Selasa, 20 Desember 2016

TANYA JAWAB: China Telah Berdatangan Ke Indonesia, Mengapa..? Dan Apa Solusinya..?

Assalamualaikum...
Bagaimana kita menghadapi keadaan semacam ini di indonesia, seperti yg kita tau bahwa saat ini TKA rakyat cina mulai berdatangan ke Indonesia & para penguasa Dzolim pun berusaha u/ melindungi mereka,
Apa pergerakan kita yang seharusnya kita lakukan...?
Sebesar apapun kita bersuara TEGAKKAN KHILAFAH... jika tak disertai dngan Gerakan Nyata dari Aksi, bagaimana Para Penguasa akan memberikan Perhatiannya ???

Dari: Sheilla Fitria Puspitasari  

JAWAB:
Wa 'alaikum Salam wa Rochmatullah.

Hal pertama yang harus kita fahami terlebih dahulu adalah, memahami mengapa China dapat berdatangan secara berbondong-bondong ke Indonesia..? Dan mengapa penguasa dzolim selalu berusaha melindungi mereka..?
 
Jika kita telah memahami kedua pertanyaan di atas, maka kita bisa memahami apa yang harus kita lakukan.

Sesungguhnya, penduduk China tidak akan datang secara berbondong-bondong ke Indonesia jika tidak yang menyebabkannya. Yang menjadi penyebab utama adalah adanya perjanjian penguasa negeri ini dengan pemerintah China untuk memberi legitimasi kedatangan jutaan penduduk China tersebut ke Indonesia. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari status penguasa yang pro pada China. Mengapa..? bukan rahasia lagi bahwa Pemerintah saat ini adalah hasil dari kerjasama China dengan PDI-P dan kroni-kroninya dalam berupaya memenangkan Jokowi sebagai presiden. Menurut Kwik Kian Gie, mantas politisi PDI-P yang juga pernah menjadi mentri koordinator ekonomi di era Megawati, ia mengatakan bahwa, Jokowi didukung oleh 9 naga taipan sehingga ia bisa melenggang nyaman ke kursi RI 1. Mengapa para cukong 9 naga taipan tersebut dapat dengan mudah memberi bantuan kepada Jokowi..? jawabnya, karena untuk menjadi Presiden harus memiliki uang minimal 10 Triliyun, itu menurut Muhaimin Iskandar, seorang mantan Mentri Transmigrasi. Mengapa harus punya uang sebesar itu..? Karena Demokrasi mengharuskan seseorang yang mencalonkan diri sebagai pemimppin harus memiliki modal yang sebesar-besarnya. Untuk apa modal tersebut...? yakni untuk biaya kampanye agar orang mengenal dan memilih dia sebagai calon terbaik. Menurut Dr. Dwi Condro Triono, seorang pakar ekonomi Islam yang juga menjabat sebagai DPP Hizbut Tahrir Indonesia, untuk kampanye melalui media masa berupa stasiun televisi, perdetiknya dihitung 6 juta. Bayangkan jika kampanye memiliki durasi waktu 1 menit. maka tinggal dikalikan 6juta, maka sudah bisa mencapai 360 juta rupiah permenitnya. Tapi apakah 1 menit itu cukup untuk kampanye..? anda bisa menjawabnya sendiri. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Prof. Amin Rais, mantan ketua PAN. Beliau mengatakan bahwa untuk masuk televisi, harus mengeluarkan biaya yang kurang lebih 4 Triliyun hanya untuk mengatakan "Bersama Kita Bisa". Hal ini disampaikan pada seminar yang diadakan oleh HTI 2008 silam, dengan menampilkan Narasumber Munarman SH dan Dr. Dwi Condro Triono. Sedangkan Prof. Amin Rais bertindak sebagai Keynote Speach.

Agar tidak terlalu panjang pembahasannya, maka kami singkat saja. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa sistem Demokrasi adalah alat para Kapitalis untuk menguasai sebuah bangsa. Karena hanya dengan kekuatan modallah seseorang bisa berkuasa dalam sistem Demokrasi. Maka wajar, jika Imam Taqiyuddin an-Nabhani, pendiri Hizbut Tahrir, mengatakan bahwa, sistem Demokrasi itu hakikatnya adalah Kapitalisme. Karena yang paling berpengaruh di dalamnya adalah Kapitalisme. Maka sangat na'if jika dikatakan bahwa sistem Demokrasi itu adalah sistem yang mementingkan kepentingan rakyat, karena faktanya adalah sistem ini hanya memberi kesempatan kepada pemilik modal untuk menguasai sebuah negara. dan itu sangat jauh dari kategori untuk kepentingan rakyat. Oleh karena itu, untuk menjawab pertanyaan kedua, mengapa penguasa dzolim selalu berusaha melindungi mereka..?
 
Jawabannya adalah karena penguasa tersebut ialah perpanjangan tangan (antek) para kapitalis (pemilik modal) agar bisa menguasai negara ini.

Kemudian apa yang harus kita lakukan dalam menghadapi permasalahan yang ada saat ini..?
Untuk menyelesaikan masalah di atas, sebenarnya sangat mudah, yakni jika para ahlul quwwah (militer, TNI, POLRI) dan para tokoh yang berpengaruh segera mengambil kekuasaan dari tangan Presiden lalu menyerahkannya dengan suka rela kepada orang yang benar-benar berjuang untuk kebaikan dan kejayaan negeri ini. Dalam hal ini kepada para pejuang yang benar-benar bukan agen Demokrasi-Kapitalisme dan Sosialisme-Komunisme, yakni menyerahkan kekuasaan kepada Hizbut Tahrir untuk menjalankan Syariah dan Khilafah Islamiyah. Karena dalam pandangan negara Khilafah, asing diharamkan secara mutlak mengusai negara dan mengeruk kekayaan yang ada di dalam negara tersebut. Dan itu menjadi kewajiban Khalifah untuk merealisasikannya, sehingga warga negara asing yang mengancam kedaulatan negara Khilafah, akan diusir dari negara tersebut. Kurang lebih simplenya seperti itu.
 

Namun, untuk membuat para Ahlul Quwwah menyerahkan kekuasaannya kepada Hizbut Tahrir itu tidak mudah, tetapi butuh proses yang cukup lama untuk meyakinkan kepada Ahlul Quwwah tersebut agar menyerahkan kekuasaan negara kepada Hizbut Tahrir. Mengapa demikian...?
Karena mereka harus faham terlebih dahulu terhadap sistem Islam dan mengimaninya, yakni sampai muncul kesadaran yang kuat bahwa Syariah dan Khilafah itu bukan semata karena akan menyelesaikan persoalan bangsa, tetapi lebih dari itu. Menerapkan Syariah dan Khilafah adalah wujud keimanan mereka kepada Allah SWT., sehingga dari wujud kesadaran mereka atas keimanan kepada Allah tersebut, mengharuskan mereka bersegera menerapkan Syariah dan Khilafah. Ini yang menjadi point penting untuk bisa menerapkan sistem Islam.
 

Selain itu, perlu juga dipahami bahwa kewajiban Khilafah bukanlah semata-mata kewajiban Hizbut Tahrir dan para Ahlul Quwwah, akan tetapi kewajiban seluruh kaum Muslimin di mana pun mereka berada. Dan oleh karena itu, harus juga dilakukan penyadaran kepada kaum Muslimin tentang kewajiban mereka terhadap Syariah dan Khilafah yang akan diterapkan, sehingga dari kesadaran tersebut menyebabkan mereka menuntut kepada Ahlul Quwwah agar segera menerapkan Syariah dan Khilafah. Kemudian ketika sistem Islam itu diterapkan, mereka telah siap dan mau menjalankannya atas kesadaran mereka terhadap kewajiban tersebut, serta dengan suka rela mereka menaati penerapannya.

Jadi, apa yang harus kita lakukan...?
Yaitu memahamkan Syariah dan Khilafah kepada masyarakat dan menyampaikan kepada mereka agar meninggalkan sistem Demokrasi-Kapitalisme, kemudian bersegera menuntut agar diterapkan Syariah dan Khilafah. Mengapa harus Khilafah..?
Karena tidak ada jalan lain untuk menyelesaikan problematika yang di hadapi oleh bangsa ini.

Dan itulah gerakan nyata yang harus terus dilakukan, tidak ada gerakan lain yang lebih nyata dari itu. Kalau mengikuti PEMILU dan masukkan parlemen...? Saran saya, jangan terus menerus berhayal pada aktivitas tersebut. Karena itu adalah gerakan hayalan yang sudah pasti tidak akan pernah menyelesaikan problematika negeri. Justru akan menjadikan orang yang berusaha memasukinya terpenjara oleh kepentingan koalisi dengan partai sekuler lainnya.
Ini bukan lagi omongan belaka, tetapi telah nyata di mana-mana. Cukuplah Mesir, Al-Jazair, Palestina, dan Turki sebagai contoh riil bahwa perjuangan dalam ranah demokrasi tidak akan pernah membuat Syariah dan Khilafah tegak di muka bumi.
 
Wallahu a'lam bi as-showab....

Diasuh oleh Salam el-Fath.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar