Sudah begitu banyak Ulama NU yg tetap dengan Ke-NU-annya, tapi ikut bergabung bersama HTI dalam gerakan menegakkan KHILAFAH. Bahkan ada beberapa Ulama yang menjadi pengurus NU ikut bergabung bersama HTI. Dan menyayangkan sekali mengapa bukan NU yg berada di garda terdepan yang memperjuangkan KHILAFAH ISLAM.

A:
Kalo konsep kenegaraan, ekonomi, sosial khan sudah derivatif... itu khan buah fikir orang... jadi tak perlu nahwu, shorof dan lainnya...

HTI:
Untuk membuktikan suatu konsep itu benar dan layak dipakai atau tidak, memang tidak butuh nahwu, shorof. Tapi butuh pendekatan rasionalitas. Maka pantaslah indonesia terus dijajah asing, karena aturan yg ada diterima begitu saja tanpa uji kelayakan yang Rasional.
Tapi anehnya, walau dikatakan sudah derivatif, tapi masih amandemen sana sini. Mengapa, karena memang tidak lulus uji materi untuk disebut sebagai kebenaran. Tapi karena faktor kepentingan yg dipaksakan. Dan hingga kini anak bangsa terus terlantar akibat menjadi objek percobaan dari penguasa yg silih berganti diri dan kepentingan. Maka datanglah HIZBUT TAHRIR memberi tawaran dengan konsep yang boleh diuji kelayakannya, dan hingga saat ini memang belum ada yg membantah kekuatan konsep yg diusungnya.

A:
Siaaappp... dan yg paling layak... khusnudzonku bagi almukarram salam adalah... nabhaniyyah... alaesa kadzaalik?
Paling layak diadopsi...

HTI:
Saya tidak ingin mengklaim. Tapi siapa saja boleh menguji konsep dari An Nabhani, layak atau tidaknya. Kan begitu kerjanya para Akademisi.
Kalau teorinya Fazlur Rahman, Arkoun, Cak Nur, dan yg lainnya boleh diterima. Mengapa konsepnya An Nabhani ditolak jika memang bisa memberi pencerahan dan dapat menyelesaikan persoalan umat.
Padahal tidak ada 1 konsep pun dari Fazlur Rahman dkk yg bisa digunakan dalam tatanan kehidupan. Bagaimana bisa digunakan jika kebenaran konsepnya saja sudah tidak lulus uji Rasionalitas.

A:
Kalau itu kebenaran tak tertandingi... my question is... kok tak banyak yg mengikuti konsep itu... padahal manusia adalah "hanif"...

HTI:
Untuk membuktikan bahwa sebuah konsep itu benar atau salah bukan karena banyaknya pengikut Pak. Tapi kelulusannya dalam mempertahankan kebenaran konsepnya. Sedangkan orang mau mengikut atau tidak, maka itu beda motifnya. Begitu pula dengan ISLAM yg diemban oleh Rasulullah ketika awal datangnya. Ia kuat secara argumentasi dan menumbangkan ide yg diemban kaum quraish. Tapi karena perasaan bahwa mereka miliki strata sosial yg tinggi di tengah2 masyarakat, miliki jabatan yg tinggi, harta yg banyak, dan takutnya kehilangan tahta yg sudah dimiliki. Dan jika mereka menerima Islam maka menandakan kesiapan mereka untuk tunduk kepada ajaran Muhammad, sementara Rasul hanyalah seorang yatim yg miskin, maka mereka menolak ajarannya walau kebenaran yg diembannya mereka sendiri telah mengetahuinya.
Jadi bukan persoalannya banyak pengikut atau tidak.

Tapi tidak usah kuatir Pak, HIZBUT TAHRIR yang sudah menjangkau seluruh benua telah menandakan bahwa konsep yg dimilikinya memang benar. Bukan hanya di dunia secara global. Untuk skala indonesia yg nota benenya HTI baru ada sekitar 30 tahun di negeri ini. sudah mampu menjangkau seluruh jazirah negeri. Dan tidak ada 1 pun yang dapat membantah konsep yg diembannya. Ini adalah bukti nyata bahwa ide yg diemban adalah sebuah kebenaran.

A:
Naaa... itu kenapa? Kok tidak dielaborasi di dunia akademik... atau marketingnya kurang canggih dalam menjajakannya..? Wallahu  a'lam bisshowab...

HTI:
Terkait proses elaborasinya di dunia Akademik. Kata Dosen saya di IAIN Kendari, ISLAM YANG DIAJARKAN DI KAMPUS-KAMPUS ISLAM DI INDONESIA INI ADALAH ISLAM YANG DIRIDHOI OLEH PEMERINTAH, BUKAN ISLAM YANG DIRIDHOI OLEH ALLAH. OLEH SEBAB ITU SULIT UNTUK DIMASUKKAN DI INSTITUSI YANG DINAUNGI OLEH PEMERINTAH.

Menurut saya ada benarnya juga pernyataan beliau tersebut. karena bagaimana mungkin ide yang menentang sistem sekularisme Negara difasilitasi oleh Negara. Kan ngayal kita Pak. Tapi Alhamdulillah ada beberapa kampus yg mulai memasukkan buku2 yg ditulis oleh IMAM TAQIYUDDIN AN NABHANI di Institusi2 mereka. Seperti IAIN Kendari dan UIN Maliki. Karena pernah ku lihat ada buku yg ditulis oleh Amir HT yg kedua Syekh Abdul Qodim Zallum, tentang Ekonomi Islam.

A:
Utk latihan... yakinkan pada temen kita sekelas, bisakah mereka mengubah pilihan pikirannya? Bila berhasil, baru lakukan dessiminasi ke khalayak umum...

HTI:
Ke khalayak umum sedang dan terus dilakukan. Adapun di hadapan teman2, boleh juga jika semuanya siap mendengarkan. ☺

Diskusi pun terhenti. Aku pun langsung mengucapkan, Maafkan jika ada kata atau kalimat yang salah. Jika ada benarnya dari Allah, jika salah, maka dimaklumi saja. Aku mah siapa atuh...👏🏻👏🏻👏

Tidak ada komentar:

Posting Komentar