Rabu, 07 Desember 2016

"SEMRAUTNYA PENDIDIKAN DAN ANALIS PRIBADI"

Aku ini orang pendidikan karena spesialis ku memang demikian, tapi jika melihat keadaan, sepertinya aku juga akan diterombang ambingkan. Bagaimana tidak saudara-saudara sekalian, seminar kurikulum 2013 sudah kami lakukan. Tapi di perkuliahan yang kami peroleh metode kurikulum 2006. Sebenarnya tidak apa-apa, tapi ini soal dana negara, sudah 2,2 Triliyun anggaran untuk mensosialisasikan kurikulum 2013, tapi ternyata penerapannya ditangguhkan, bahkan di berhentikan. Alasannya macam-macam, tentang penilaianlah, sekolah-sekolah belum siaplah, fasilitas belum memadailah, merepotkan peserta didiklah, pokoknya macam-maca.

Bicara soal fasilitas salah satunya buku, katanya belum siap, tapi kata Prof. Djaali, 800 Milyar telah dianggarkan untuk buku, dan aku baca dari beberapa artikel kemarin buku sudah siap walau pun ada sebagian isinya yang memang kontraversil. Lah, sekarang pak Lasro Marbun selaku kepala dinas pendidikan DKI Jakarta bilang belum siap fasilitas bukunya. Apa maksudnya coba..?

Tapi jika dianalisis secara mendalam, hal ini memang wajar terjadi dalam sistem demokrasi sekarang. Secara gitu kan, ganti pemimpim berarti ganti kepentingan, bagus kalau yang menggantinya orang yang miliki pemahaman ideologi Islam. Lah ini apa, ngerti aja kaga', apalagi mau menerapkannya.

Lagian sistem ini hanya membolehkan pemimpin yang berduit, nanti terserah pemimpin yang berduit itu yang milih siapa yang mendampingi, tapi walau mereka yang milih, boro-boro mereka akan memilih orang yang memahami Islam ideologi, itu kalau bahasa jeleknya " bushit ", bahasa agak halusnya "mustahil". Secara gtu kan, Islam akan mendongkel para pemimpin yang ngga' paham aturan Islam, dan memang tidak butuh otak-otak pedagang dalam soal kepemimpinan, karena dalam prinsip Islam, "Suatu bangsa atau sebuah peradaban itu akan hancur jika suatu urusannya dipegang oleh pemilik modal alias yang tidak ahli ". Wallahu A'lam....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar