Senin, 31 Oktober 2016

AKSI 4 NOVEMBER: Antara Aparat PRO ISLAM vs PRO Penguasa, dan Analisa Kemungkinan.

Dalam Aksi Demo pada tanggal 4 November nanti. Kemungkinan akan terjadi sebagaimana yang telah terjadi di Mesir. Bisa saja tuntutan untuk menghukum Ahok bertambah menjadi tuntutan untuk Jokowi tumbang dari kursi kepresidenan. Dan hal itu bisa saja terjadi sebagaimana karena telah nyata bahwa Jokowi benar-benar melindungi penghina al Qur'an (Ahok). Karena tuntutannya kemungkinan berubah menjadi tertuju juga terhadap Jokowi, maka di sinilah ketegangan itu akan dimulai. Yakni gesekan antara aparat pendukung Islam dan aparat yang mendukung Presiden atas nama Undang-Undang. Dan kasus penghinaan terhadap al Qur'an juga memberi indikasi bahwa DPR, MPR, dan DPD RI sama sekali tidak berguna. Karena perwakilan yang mereka klaim sebagai wakil Rakyat sama sekali tidak pernah terjadi, dan salah satunya adalah ketika mereka sama sekali tidak berbuat apa-apa terhadap aspirasi Umat Islam dalam menuntut penghina agama mereka. Sekali lagi kami menyebutnya di sini adalah sebagai kematian lembaga yang mengatasnamakan wakil rakyat (DPR, DPD, Dan MPR RI).
Dalam kasus penistaan terhadap al Qur'an ini, mungkin juga akan memunculkan wajah-wajah para aparat penegak hukum yang beridentitas Muslim tapi membela penguasa karena takut akan jabatan dan telah tergadai oleh dana dari para pemilik modal atas nama bantuan sosial. Semuanya akan terbuka antara pejabat yang masih bertuhan kepada Allah dan pejabat yang telah menghamba kepada harta dan tahta. Aparat yang masih memiliki rasa keimanan di hatinya. Maka mereka akan ikut bersama dan menjaga umat dari penindasan. Sedangkan aparat dan pejabat yang sudah bertuhan kepada jabatan dan harta dari pemilik modal akan berusaha mempertahankan dan menjaga penguasa yang telah dimodali oleh para pemilik Kapital. Bahkan bisa jadi mereka akan menggunakan alat persenjataan untuk memukul mundur dan membunuh umat Islam yang meminta keadilan.
Inilah hal-hal yang mungkin terjadi pada 4 November mendatang, yakni ketegangan, gesekan, dan perang para bintang yang dilatar belakangi oleh berbagai macam kepentingan. Di dalam masa aksi akan ada aktivis nasionalis, aktivis Islam, dan LSM-LSM yang bisa jadi dari kaum sekuler. Tuntutan mereka bisa jadi sama, yakni menghukum Ahok. Tapi antara aktivis Islam dan nasionalis sekuler memiliki kepentingan yang berbeda. Jika memungkinkan bahwa tuntutan masa aksi bergeser dari menghukum Ahok semata menuju revolusi yang berakibat tumbangnya Jokowi dari kursi Presiden. Maka akan terlihat perbedaan yang mencolok antara aktivis Islam dan yang aktivis nasionalis sekuleris.
Bisa jadi aktivis Islam mengarahkan aspirasinya dengan tuntutan agar diterapkan Syariat Islam pasca tumbangnya sang Presiden. Akan tetapi ditolak oleh kaum Nasionalis Sekuler karena memilih untuk mempertahankan sistem Demokrasi. Dan jika seperti itu yang terjadi, maka kemungkinan gerakan yang terjadi akan mirip di era Arab Spring di Mesir saat Husni Mubarok ditumbangkan. Masa aksi ketika itu berasal dari berbagai kelompok, ada yang islamis, nasionalis sekuleris, dan bahkan ada yang anti Islam. Dan ketika Muhammad Mursi menjadi Presiden, sementaa beliau berasal dari aktivis Islam yang hendak menerapkan aturan Islam secara perlahan. Akan tetapi beliau lupa, bahwa yang melakukan revormasi bukan hanya dari kelompoknya, tapi juga yang berasal dari kelompok yang anti terhadap penerapan Syariah. Dan itu kemudian menjadi salah satu penyebab beliau akhirnya ditumbangkan dari kursi presiden.
Saat ini kita dihadapkan dengan Jakarta, dimana ia adalah barometer Indonesia. Perubahan apa pun yang terjadi di sana, akan ikut mengubah keadaan yang ada di wilayah-wilayah lain di seluruh Indonesia. Selama ini kerusakan yang terjadi di Jakarta, seperti free seks, narkoba, miras, PSK, prostitusi, korupsi, pemerkosaan, lesbianis, gay, aborsi, pembunuhan, dan lain-lain. Juga telah ikut mempengaruhi kerusakan di seleuruh Indonesia. Dan saat ini kita dihadapkan dengan kasus penistaan Agama yang juga telah mempengaruhi sebagian warga di daerah lain untuk melecehkan dan menghina Tuhan dan Agama. Dan itu telah terbukti dengan berbagai macam kasus penghinaan yang dilakukan oleh sebagaian anak bangsa terhadap agama Islam. Dan jika Ahok benar-benar lolos dari kasus penghinaan ini. Maka penghinaan terhadap Islam akan semakin menjadi-jadi. Dan Umat mayoritas negeri ini akan terus menjadi bulan-bulanan pelecehan dan penghinaan yang dilakukan oleh kaum minoritas. Dan itu akan semakin mempekeruh suasana antar umat beragama.
Umat Islam selama ini telah menghargai penganut agama lain. Tidak ada satu pun tindakan umat Islam yang menghina agama lain. Tetapi memang begitulah dasarnya kaum Kafir, mereka tidak puas terhadap perlakuan baik yang telah diberikan oleh umat Islam kepada mereka. Permusuhan dan kebencian yang mereka tampakkan di permukaan telah membuktikan perkataan Allah dalam surah al Baqarah ayat 120. Bahwa orang Kafir itu tidak akan pernah membiarkan umat Islam berada dalam ketenangan. Permusuhan dan kebencian yang ada dalam hati-hati mereka lebih besar lagi. Dan semakin besar hingga berada pada puncak kebencian terhadap Islam dan kaum Muslimin. Mereka benar-benar tidak pernah rela dengan keadaan kaum Muslimin untuk tentram di negeri ini. Umat Islam yang berada di negara-negara mayoritas Kafir, mereka selalu didemo untuk diusir, dibunuh, bahkan dilarang di negeri-negeri kaum Kafir tersebut. Di sana ada banyak gerakan Anti Islam, padahal Umat Islam tidak pernah membuat gerakan anti Kafir. Tapi itulah yang terjadi pada umat Islam masa kini. Mereka banyak tapi tanpa kekuatan. Karena pelindung mereka tidak ada. Penjaga agama dan kehormatan mereka tidak ada.
KHALIFAH
Khalifah itulah pelindung mereka yang sebenarnya, namun kini telah tiada. Sehingga umat Islam bagaikan anak yang tanpa induk. Tidak ada yang menjaga dan melindungi mereka. Sedangkan petaka yang dilontarkan kepada mereka oleh kaum Kafir tak kunjung henti dan berkesudah. Aksi pada tanggal 4 November nanti, bisa saja akan semakin memperburuk keadaan umat Islam. Sebab saat ini kaum Kafir telah membeli para pajabat dan aparat. Karena kaum Kafir telah menundukkan mereka dengan UANG. Maka inilah yang perlu dihati-hatikan, dan begitu pentingnya penyadaran kepada umat, bahwa jika masih ridho terhadap Demokrasi, maka bersiaplah untuk terus menjadi bahan ejekan dan permainan. Sebab Demokrasi memang bukan untuk Umat Islam, akan tetapi untuk melanggengkan para Kafir dengan kekuatan Uang. 

Tidakkah umat Islam menyadari bahwa selama ini para pemimpin di negeri ini terpilih karena dukungan Uang oleh para Pemodal..? Tidakkah mereka menyadari bahwa Pemodal (Kaum Kafir) itu ingin menguasai Negara dan kaum Muslimin dengan cara bermain di belakang..?

Tapi karena adanya fatwa yang salah untuk tetap berdamai dengan Demokrasi. Apalagi dibumbuhi dengan alasan wajib memilih pemimpin, hatta pemimpin yang dicalonkan sama sekali tidak memiliki keinginan untuk menerapkan Syariat Islam, maka fatwa itu telah mengorbankan Islam dan kaum Muslimin sendiri. Tapi setelah kejadian ini (penistaan Islam oleh Ahok), apakah umat Islam masih akan mengambil Demokrasi?
Biarlah waktu yang menjawab. Dan kita lihat apa yang akan terjadi pada masa aksi 4 November mendatang (3 hari lagi). Saya pribadi menghawatirkan jika terjadi keburukam kepada umat Islam. Namun semoga mereka baik-baik saja, mari kita do'akan mereka semoga Umat Islam ditolong oleh Allah SWT dan penghina Agama dapat diseret ke ranah hukum.

Wallahu a'lam....

Salam el Fath
Mahasiswa Pascasarjana UIN Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar